Akhir zaman dalam Daniel |
PANDANGAN AKHIR ZAMAN DALAM DANIEL 12: 1-13
3.1 Definisi Eskatologi
Apokaliptiksme berasal dari kata apokalyptein[1]
dalam Bahasa Yunani, yang berarti menyingkapkan, membuka, membuka, membuka ide-ide yang diorientasikan secara eskatologis (akhir zaman). Yang dicirikan:
1.
Skema sejarah secara kronologis
2. Teologi mengenai suatu perkembangan dunia yang negatif.
3. Refleksi-refleksi mengenai masa depan orang-orang mati.
4.
Pandangan mengenai pembaruan dunia setelah kerusakan.
Apokaliptikisme Yahudi terbagi ke dalam tiga bagian:
1.
Hikmat
2. Kenabian PL
3.
Fenomena krisis-krisis politik, religius, ekonomi yang komprehensif (Helenisme dan Yudaisme kuno)
Genre literer apokaliptiksme berisikan:
1.
Visi-visi fiktif yang diinginkan sebagai pembahasan mengenai suatu masalah oleh si pelihat mengenai Allah atau malaikat.
2. Hubungan antara hal dunia, manusia dan Kerajaan Allah.
3.
Penafsiran masa kini yang diimplementasikan sebagai akhir zaman.
Penerima utama dari apokaliptiksme yaitu lingkungan orang saleh yang dinasehati dan dihibur saat menghadapi krisis-krisis politik dan religius. Adapun visi apokaliptik merupakan pengharapan akan kebangkitan orang mati, sedangkan eskatologi yaitu penggambaran akan kembalinya bangsa Israel ke tanah air dan kembali didirikannya Bait Suci di tanah air.
Eskatologi
berasal dari kata ἔσχατος (Eschatos)
yang berarti "terakhir" dan -logi yang berarti "studi
tentang". Jadi, eskatologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai akhir
zaman. Aspek
esensial dari eskatologi adalah fakta pengungkapan sejumlah peristiwa yang akan
terjadi di masa yang akan datang melalui nubuat pada masa yang lampau. Sebab
itu nubuat alkitab menjadi fokus utama dalam penyelidikan dan pembahasan mengenai
eskatologi. Dalam bukunya Subekti mendefinisikan akhir zaman sebagai zaman yang gelap, dan jika ingin
menjadi anak terang, maka perlulah memiliki firman nubuat sebagai perelngkapan
senjata terang.[2]
Penggenapan nubuat firman Allah pada akhir zaman merupakan dasar kekuatan bagi orang Kristen untuk
mempercayai firman nubuat yang akan digenapi.
Jadi Eskatologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari suatu masa yang akan terjadi di masa depan,
yaitu suatu zaman yang penuh dengan kesusahan, yang di karenakan zaman tersebut
akan datang seorang mesias atau penyelamat. Eskatologi tidak hanya dipercayai
oleh agama Kristen saja, tetapi eskatologi juga ada di dalam agama Islam dan
Yudaisme. Masa-masa atau zaman mesianik tersebut biasa dikenal dengan akhir
zaman atau akhir dunia, di karenakan pada waktu itu zaman telah tertata menjadi
sebuah tatanan dunia yang baru bebas dari penderitaan.
Istilah
eskatologi tidak ditemukan dalam dunia Perjanjian Lama (PL). Tetapi hakekat mengenai
eskatologi sudah ada, yang dikenal dengan istilah Hari Tuhan. Hari Tuhan
diartikan dengan waktu yang sangat lama sekali, suatu musim tertentu di mana
peristiwa luar biasa terjadi, seperti kemakmuran, kejayaan, dan bahkan suatu peristiwa
yang merugikan yang mendatangkan bencana.[3] Kepercayaan
yang berkembang dalam PL mengenai akhir zaman yaitu mengenai datangnya suatu
hari di mana Allah secara dramatis campur tangan melepaskan umat-Nya dari
berbagai ketakutan dan penindasan. Biasanya untuk memperingati peristiwa
tersebut diadakan perayaan tahunan dengan mengadakan upacara korban, dengan
harapan Israel memperoleh kemenangan atas musuhnya.
Kitab Daniel merupakan kitab yang bersifat apokaliptik,
artinya penyingkapan. Selain kitab Daniel di dalam PL, ada juga kitab Wahyu
dalam Perjanjian Baru (PB) yang bersifat apokaliprtik. Kitab-kitab yang
berisfat apokaliptik biasanya berisi mengenai ajaran wahyu, yang sering
dicampuradukan dengan ungkapan-ungkapan lain, seperti peringatan-peringatan
para nabi yang menubuatkan atau yang melihat masa depan, dengan
pengalaman-pengalamannya dan bahkan dengan seluruh kehidupannya, seperti yang dijumpai
dalam kitab Daniel dan Wahyu.
3.2
Tafsiran Akhir Zaman Daniel 12:1-13 Menurut Para Ahli
Di dalam menafsirkan mengenai
akhir zaman dari Daniel 12:1-13, ternyata banyak pandangan/tafsiran yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena penulis akan mengkelompokannya
menjadi dua kubu, yaitu kubu yang menafsirkan akhir zaman dimengerti terjadi
saat itu (present) dan kubu yang
menafsirkan akhir zaman merupakan peristiwa yang akan datang (futuris).
3.2.1
Kelompok Present
Mewakili kelompok present, penulis mengambil tiga
pandangan/tafsiran dari para ahli teologi, di antara:
1.
Alexander A. Di Lella
Daniel 12:1-4,
berisikan penjelasan dari malaikat Tuhan mengenai kesusahan besar yang akan
dialami olah orang-orang Israel. "Pada waktu itu Mikhael, pangeran besar,
pelindung umat-Mu, akan bangkit. Ini akan menjadi masa kesusahan, seperti tidak
pernah terjadi sejak bangsa-bangsa terwujud sampai saat itu. Tetapi pada waktu
itu orang-orang Israel akan diselamatkan. Pada ayat 2 dikatakan, bahwa banyak
dari mereka meninggal akan bangkit dan memperoleh hidup kekal, dan yang sisanya
akan mengalami penyiksaan kekal. Namun pada ayat yang ke-3, diterangkan, bahwa
orang-orang yang bertindak bijaksana akan bersinar terang seperti cahaya
cakrawala; dan orang-orang yang memimpin orang banyak ke kebenaran akan
bersinar seperti bintang-bintang selama-lamanya. Dan pada ayat yang ke-4,
Daniel disuruh untuk merahasiakan dan menyegelnya, sehingga banyak yang akan
murtad, dan kejahatan "akan meningkat." Dalam Daniel 12:5-13,
dijelaskan mengenai pemurnian iman dari orang-orang Israel Pada masa permurnian tersebut orang-orang
Israel akan mengalami kengerian atau kekelaman dalam kehidupan mereka, dan hal
itu akan berlangsung sesuai dengan waktunya Allah. Adapun penyebutan
angka-angka, itu hanya merupakan simbol atau merujuk kepada pemerintahan Antiokhus
Efipanes IV. Bagi orang-orang Israel yang bijaksana, maka akan bertahan di
dalam masa pemurniaan itu, dan mereka akan mendapatkan kebahagiaan, tetapi
mereka yang jahat akan binasa.[4]
Jadi akhir zaman menurut
Alexander A. Di Lella adalah bukan merujuk pada masa yang akan datang, tetapi
merujuk kepada berakhirnya masa penindasan terhadap orang Israel, dengan
ditandai berakhirnya kekuasaan dari Antiokhus IV.
2.
S.
M. Siahaan & Robert M. Paterson
Menurut Siahaan pasal
12 memilki topik tentang akhir zaman. Mulai dari ayat 1 sampai dengan ayat 4,
jelas-jelas memberikan penjelasan tentang akhir zaman pada keterangan pengantar
akhir zaman. Ini bisa dibuktikan dengan kata
Pada waktu itu, hal tersebut jelas merupakan kelanjutan dari pasal 11 mengenai
eskatologi, lalu kata Michael yang
menjadi pemimpin dan pelindung Surgawi bagi bangsa Israel, Orang- orang tertidur di dalam debu tanah, akan bangkit pada zaman
akhir dan memperoleh hidup kekal serta Orang-
orang bijaksana, akan dibangkitkan dan akan bercahaya dalam kemuliaan
Allah. Namun, ayat 4 merupakan Firman Allah yang sulit di mengerti dan banyak
ahli- ahli tafsir sering menghubungkan ayat ini dengan Amos 8:12 yang
berpendapat “Orang akan berlari ke sana kemari untuk mencari pengetahuan tentang Allah, tetapi
tidak akan mendapatkan dan kitab ini berisi semua pengetahuan yang dibutuhkan.
Peristiwa-peristiwa bersejarah diriwayatkan dalam bentuk nubuat. Alasan mengapa
sejarah ditulis dalam bentuk nubuat sudah di sebut dalam catatan pasal 8, yaitu
menekankan peristiwa-peristiwa dalam sejarah terjadi menurut rencana Allah, di
tengah- tengah peristiwa yang sulit dimengerti oleh manusia. Pada ayat 40
penyusun kitab Daniel pindah dari sejarah dalam bentuk nubuat yang sesungguh,
tetapi dalam keterangan berikut tidak dapat disesuaikan dengan fakta-fakta
sejarah. Tetapi ada persoalan yang mendesak pada zaman itu tentang respon ayat
ini mulai dari Apakah Allah mendampingi umat Israel dalam kesesakan yang
dialami? apakah umat Israel akan diselamatkan dari kesesakan? Apakah orang yang
setiap yang sudah meninggal mengambil bagian dalam kerajaan Allah pada akhir
zaman jawaban dalam ketiga soal menarik hati sebab merupakan perkembangan besar
dalam pikiran orang-orang Israel tentang hidup sesudah mati, untunglah penyusun
kitab Daniel memberikan jawaban yang lebih memuaskan atas dasar keyakinannya
tentang sifat Allah, yaitu Allah adalah Mahakuasa, Mahapengasih, Adil dan
Setia. Dengan demikian penyusunan kitab Daniel menjadi saksi tentang pengharapan
agung di depan orang-orang Israel. Pada pasal terakhir yakni, pasal 12:5-13
yang merupakan kata penutup, Daniel melihat tampak dua orang orang lain seorang
berada di tepi sungai lain dan yang lain di tepi sungai yang sebalah sana dan
Daniel melihat serta mendengar perbincangan yang menjurus kepada akhir zaman
yang bisa di temukan dalam kitab Daniel bagian terakhir yang merupakan kata
penutup dan pada ayat 13, kitab Daniel berakhir dengan suasana tenang. Sama
seperti semua orang lain, Daniel harus meninggal dunia dan beristrahat dalam
kuburnya.[5]
Jadi, akhir zaman
menurut Siahaan adalah berbicara mengenai pengharapan orang-orang Israel yang
setia dan yakin bahwa Allah akan membebaskan mereka dari penderitaan yang
sedang dialami.
3.
Donald
Guthrie
Daniel
pasal 9 menceritakan tentang penglihatan mengenai akhir zaman. Akhir zaman yang
dikatakan di sini bukanlah menunjuk kepada akhir dari segala-galanya, juga
bukan penghakiman terakhir, tapi kepada zaman penderitaan yang akan menimpa
Israel. Akhir murka ini yaitu akhir masa murka yang akan menimpa umat Allah.
Lewat doa Daniel mengakui kesalahan umat Israel dan dalam pengakuan ini
terkandung kesalahannnya sendiri. Daniel memohon pengampunan kepada Allah.
Tatkala Daniel sibuk berdoa, Gabriel datang atas suruhan Allah untuk membuat
Daniel penuh hikmat pengertian. Nubuatan
tentang tujuh puluh kali tujuh masa ialah bahwa Allah sudah menetapkan suatu
masa tertentu, untuk menggenapkan pemulihan umat-Nya dari perhambaan. Tujuh
puluh kali tujuh masa ditentukan guna menyatakan enam hal, yaitu, untuk
melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan,
untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untu kmenggenapkan penglihatan dan
nabi, serta untuk mengurapi yang maha kudus. Sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, maksudnya
seorang yang diurapi dan seorang raja. Raja
itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat. Perjanjian yang akan berlaku
ialah pejanjian kasih karunia yang dialamnya Mesias mengerjakan keselamatan
bagi umat-Nya melalui hidup dan kematian-Nya.[6]
Penglihatan
Daniel Mengenai kesusahan yang besar,
artinya merujuk untuk waktu yang lama. Daniel,
engkau orang yang dikasihi. bnd Daniel 9:23. Daniel dikasihi oleh Allah dan
diberikan semangat dan disediakan untuk mendengarkan berita berkaitan dengan
hari-hari yang terakhir, yaitu akhir zaman.[7] Daniel
diperintahkan memeteraikan perkataan-perkataan yang dinyatakan kepadanya itu
sampai pada akhir zaman. Pengetahuan akan maksud-maksud Allah sudah ada di bumi
dan tercatat dalam Kitab Suci, dan manusia akan berlalu lalang kian kemari
tanpa hasil, karena tidak mencari ke dalam Kitab Suci. Bilangan-bilangan dalam
Daniel 12:11-12 harus dilihat sebagai lambang, angka ke-1290 hari melambangkan
masa penganiayaan oleh Antiokhus Epifanes IV, dan angka ke-1335 hari
melambangkan seluruh masa penganiayaan sampai pada kesudahan. Kepada Daniel
diberitahukan kepastian keselamatannya, dan akan mendapat bagiannya pada
kesudahan zaman.[8]
Jadi, menurut Donald Guthrie akhir
zaman bukanlah
menunjuk kepada akhir dari segala-galanya, juga bukan penghakiman terakhir,
tapi kepada zaman penderitaan yang akan menimpa Israel. Merujuk kepada
penindasan yang dilakukan Antiokhus IV.
3.2.2 Kelompok Futuris
Mewakili kelompok futuris,
penulis mengambil tiga pandangan/tafsiran dari para ahli teologi, di antara:
1.
Lynne Newewll
Pasal 12 mencatat
tentang kesesakan orang-orang Israel dan penderitaan di bawah Antiokhus
Epifanes IV. Namun waktu kesesakan dan
penderitaan yang dimaksudkan di sini akan melebihi semua yang lain yang pernah
dialami. Selain itu, pada waktu kesesakan dan penderitaan ini bukan hanya
orang-orang Israel saja yang akan menderita. Kenyataan, bahwa “bangsa-bangsa”
disebut dalam ayat ini dapat mengacu kepada penderitaan yang lebih luas. Karena
malaikat yang sedang menyampaikan firman ini datang justru untuk memberitahukan
kepada Daniel apa yang akan terjadi atas bangsanya, ia lalu mengatakan, bahwa
pada waktu kesesakan dan penderitaan tersebut “bangsamu akan terluput, yakni
barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam kitab itu.” Kitab itu
adalah kitab kehidupan orang-orang yang
namanya tertulis dalam kitab tersebut adalah orang-orang yang benar, yakni
orang-orang yang takut akan Tuhan dan menghormatinya. Hal yang akan berakhir
dari kehidupan Daniel. Daniel disuruh pergi dan meneruskan hidupnya bagi Tuhan.
Ia tidak memikirkan hal-hal yang dinyatakan kepadanya, sehingga menjadi
khawatir karenanya atau bingung karena tidak memahaminya. Ia harus tetap setia
kepada Tuhan dan hidup dengan bijak seperti dahulu, sampai akhir hidupnya.[9]
Orang-orang bijaksana
adalah orang yang mengenal Allah dan memahami firman-Nya serta menghayatinya.
Daniel dan teman-temannya adalah orang-orang yang bijaksana bahkan Daniel
dihormati sebagai orang yang paling bijaksana diseluruh kerajaan Babel,
kesetiaan Daniel kepada Allah hidupnya yang benar dan kesaksian yang
diberikannya kepada raja-raja dan orang-orang lain sepuaya mereka dapat
mengenal dan menghormati Allah. “sembunyikanlah segala Firman itu” yaitu
mengenai masa depan yang masih jauh. Kemudian. “materaikanlah kitab itu” yaitu
menjamin keasliannya untuk memeliharanya.[10]
Jadi, akhir zaman
menurut Newewll, bukan
hanya berbicara mengenai penderitaan yang dialami oleh orang-orang
Israel pada zaman Antiokhus IV, tetapi merujuk kepada penderitaan yang lebih
luas, dan jauh ke depan. Dengan kata lain akhir zaman dimengerti sebagai
sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
2. Hippolytus & Irenaeus
Hippolytus (wafat
235M) mengajarkan dalam komentar kitab Daniel 12:1, bahwa akan terjadi masa
kesulitan setelah kedatangan Antikris yang menyebabkan kehancuran, baru setelah
itu Kristus akan datang terakhir kali dari surga, yang membawa api dan
pengadilan yang adil bagi mereka yang menolak untuk percaya kepada-Nya. Irenaeus
(125M – 203M) adalah murid Policarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes,
mengatakan bahwa ke-10 raja yang disebut dalam Daniel 7:24 dan Wahyu 17:12,
akan memberikan kerajaan mereka kepada Antikris, dan mengusir Gereja. Tetapi,
para orang beriman akan bertemu dengan Tuhan pada kebangkitan orang-orang
benar, yang akan terjadi setelah kedatangan Antikris, dan kehancuran semua
bangsa di bawah kepemimpinannya.[11]
Jadi Hippolytus & Irenaeus, akhir zaman
berbicara mengenai kedatangan Kristus, dan orang-orang benar akan dibangkitkan,
sedangkan orang-orang fasik akan dibinasakan.
3. Ronal S. Walace
Nubuatan
tentang tujuh puluh kali tujuh masa dalam Daniel 9 merujuk
kepada kedatangan seorang yang diurapi. Daniel
menerima satu penglihatan yang menyatakan akan tibanya satu masa penderitaan
dan pencobaan dahsyat yang melibatkan dirinya dalam satu tugas yang berat. Ini
adalah firman terakhir tentang masa depan yang terjadi. Firman Allah dinyatakan
kepada Daniel secara langsung dan lebih dekat daripada sebelumnya, dan menuntut
penyerahan diri dan ketaatan secara mutlak. Penglihtan yang dihadapinya
sekarang, merupakan satu panggilan baginya untuk menyerahkan seluruh kehendak
dan pikirannya. Sementara Daniel bergumul untuk mengerti, “Daniel merendahkan dirinya di hadapan Allah” dan merasa bahwa
kebenaran hanya bisa diterima bila seseorang menyerahkan hatinya kepada pemberi
wahyu itu, dan rela menerima semua akibat praktis dari pemahaman tentang
kebenaran itu, termasuk kerelaan untuk menaatinya. Aspek penting dari wahyu ini
adalah konflik dan ketegangan antara kuasa duniawi dan umat Allah tercermin
dalam kenyataan surgawi, dan juga terjadi disana. Konsep tentang konflik
surgawi yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dunia, juga
dicatat dalam kitab Wahyu. Penglihatan khusus dalam kitab Wahyu berakhir dengan
gambaran tentang setan sedang menuju ke lobang tak berdasar, dibuang ke dunia
sebagai satu kuasa yang sudah dipatahkan, tapi masih mampu untuk mengacaukan
dan menghalangi pekerjaan Allah dan umat Allah untuk sementara.[12]
Pada Daniel 11-12, memperkenalkan
satu wahyu lisan dan bukan penglihatan. Inti berita yang disampaikan, diberikan
dalam bentuk sebuah narasi yang disampikan secara lisan. Bentuk komunikasi ini,
lain sekali dengan sebelumnya yang berupa penglihatan-penglihatan yang dilihat
Daniel dalam pasal 7-8. Harus dianggap bahwa wahyu ini adalah klimaks dari
semua wahyu yang disampaikan pada Daniel. Di dalam seluruh kitab suci, Allah
selalu berkomunikasi dengan manusia selain menggunakan lambang visual, juga
verbal. Pasal ini menceritakan kembali satu periode yang sepintas lalu telah
dilihat dalam penglihatan di pasal 8, tentang domba jantan, kambing jantan,
keempat tanduk dan tanduk kecil. Dalam ayat 6 berbicara tentang peperangan, perserikatan,
dan pengaruh timbal balik antara raja-raja bagian utara dan selatan. Bagian ini
mempunyai hubungan dengan bagian sejarah yang sudah diceritakan sebelumnya
secara terperinci. Bila melihat alkitab secara keseluruhan dengan sungguh,
hendaknya memiliki pandangan bahwa Allah, adalah Allah selaku pribadi, juga
persekutuan; Allah mengendalikan sejarah sebegitu rupa sehingga memberikan
kesempatan bagi manusia untuk mengambil keputusan secara bebas, dan juga
pertobatan bagi setiap orang yang secara tulus memohonkannya. Penulis Daniel
berbicara secara jelas tentang apa yang akan terjadi pada akhir sejarah. Zaman
akhir adalah sesuatu yang masih jauh, juga dari fakta dan keterangan sejarah
yang diberikan secra terinci tentang raja-raja dari Dinasti Saleukus dan
Ptolemus.[13]
Hal utama yang
diberitakan dalam kitab Daniel adalah tidak seorang pun dari orang pilihan
Allah itu akan hilang. Nama-nama mereka dicatat dalam buku catatan tentang umat
Allah dan maksud-maksud Allah, dan apa yang tertulis akan terlaksana. Akhir
dari wahyu terakhir ini memberikan kepada Daniel satu keyakinan bahwa Daniel
telah menerima segala sesuatu yang harus dikatakan dan disingkapkan mengenai
akhir zaman kepadanya. Akan tetapi Daniel tidak dapat memperoleh pemahaman yang
jelas tentang kapan zaman akhir itu akan tiba. Bila zaman akhir itu mendekat,
akan terjadi banyak kesusahan. Untuk itu dibutuhkan keberanian, seperti juga
kesabaran dan ketabahan. Karena itu, orang lebih membutuhkan hikmat dari pada
keberanian. Hikmat telah diuraikan panjang lebar dalam kitab Amsal, juga dalam
beberapa bagian kitab Daniel. Hikmat itu tentu pemberian dari Allah. Daniel
akhirnya diyakinkan bahwa akan menemukan satu jalan yang senantiasa terbuka
dihadapannya. Daniel berjalan pada jalannya sendiri di hadapan Allah dan
mendapat tempat di mana akan berdiri dengan tidak gentar di depan kehadiran
Allah, dan menemukan ketenangannya. Dalam bagian penutup mengenai hal ini,
Daniel menambahkan satu hal yang amat mengesankan dari seluruh kitab yaitu,
Allah menempatkan tiap orang dan rencananya dalam rancangannya, dan dalam
tujuan-Nya di masa depan. Janji-Nya kepada Daniel bahwa “engkau akan beristirahat” menunjuk pada satu keadaan dalam dunia
baru yang akan dikunjungi Daniel.[14]
Jadi, akhir zaman
menurut Walace adalah sesuatu yang masih jauh terjadi. Dengan kata lain, Walace
berpandangan akhir zaman itu bersifat futuris.
3.3
Konteks Dekat Daniel Pasal 12
Kitab
Daniel pasal 12 berbicara mengenai akhir zaman, ini merupakan lanjutan dari
pasal 11 seharusnya tidak dipisahkan.[15]
Pada waktu itu, waktu yang dimaksudkan ialah waktu yang dibicarakan di Daniel 11:40-45. Menurut
Siahaan, waktu tersebut disarankan kepada pembaca kitab Daniel bahwa waktu yang
dimaksud di ayat-ayat tersebut ialah mengenai hal eskatologi, yaitu akhir
zaman, sebab ungkapan yang sama sering terdapat dalam kitab nabi-nabi sebagai
pendahuluan kepada nubuat tentang pokok demikian.[16]
Menurut Newell, waktu itu akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu yang akan
mendampingi umat Allah. Dalam bahasa Ibrani,kata mendampingi secara harfiah
berarti “berdiri.” Dalam ayat ini dikatakan Mikhael akan “berdiri.” Kata
tersebut adakalanya dipakai dengan arti “berdiri untuk menentang” seperti dalam
Ezra 10:15 dan 2Tawarik 26:18. Konteks ayat ini
ialah peperangan dan permusuhan terhadap umat Tuhan.[17]
“Mikhael, pemimpin besar
itu” adalah malaikat yang disebut dalam Daniel
10:13
dan 21, yaitu seorang pemimpin di antara para malaikat yang kuat, yang bertugas
berperang bagi umat Tuhan (bangsa Israel). Mikhael, penghulu malaikat itu, dulu
memimpin para malaikat berperang mengalahkan Iblis dan para malaikatnya dalam
peperangan di sorga. Lihat juga Wahyu
12:7,
juga Wahyu 1:9. Jadi tugasnya
lebih luas daripada berperang bagi orang-orang Israel saja. Seperti halnya yang
dikatakan oleh Siahaan bahwa Mikhael adalah pemimpin dan pelindung surgawi bagi
umat Israel.[18]
Zaman
itu akan disebut zaman kesesakan, karena akan ada suatu waktu kesesakan yang
besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak bangsa-bangsa sampai pada waktu
itu. Kata kesesakan dalam bahasa Ibrani yang dipakai tidak hanya mengacu kepada
keadaan, tetapi dapat juga melukiskan perasaan hati orang yang berada dalam
keadaan tersebut.[19]
Orang-orang
Yahudi memang mengalami kesesakan dan penderitaan di bawah Antiokhus Epifanes,
orang-orang Yahudi ditindas dari segi politik, ekonomi dan budaya, dan kemudian
sekali lagi pada tahun 70M. waktu tentara dari kerajaan Roma menghancurkan
Yerusalem dan Bait Allah, dan pada beberapa waktu di beberapa negara sejak
waktu itu. Namun menurut Newell, waktu kesesakan dan penderitaan yang
dimaksudkan di sini akan melebihi semua yang lain yang pernah dialami. Selain
itu, pada waktu kesesakan dan penderitaan ini bukan hanya orang-orang Yahudi saja
yang akan menderita. Kenyataan, bahwa bangsa-bangsa yang disebut dalam ayat ini
dapat mengacu kepada penderitaan yang lebih meluas. Konteks di mana Tuhan Yesus
memakai ayat ini yakni Matius 24,
serta perikop-perikop lain dalam Perjanjian Baru, misalnya 2Tesalonika 2:1-12 dan beberapa bagian
kitab Wahyu menyatakan bahwa waktu kesesakan dan penderitaan tersebut dialami
oleh semua umat Tuhan dari bangsa manapun.[20]
Malaikat
yang sedang menyampaikan Firman ini datang justru untuk memberitahukan kepada
Daniel apa yang akan terjadi di atas bangsanya (Dan.10:14). Malaikat itu
berkata bahwa pada waktu kesesakan dan penderitaan tersebut, “Bangsamu akan
terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam kitab itu.”[21]
Sebab dalam kesesakan atau penderitaan Tuhan akan melindungi orang-orang yang
tertulis di dalam kitab kehidupan. Orang-orang yang namanya tertulis dalam
kitab kehidupan akan dilindungi oleh malaikat Mikhael yang merupakan utusan
Tuhan.[22]
Jika melihat secara langsung di dalam kitab Daniel mulai pada Mikhael
datang. Hal ini sama dengan awal waktu 1260 tahun. Di mana akan terjadi
penganiayaan yang disebut dengan penganiayaan hari sabat. Demikian juga pada
akhir zaman akan ada suatu waktu seruan nyaring peringatan kepada dunia, yang
berlangsung selama tiga setengah tahun (Dan.12:7). Selama 30 hari terakhir dari
1290 hari, tujuh malapetaka terakhir akan jatuh (why.16). Waktu 1290 hari akan
dimulai dengan penganiayaan karena hari sabat dan hukum pengudusan hari minggu
secara global. Akan ada waktu 1335 hari pembebasan dari tekanan dan siksaan.
Menurut Collins, dalam menjelaskan
eskatologi Daniel setidaknya dua cara dalam memahaminya:
1.
Pembebasan
ilahi terhadap para pahlawan adalah penegasan bukan pembebasan di masa depan
untuk orang-orang Yahudi, tetapi kualitas hidup tertentu yang tersedia untuk
menemukan Yahudi, yaitu kesetiaan kepada Tuhan Yahudi;
2.
Merujuk
ke tingkatan lebih tinggi, bahwa para pahlawan di akhir cerita adalah penegasan
nilai sosial dan politik kesetiaan. Gagasan tentang 'kerajaan orang-orang
suci' lebih dari satu dimensi disampaikan
dalam bahasa pasal 2, di mana masalah langsung kedaulatan antara raja dan Tuhan
dipertajam oleh prediksi masa depan, akhir, dan kerajaan abadi. Sangat mungkin
untuk menemukan gagasan yang sama dalam visi Daniel apakah kerajaan malaikat
itu benar-benar digambarkan atau tidak. Pertanyaan exegeticalnya adalah apakah
pasal 7 menggambarkan kerajaan malaikat atau, secara simbolis, manusia.
3.4
Struktur Daniel 12:1-13
Mempelajari struktur
sebuah tulisan biasanya akan bersentuhan dengan isu tentang kesatuan pesan yang
ada dalam tulisan tersebut dan identitas penulis yang sama. Mengenai struktur
dari Daniel pasal 12, ada beberapa pembagian yang berbeda-beda di antara para
ahli. Pertama, menurut Carol A.
Newsom[23]
yang membagi Daniel pasal 12 menjadi 7 bagian:
Daniel 12:1-3 : Prediksi pembebasan dan kebangkitan
Daniel 12:4 : Perintah kepada Daniel untuk menyegel
kitab
Daniel 12:5 : Daniel melihat dua malaikat
Daniel 12:6-7 : Dialog di antara para malaikat tentang waktu
akhir
Daniel 12:8-10: Dialog
antara Daniel dan malaikat tentang waktu akhir
Daniel 12:11-12: Jumlah
hari yang tersisa sampai waktu akhir
Daniel 12:13 : Pemberitahuan malaikat kepada Daniel.
Kedua,
Alexander A. Di Lella memiliki pembagian yang sedikit berbeda dengan Carol A.
Newsom. Di Lella membagi Daniel pasal 12, menjadi satu kesatuan atau satu
rangkaian dari Daniel pasal 10 (Dan 10:1 – 12:13) atau disebut sebagai wahyu
akhir, dan dibagi menjadi 3 bagian utama.[24]
Daniel
10:1 – 11:1 : Pembuka
Daniel 11:2 – 12:4 : Wahyu mengenai masa depan
Daniel 12:5 – 13 : Penutup
Jika diperhatikan dengan
seksama, Daniel pasal 12 dimulai dari ayat 1 sampai ayat 13 saling
berhubungan dalam pola chiastic (ABCD//D1C1B1A1); oleh karena itu penulis
akan melihat struktur ciatisme Daniel 12:1-13.
3.4.1
Struktur Ciatisme Daniel 12:1-13 Dalam Bentuk Bagan
B
2
C
3
12:4
12:
5 – 7
E
12:8
– 9
Ayat 4
D Tetapi
engkau,‘Daniel’
sembunyikanlah
firman itu sampai pada ‘akhir zaman‘
|
Ayat 8 – 9
D1 Adapun ‘aku’, mendengar tetapi
tidak
memahaminya Pergilah ‘Daniel’, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan
termateraikan
sampai ‘akhir zaman’.
|
Ayat 2 – 3
C ‘Orang-orang’
yang telah tidur dalam Debu tanah akan bangun, mendapat Hidup kekal, kehinaan
dan kengerian kekal.
‘orang-orang
bijak’ akan bercahaya.
|
Ayat 10
C1 ‘Banyak orang’ akan disucikan dan
dimurnikan dan diuji, tetapi orang
fasik
akan berlaku fasik, tidak akan memahami, ‘orang-orang bijak’ akan
memahaminya.
|
Ayat 1
B Akan
ada suatu waktu kesesakan yang besar atas suatu bangsa akan terluput namanya
tertulis dalam kitab
|
Ayat 11
B1 Sejak
dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang
membinasakan itu.
|
Ayat 1
A pada
waktu itu, muncul Mikhael pemimpin besar, yang mendampingi anak-anak bangsamu
|
Ayat 12 – 13
A1 berbahagialah
orang yang tetap menanti-nanti.
Engkau
akan bernubuat dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.
|
Ayat 1 dan 2 menjadi
satu rangkaian atau parallel, dan saling berhubungan dengan ayat 10-13. Ayat 1
berhubungan dengan ayat 12 mengenai kebahagian bagi orang-orang yang setia
menantikan kemunculan seorang pemimpin hebat yang akan menjadi pelindung bagi
bangsa Israel, yang akan membebaskan mereka dari kekuasaan penguasa yang lalim.
Namun ayat 1 juga masih berhubungan dengan ayat 11 mengenai akan terjadinya
suatu kesesakan besar atas bangsa Israel yang dimulai sejak dihentikannya
korban sehari-hari dan ditegakkannya dewa-dewa kekejian yang membinasakan. Akan
tetapi mereka yang namanya tertulis dalam kitab akan terluput dari kesesakan
besar tersebut. Masa kesesakkan besar bisa dikatakan sama dengan masa
kekelaman. Lalu ayat 2 berhubungan dengan ayat 10 mengenai kebangkitan
orang-orang yang sudah meninggal, ada yang dibangkitkan untuk memperoleh hidup
kekal, namun ada juga yang dibangkitkan untuk mengalami kehinaan dan kengerian
kekal. Jadi, pada masa kesesakan orang-orang akan diuji iman mereka supaya
disucikan dan dimurnikan, namun orang fasik tetap akan berlaku fasik karena
mereka tidak memahaminya, sedangkan orang bijak akan memahaminya.
Ayat 4 berhubungan
dengan ayat 8 – 9 mengenai perintah penyegelan atau pemateraian firman sampai
akhir zaman. Tokoh yang di ayat 4 dengan tokoh di ayat 8 – 9 adalah sama yaitu
Daniel, yang disuruh oleh malaikat Tuhan untuk menyegel firman yang sudah Daniel
dengar dan lihat. Mengenai batas penyegelan atau pemateraian, baik di ayat 4
maupun di ayat 8 – 9 adalah sama yaitu sampai akhir zaman.
Kesimpulan dari
percakapan dalam Daniel 1:1-13, terletak di ayat 5 – 7. Di dalam ayat 5 – 7 ada
3 tokoh yang disebutkan, tokoh pertama adalah Daniel sendiri, lalu tokoh ke-2
dan ke-3 adalah malikat Allah yang berdiri di tepi sungai. Di dalam ayat yang
ke-7, merupakan dialog antara kedua malaikat Allah mengenai akhir zaman (satu
masa, dua masa dan setengah masa) dan berakhirnya kuasa perusak bangsa yang
kudus. Bangsa yang kudus merujuk kepada bangsa Israel dan berakhirnya kuasa
perusak merujuk kepada pemerintahan Antiokhus Epifanes IV.
3.4.2
Studi kata
Kata pada waktu itu,
memakai kata ”`eth/ עֵת” [25] yang memiliki arti waktu (suatu peristiwa),
waktu (biasa), pengalaman, keberuntungan kejadian, kesempatan. Kata ”`eth/ עֵת” digunakan sebanyak 296x:
merujuk kepada kata waktu (257x), musim (16x), kapan (7x), selalu (4x), sore
hari (2x), bermacam-macam (10x). Jadi kata ”`eth/ עֵת” di dalam Daniel 12:1 itu
merujuk kepada waktu.
Kata pemimpin besar,
memakai kata “gadowl/גָּדוֹל”[26]
yang memiliki arti besar: besar (besar dan luas), jumlahnya, dalam intensitas,
keras (dalam suara), lebih tua (dalam usia), besar dalam arti penting: hal-hal
penting, hebat, terhormat (laki-laki), Tuhan sendiri (Tuhan). Kata “gadowl/גָּדוֹל” digunakan sebanyak 529x:
merujuk kepada kata hebat (397x), tinggi (22x), lebih besar (19x), keras (9x),
terbesar (9x), tua (8x), pria hebat (8x), perkasa (7x), sulung (6x),
bermacam-macam (44x). jadi, kata “gadowl/גָּדוֹל”
Daniel 12:1 itu merujuk kepada seorang pemimpin yang hebat.
Kata kesesakan, memakai
kata “tsarah/צָרָה”[27]
yang memiliki arti kesusahan, masalah. Kata “tsarah/ צָרָה” digunakan sebanyak 73x: merujuk kepada kata masalah
(44x), marabahaya (8x), penderitaan (7x), kesulitan (5x), kesedihan (5x),
kesengsaraan (3x), musuh (1x). jadi, kata “tsarah/
צָרָה” Daniel 12:1 itu merujuk kepada kepada masalah-masalah yang akan
dihadapi oleh orang Israel.
Kata tidur memakai kata
“yashen/ ןיָשֵׁ”[28]
yang memiliki arti sedang tidur. Kata tidur “yashen/ ןיָשֵׁ”
digunakan sebanyak 9x: merujuk kepada kata tidur (8x), tertidur (1x). jadi,
kata “yashen/ ןיָשֵׁ” dalam Daniel 12:2 merujuk kepada
orang-orang yang sudah mati.
Kata akan bangun
memakai kata “quwts/קוּץ”[29]
yang memiliki arti untuk bangun, bangun; untuk membangunkan, membangkitkan,
menunjukkan tanda-tanda bangun. Kata “quwts/קוּץ” digunakan sebanyak 22x: merujuk
kepada kata bangun (18x), bangun (2x), bangun (1x), tonton (1x). jadi, “quwts/קוּץ”
dalam Daniel 12:2 merujuk kepada kebangkitan dari orang-orang yang sudah mati.
Kata hidup memakai kata
“chay/חַי”[30]
yang memiliki arti 1) hidup: hijau (dari vegetasi), mengalir, segar (air), hidup,
aktif (manusia), menghidupkan kembali (musim semi); 2) keluarga; 3) hidup
(abstrak tegas): kehidupan, rezeki, pemeliharaan; 4) makhluk hidup, hewan: hewan,
kehidupan, nafsu makan, kebangunan rohani, pembaruan; 5) masyarakat. Kata
“chay/חַי” digunakan sebanyak 501x:
merujuk kepada kata hidup (197x), hidup (144x), binatang (76x), hidup (31x),
makhluk (15x), berlari (7x), makhluk hidup (6x), mentah (6x), bermacam-macam
(19x). Sedangkan kata kekal memakai kata
“`owlam/ עוֹלָם”[31]
yang memiliki arti 1) durasi panjang, jaman dahulu, masa
depan, selamanya, abadi, abadi, abadi, abadi, tua, kuno, dunia 1a) waktu kuno,
waktu yang lama (dari masa lalu) 1b) (masa depan) 1b1) selamanya, selalu 1b2)
eksistensi yang berkelanjutan , abadi 1b3) abadi, masa depan tak terbatas atau
tak berujung, keabadian. Kata “`owlam/ עוֹלָם”
digunakan sebanyak 439x: merujuk kepada kata.
Jadi, yang dimaksud
dengan hidup kekal dalam Daniel 12:2 adalah kehidupan abadi tanpa batas.
Kata kehinaan memakai
kata “cherpah/ חֶרְפָּה”[32]
digunakan sebanyak 73x: merujuk kepada kata mencela (67x), malu (3x), menegur
(2x), mencela (1x). Kata “cherpah/ חֶרְפָּה”
memiliki arti mencela, mengejek, mencemooh (atas musuh). Jadi, yang dimaksud
dengan kehinaan kekal dalam Daniel 12:2 adalah keadaan malu yang tidak ada
habisnya.
Kata kengerian memakai
kata “dĕra'own/ דְּרָאוֹן”[33]
digunakan sebanyak 2x: merujuk kepada kata
keengganan, dan kebencian. Kata “dĕra'own/
דְּרָאוֹן” memiliki arti sebuah objek keengganan: —menghindarkan, menghina.
Jadi, yang dimaksud dengan kengerian kekal dalam Daniel 12:2 adalah keadaan
yang menjijikan selamanya.
Kata bijaksana memakai
kata “sakal/ שָׂכַל”[34]
digunakan sebanyak 63x: merujuk kepada kata mengerti (12x), bijaksana (12x),
makmur (8x), bijaksana (6x), pengertian (5x), pertimbangkan (4x), ajarkan (3x),
prudent (2x), skill (2x), ajarkan (2x), bermacam-macam (7x). Kata “sakal/ שָׂכַל” memiliki arti untuk
(secara sengaja, membuat atau bertindak) dengan hati-hati dan karenanya,
cerdas: —mempertimbangkan, ahli, mengajar, sejahtera, (kesepakatan) yang
bijaksana (-ly), (memberi) keterampilan (-memiliki), memiliki keberhasilan yang
baik, mengajar, (memiliki , membuat) memahami (-ing), kebijaksanaan, (menjadi,
berperilaku, mempertimbangkan, membuat) bijak (-ly), membimbing dengan sadar.
Jadi, yang dimaksud dengan orang-orang bijak dalam Daniel 12:3 adalah
orang-orang yang bisa mengambil keputusan dalam segala sesuatu dengan
mempertimbangkan dari berbagai segi, sehingga diperoleh suatu keputusan yang
tepat.
Jadi, Daniel 12:1-3,
merupakan suatu rangkaian pembukaan dari pasal 12. kata pertama yang dipakai
adalah “pada waktu itu” merujuk kepada suatu waktu, ada 3 hal kesejajaran dari
yang merujuk kepada kata “pada waktu itu”. Pertama, waktu munculnya seorang
pemimpin besar, yang dimaksud dengan pemimpin besar yaitu Mikhael. Kedua, waktu
kesesakan besar, hal itu merujuk kepada suatu keadaan di mana orang-orang
Israel akan mengalami permasalahan yang luar biasa dashyatnya. Ketiga, waktu
kebangkitan dari orang-orang yang sudah meninggal, hal ini merujuk kepada di
mana orang-orang bijak akan bercahaya dan memperoleh hidup yang kekal.
Kata Daniel memakai
kata “Daniye'l/דִּנִיֵּאל”[35]
digunakan sebanyak 29x. Kata “Daniye'l/דִּנִיֵּאל”
memiliki arti Tuhan adalah hakimku; putra kedua Daud, dari Abigail; keempat
dari para nabi yang lebih besar, yang diambil sebagai sandera dalam deportasi
pertama ke Babel, karena karunia Tuhan dari penafsiran mimpi, ia menjadi
komandan ke-2 kerajaan Babel dan berlangsung sampai akhir kerajaan Babilonia
dan masuk ke kerajaan Persia. Ramalannya adalah kunci untuk memahami peristiwa
akhir zaman. Dicatat untuk kemurnian dan kekudusannya oleh nabi kontemporer,
seperti Yehezkiel dan Belteshazzar; seorang
imam garis keturunan Ithamar yang menyegel perjanjian dengan Nehemia. Jadi yang
dimaksud dengan “Daniel” dalam pasal 12:4 adalah seorang yang saleh dihadapan
Allah.
Kata akhir zaman
memakai kata “qets/ קֵץ”[36]
digunakan sebanyak 67x: merujuk kepada kata akhir (52x), setelah
(10x), perbatasan (3x), tak terbatas (1x), proses (1x). Kata “qets/ קֵץ” memiliki arti pada
akhir (waktu), akhir (ruang). Jadi yang dimaksud dengan akhir zaman dalam
Daniel 12:4 adalah akhir dari waktu.
Jadi, yang dimaksud
dengan Daniel 12:4 adalah perintah kepada Daniel yang merupakan orang saleh
untuk menyembunyikan dan menyegel firman Tuhan yang sudah disampaikan oleh
malaikat Tuhan sampai kepada akhir dari dunia.
Di dalam Daniel 12:5
dikatakan bahwa Daniel, melihat dua orang berdiri ditepi sungai. Kata yang
digunakan untuk tepi atau batas adalah kata “saphah/ פָהשָ” digunakan sebanyak 176x: merujuk kepada kata bibir
(112x), sungai (10x), penuh (8x), tepi (8x), bahasa (7x), ucapan (6x), pantai
(6x), tepi jurang (5x), perbatasan (3x), sisi (3x), membosankan (2x), sia-sia
(2x), bermacam-macam (4x). Jadi yang dimaksud dengan tepi atau batas dalam
Dan.12:5 adalah batas alam.
Jadi, Daniel 12:5
merupakan penglihatan Daniel mengenai dua malaikat Tuhan, dan ada pemisah di
antara mereka, Daniel berada di alam manusia (duniawi) sedangkan kedua malaikat
berada di alam sorgawi (adikodrati).
Daniel 12:6-7 berisikan
percakapan antara malaikat Tuhan mengenai kesudahan zaman. Kata satu masa, dua
masa dan setengah masa, merujuk kepada sebuah waktu. Dalam bahsa Ibrani memakai
kata ”kalah/ כָּלָה” digunakan
sebanyak 206x: merujuk kepada kata mengkonsumsi (57x), akhir (44x), selesai
(20x), gagal (18x), selesai (12x), selesai (9x), menghabiskan (8x), berakhir (7x),
ditentukan (4x), pergi (3x), memenuhi (3x), pingsan (2x), menghancurkan (2x),
kiri (2x), buang (2x), lain-lain (13x). Kata ”kalah/ כָּלָה” memiliki arti untuk mengakhiri, apakah intransitif
(untuk berhenti, selesai, musnah) atau transitif (untuk menyelesaikan,
mempersiapkan, mengkonsumsi): - mencapai, menghentikan, mengkonsumsi (pergi),
menentukan, menghancurkan (sepenuhnya), menjadi (ketika ... ada) dilakukan,
(menjadi) akhir, berakhir, (menyebabkan) gagal, pingsan, selesaikan, penuhi, ×
penuh, × miliki, tinggalkan (tidak aktif), panjang, teruskan, semuanya menuai,
bersihkan, habiskan , cukup bawa, buang. Jadi, yang dimaksud dengan satu masa,
dua masa dan setengah masa dalam Daniel 12:7 adalah waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan atau berakhirnya suatu periode.
Jadi, yang dimaksudkan
dengan akhir zaman dalam Daniel 12:5-7, adalah waktu terjadinya pemusnahan atau
penghancuran yang akan dialami oleh musuh-musuh Israel, dalam hal ini adalah
berakhirnya kekuasaan Antiokius Efipanes IV.
3.5 Akhir Zaman dalam Daniel 12:1-13
Pada dasarnya paham
akhir zaman dalam Perjanjian Lama berakar dalam pengharapan umat Israel akan
keselamatan yang akan datang, yang dimaklumkan pertama-tama oleh para nabi dan
kemudian oleh para penulis apokaliptik. Nubuatan-nubuatan mengenai akhir zaman diberikan
Allah dalam Daniel 12:1-4. Sedangkan nubuatan tentang kebangkitan pada akhir
zaman diberikan dalam Daniel 12:1-2 kebangkitan dalam ayat yang kedua terjadi pada
waktu kesesakan yang besar. Beberapa gambaran eskatologi yang ada di dalam
kitab Daniel.
3.5.1 Turunnya Mesias
Daniel melihat seorang anak manusia yang turun dengan awan-awan dari
langit. Dalam Daniel 7:21 dituliskan bahwa tanduk itu akan melawan orang-orang
kudus dan mengalahkannya. Hal ini menceritakan mengenai aniaya yang akan
terjadi terhadap umat Allah. Daniel menyatakan bahwa sang raja lalim akan
menduduki Bait Allah yang dibangun kembali di Yerusalem selama pertengahan masa
tujuh tahun dalam Masa Kesukaran dan menyatakan dirinya sebagai Allah (lihat
Dan. 9:27).
Pada akhir zaman menurut Daniel, akan terjadi suatu penindasan. Bagi mereka
orang percaya yang hidup di dunia ini. penindasan bagi orang yang
percaya seharusnya dimengerti sebagai ujian dan pemurnian iman mereka.
Penganiayaan akan muncul di mana-mana. Mereka menyiksa bukan hanya secara fisik
namun secara batin. suatu kengerian yang sepertinya tidak ada
ujungnya. Penindasan yang di alami adalah ujian, alat Allah untuk melakukannya
adalah para penguasa lalim pada saat itu. Ketekunan dan kesetiaan
melakukan Firman Tuhan adalah kunci pemeliharaan Tuhan.
Dalam
pasal 9 berbicara mengenai tujuh puluh kali tujuh masa (lihat Dan. 9:2; Yer. 25:11-12).
Daniel mulai berdoa, mengaku dosa-dosa bangsanya dan memohon belas-kasihan.
Demi menjawab doanya, malaikat Gabriel muncul kepadanya dan mengungkapkan masa
depan bangsa Israel melalui masa kesukaran sampai datangnya seorang mesias.
Nubuatan dalam Daniel 9:24-27 adalah salah satu nubuatan yang paling
mengagumkan dalam Alkitab.
Kepercayaan
adanya kebangkitan, apapun bentuk yang dapat diambilnya, dekat hubungannya
dengan penghakiman yang akan berlangsung. Kepercayaan terhadap kebangkitan dan
penghakiman seseorang setelah kematian diperkenalkan dalam Yudaisme.[37]
D.S. Russel mengatakan bahwa :
Penghakiman yang
akan datang ini adalah suatu peristiwa besar; seluruh jagat sedang menuju ke
sana. “Ketika Yang Mahatinggi
menciptakan dunia … pertama-tama menyiapkan penghakiman, dan hal-hal yang
berkaitan dengan penghakiman.” Pada Hari Besar Allah itu segala kesalahan akan
dibereskan dan maksud Allah yang adil itu akan dibenarkan sekali dan selamanya.[38]
Rujukan
pada hal ini dibuat dalam semua apokalipsis “sejarah” di mana sebagian besar
penghakiman itu adalah penghakiman atas semua orang ketimbang atas orang
perseorangan dan Allah sendiri akan mengetuainya sebagai hakim (Dan. 7:9-14). Tetapi sejalan
dengan ini, dalam apokaliptik kitab Daniel misalnya, dibayangkan juga suatu
kebangkitan orang perseorangan untuk penghakiman itu; ini menjadi ciri khas
yang mencolok dalam sejumlah tulisan apokaliptik belakangan.
D.S.
Russel berpendapat bahwa kadang-kadang penghakiman itu dibayangkan sebagai
bencana maha dahsyat yang akan menimpa semua orang dan semua bangsa; kerusakan
akan melanda dunia melalui datangnya banjir dan api. Orang-orang yang tidak
mengenal Allah akan dibinasakan dalam peperangan dan guncangan alam. Di lain
tempat, penghakiman ini digambarkan suatu Pengadilan agung di saat mana Allah
akan duduk di takhta-Nya dan menjatuhkan keputusan-Nya atas bangsa-bangsa di
bumi. Hal ini dikatakan oleh Russel berdasarkan beberapa kitab dibayangkan ada
dua penghakiman, yang satu menjadi pendahuluan untuk yang berikutnya.
Penghakiman yang pertama biasanya berupa bencana maha dahsyat dan yang kedua
berupa pengadilan berdasarkan hukum, dan akan diikuti oleh Pengadilan agung
pada akhir Kerajaan Mesianis di mana “api neraka” dan “Firdaus kesukaan” akan
dinyatakan (Dan. 7:36).[39]
Harry mengatakan bahwa tirani yang ada sekarang akan dilenyapkan oleh Allah
sama sepeti tirani-tirani yang sebelumnya yang sudah dilenyapkan, karena Dialah yang mengawasi seluruh sejarah. Harry
menambahkan bahwa Allah akan menghakimi bangsa-bangsa yang menindas umat-Nya
dan akan memberikan kekuasaan kepada Anak Manusia.[40] Inti dari semua ini
adalah keyakinan bahwa Allah tidak akan membiarkan umat-Nya binasa; kejahatan
akan dihukum dan kebaikan akan diberi pahala. Pengadilan akhir ini adalah
tindakan Dia yang maksud dan tujuan-Nya yang kekal pada akhirnya akan digenapi.[41]
Kedatangan mesias sangat dinantikan oleh umat Yahudi. Kata
"Mesias" berasal dari kata Ibrani yang berarti "Yang Diurapi”. Kedatangan
mesias memiliki makna yaitu berakhirnya pemerintahan tirani. Mesias datang
bersama dengan orang pilihannya, Mesias datang tidak sendirian. Tetapi Mesias
bersama dengan umatnya, orang suci-Nya, Daniel menyebut mereka sebagai
orang-orang yang bijak. Mereka bercahaya seperti cahaya cakrawala, mereka lah
yang akan menuntun umat manusia kepada jalan kebenaran. Menuju kepada kebenaran
yang sejati yaitu kepada Allah. Mereka akan memerintah pada masanya.
3.5.2 Perang
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam
arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua
atau lebih kelompok manusia. Untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia harus
merebutnya dengan peperangan sekian ratus tahun. Tentu bukan hal yang mudah dan
remeh. Perang sebenarnya telah ada sejak zaman PL. Bangsa Israel
merebut tanah perjanjian dengan perang. Namun itu bukanlah akhir zaman. Daniel
menjelaskan dalam penglihatannya adanya perang. Maksudnya adalah ketika perang
itu berhenti. Berarti selagi masih ada perang belum terjadi akhir zaman.
Berhentinya perang bukan berarti berakhirnya penderitaan. Perang adalah awal
dari pada akhir zaman. Perang berakhir, karena Mesias datang yang ke dua
kalinya. Dia sendiri yang akan memerintah dan dia sendirilah yang akan
menghakimi setiap manusia.
Menurut Collins dalam
Daniel pasal 10, Daniel mendapat penglihatan yang disampaikan oleh malaikat. Perhatian
utama apokaliptik kitab Daniel 10 ialah memperlihatkan bagaimana Daniel merasa
digagahi oleh pewahyuan itu. Meskipun pewahyuan itu sebagian besar menyangkut
peristiwa-peristiwa sejarah helenistik, namun tidak disajikan sebagai suatu
pelajaran sejarah, melainkan sebagai suatu pewahyuan mengenai arti rahasia
peristiwa-peristiwa itu.[42]
Pewahyuan yang
diberikan malaikat itu mengenai suatu “peperangan besar (ayat 1). Hal ini berdasarkan
arti kata kesusahan dalam bahasa Ibrani adalah ‘tentara’ atau perang. Jadi
menurut Newell, terjemahan yang lebih tepat dalam ayat ini adalah peperangan
atau pergumulan. Namun, para penafsir memakai kata peperangan sebagai
terjemahan yang lebih tepat. Makna kalimat itu mengenai peperangan yang besar
atau mengenai banyak peperangan.[43]
Peperangan ini dilakukan oleh kerajaan-kerajaan dunia yang saling berperang
untuk menguasai dunia, tetapi penguasa yang juga menganiaya umat Allah akan
dihancurkan oleh Allah. Menurut Willem A. Vangemeren:
Kitab
Daniel pasal 11, Daniel mendapat penglihatan bahwa kerajaan Persia akan jatuh
ke tangan Yunani (Dan. 11:2) dan bahwa Yunani akan terpecah menjadi empat
kerajaan (Dan. 11:3-4). Fokusnya tertuju kepada dua diantara keempat kerajaan
itu: Utara dan Selatan, yaitu Seleukis vs. Ptolemaus (Dan. 11:5-20). Kemudian
sorotan tertuju kepada “seorang yang hina” (Dan. 11:21) yang melawan Allah dan
menganiaya orang-orang kudus yakni Antiokhus Epifanes (175-164 sM).[44]
Dari
pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penglihatan mengenai
peperangan besar tersebut ialah peperangan antar kerajaan dunia yang ingin
menguasai dunia. Di bawah kekuasaan raja yang lalim atau Antiokhus Epifanes IV,
berusaha memerangi umat Allah, tetapi Allah membela umat-Nya dengan
menghancurkan para penguasa kerajaan dunia, pada waktu itu Tuhan akan datang
mendirikan kerajaan-Nya di dunia.
3.5.3 Adanya Kebangkitan Tubuh
Daniel
Pasal 12 merupakan puncak pewahyuan yang panjang dari pasal 10 dan 11, dan juga
seluruh Kitab Daniel. Menurut Collins, kematian Antiokhius akan bertepatan
dengan kemenangan Mikhael[45]
dalam peperangan surgawi. Collins menganggap malaikat Mikhael adalah “pemimpin”
yang bertanggung jawab atas bangsa Yahudi, maka kemenangannya juga adalah
kemenangan orang-orang Yahudi.[46]
Pada saat itu bangsa Israel atau orang-orang Yahudi akan dibebaskan, akan
tetapi hanya orang-orang yang namanya ditemukan tertera dalam kitab. Menurut
Newell, kitab yang dimaksud adalah Kitab Kehidupan berisi tulisan nama-nama
orang yang benar, yakni orang-orang yang takut akan Tuhan dan menghormati
nama-Nya.[47]
Jadi, menurut Daniel 12, kematian bukanlah masa akhir dari segalanya.
Kematian merupakan awal dari hal yang akan datang. Awal dari ketentuan hidup
seseorang. Manusia yang telah mati, yang telah menjadi debu, bukanlah menjadi
suatu masalah dalam kebangkitan. Dikatakan bahwa debu akan bangkit, jadi manusia
yang telah menjadi debupun akan dibangkitkan dan tetap dapat dibangkitkan.
Setiap manusia akan dibangkitkan oleh Allah. Seorang yang percaya dan taat
kepada Allah, akan dibangkitkan untuk mendapatkan hidup kekal. Hidup bersama
dengan Allah di kerajaan-Nya.[48]
Adanya
gagasan tentang kebangkitan orang mati dalam kitab Daniel memberikan alasan mengapa maskilin atau para guru yang bijaksana
bersedia mengorbankan hidupnya dalam perlawanan tanpa kekerasan. Sebagaimana
kekuatan-kekuatan yang terlihat dalam pertempuran antara Antiokhus dan
orang-orang Yahudi bukan hanya kekuatan yang tampak, demikian juga taruhan dalam
peperangan itu tidak terdapat di dunia ini. Bagi orang-orang bijaksana, tujuan
hidup ialah agar disucikan sebagaimana semestinya dan menjadi selaras dengan
dunia para malaikat, dengan maksud untuk menikmati persekutuan kekal bersama
malaikat atau di kehidupan di sorga.[49]
Orang-orang bijaksana ini ialah orang-orang yang sangat setia kepada Allah, dan
berjalan dalam kebenaran-Nya, sehingga orang-orang bijaksana dapat menuntun
orang lain agar mengerti Firman Allah, mengenal Dia, dan berjalan dalam
kebenaran-Nya (Lihat uraian Dan.11:32-33).[50]
Daniel
pasal 12 adalah salah satu bagian yang mengungkapkan secara tegas harapan
terhadap pahala sesudah kematian, diungkapkan dalam “tubuh yang dibangkitkan.”
Orang yang mati syahid akan dibangkitkan untuk mewarisi kerajaan, dan orang
jahat akan menerima pahalanya dengan adil.[51]
Ada beberapa bagian dalam Perjanjian Lama yang menyinggung kehidupan setelah
kematian, khususnya Yesaya 26:19 (orang-orangMu yang mati akan hidup pula,
mayat-mayatnya akan bangkit pula). Lynne Newell mengatakan bahwa:
Apabila dilihat
dalam konteksnya, nas-nas ini menunjuk bukan pada kebangkitan perorangan,
melainkan pada pemulihan orang-orang Yahudi dari suatu keadaan yang mirip
dengan kematian, seperti pembuangan ke Babel. Penggunaan gagasan kebangkitan
secara kiasan ini terdapat sangat hidup dalam penglihatan Yehezkiel yang
termashyur tentang lembah yang penuh dengan tulang-belulang kering; di situ
secara jelas dikatakan bahwa “tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel”
(Yeh. 37:11).[52]
Menurut
Collins, kepercayaan terhadap kebangkitan perorangan dan pengadilan setelah
kematian diperkenalkan dalam Yudaisme melalui tulisan-tulisan apokaliptik. Oleh
karena itu,
Daniel 12
bukanlah ungkapan kepercayaan yang paling awal dari orang-orang Yahudi tentang
kebangkitan, karena sebelumnya sudah ditemukan dalam kitab-kitab yang memuat
unsur apokaliptik. Namun Daniel memberikan penjelasan yang baik mengenai fungsi
keyakinan itu dan tentang cara keyakinan itu muncul. Jelas tidak ada soal
pembuktian secara objektif. Kebangkitan merupakan bagian terpadu dari pewahyuan
apokaliptik.[53]
Alasan Collins, mengatakan bahwa yang menjadi dasar dari keyakinan itu ialah
bahwa pewahyuan itu disampaikan melalui wibawa malaikat dan hanya dapat
diterima atau ditolak. Kepercayaan akan kebangkitan dalam Daniel merupakan
dasar pendirian para martir. Harapan itulah yang memungkinkan umat Tuhan lebih
suka mengorbankan hidupnya daripada tunduk pada tuntutan penguasa dunia yang
jahat.[54]
Jadi,
harapan akan adanya kebangkitan setelah kematian dalam kitab Daniel merupakan
dasar pendirian para martir dalam agama Yahudi. Harapan itulah yang
memungkinkan umat Tuhan lebih suka mengorbankan hidupnya daripada tunduk pada
tuntutan penguasa dunia yang jahat. Umat Tuhan yang mati syahid akan
dibangkitkan untuk mewarisi kerajaan Allah di dalam hidup yang kekal, dan orang
jahat akan menerima penghukuman selamanya. Ketika semua orang yang mati
dibangkitkan maka hal ini berhubungan dengan penghakiman yang akan berlangsung
untuk semua orang, ketika Tuhan datang. Penghakiman ini digambarkan suatu
pengadilan agung di saat Allah akan duduk di atas takhta-Nya dan menjatuhkan
keputusan-Nya atas semua umat manusia. Orang-orang yang tidak mengenal Allah
beserta si jahat akan dilenyapkan selamanya, sedangkan umat Tuhan akan mendapat
hidup kekal (Dan.7:36) bersama dengan Tuhan, di mana ada sukacita dan
kedamaian.
3.5.4 Bersifat Tersebunyi
Waktu eskatologi tidak ada yang
dapat mengetahui, Daniel pun yang mendapatkan penglihatan tidak
dapat mengetahuinya. Tidak ada satupun manusia yang dapat mengetahui. Pada saat
ini ada beberapa orang yang berusaha menafsirkan dan mencari tahu waktu yang
sebenarnya mengenai akhir zaman. Namun sampai sekarang tidak pernah dapat
menemukannya. Ada yang menafsirkan tanggal, dan waktunya, namun tidak pernah
terjadi. Bahkan Daniel pun menjelaskan ketidaktahuanya di dalam pasal 12.
Jadi Daniel 12 merupakan sebuah
nubuat paling akhir dari kitab ini, juga adalah kata penutup bagi keseluruhan
kitab. Dalam Daniel 12:5 dikatakan Malaikat sekali lagi membawa Daniel ke tepi
sungai. Salah satu dari antara dua orang malaikat mengajukan pertanyaan yang
krusial penting bagi Daniel dan umat yang ditawan: Bilakah hal-hal yang ajaib
ini akan berakhir? (Dan. 12:6). Dalam masa kesusahan
besar, masih harus menunggu berapa lama, kesulitan baru akan berlalu?
Malaikat yang ada di
seberang tepi sungai menjawab: Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan
setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan
digenapi! Satu masa dan dua masa dan setengah masa. Bagian ini sejajar dengan
pasal 7 yang menyebutkan umat kudus akan menerima aniaya dari tanduk
kecil selama satu masa dan dua masa dan setengah masa (Dan. 7:25). Malaikat tidak
memberikan sebuah tanggal yang konkrit, namun memberikan petunjuk bahwa saat
akhir zaman muncul, dan setelah hari akhir barulah hal-hal itu keseluruhannya
akan digenapi (Dan. 12:7).[55]
Teks sebelumnya
menyatakan akhir dari umat yang setia beriman dan yang durhaka akan sama sekali
berbeda, yang setia mendapatkan hidup kekal, yang durhaka menerima
kengerian selamanya. Perhentian akhir mereka, sesungguhnya diputuskan
berdasarkan kehidupan iman mereka di atas bumi. Orang benar akan bertekun,
menjaga kesucian, bersabar menerima tempaan (disucikan dan dimurnikan dan
diuji), karena memahami kehendak dan rencana Allah; Orang fasik justru menuruti
nafsu menjalankan kejahatan (Dan. 12:10). Kitab Daniel
menggabungkan karakteristik dari sastra hikmat dan sastra
apokaliptik, mendorong pembaca bersemangat menjadi orang bijak/berhikmat,
yakni bersandar kepada Allah, waspada menuruti dan menjalankan perintah-Nya;
Malaikat juga memberikan sebuah pandangan kekal yang melampaui zaman: Allah
adalah Tuhan pemegang kendali sejarah, Dia adalah yang awal, dan yang
akhir, Dia dalam kekekalan telah menetapkan rencana, juga pasti
menggenapkannya.
Saat Daniel mengejar
lagi dalam pertanyaan, Malaikat memberi dua petunjuk menyangkut waktu: seribu
dua ratus dan sembilan puluh hari (1200 + 90 hari) merujuk kepada waktu penyucian
Bait Suci[56],
dan seribu tiga ratus tiga puluh lima hari (1335 hari) (Dan. 12:11-12). Seribu dua ratus dan
sembilan puluh hari, setengah tujuh masa (Dan. 9:27), dan satu masa dan
dua masa dan setengah masa (Dan. 12:7) ketiganya adalah satu
jenis yang sama, semuanya menunjuk masa waktu umat Allah menerima siksaan dari
penguasa yang lalim. Selama masa menderita, umat kudus harus bersabar
menantikan datangnya Kerajaan Allah, setelah genap menanti seribu dua ratus dan
sembilan puluh hari (1200 + 90 hari) tetap belum cukup, justru hendak menunggu
sampai genap seribu tiga ratus tiga puluh lima hari (1335 hari).
Malaikat tidak memberi
perintah kepada Daniel untuk menghitung tanggal konkritnya, hanya berpesan:
“Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat,
dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman” (Dan. 12:13). Dasar dari
perhitungan yang misterius adalah iman yang tegas, yang tidak dapat dipadamkan,
tidak dapat dibinasakan oleh kesulitan dan penganiayaa. Iman merupakan hal yang
penting dan benarm apakah penghitungan jumlah hari-hari dalam Daniel tepat
ataukah tidak. Daniel yang sudah lanjut usia, telah mengalami pergantian
dinasti, telah mengakhiri pertempuran yang baik, telah mencapai garis akhir
dari jalan yang harus di lalui, telah memelihara iman, dapat dengan tenang
menantikan bagian yang disimpan baginya.
3.5.5 Kedatangan
Zaman Keselamatan
Dalam membaca sastra apokaliptik, maka para pembaca dapat
menemukan pembedaan yang tegas antara dunia yang sekarang dengan dunia yang
akan datang. Sastra apokaliptik berbicara mengenai eskatologi, yaitu
akhir dunia yang semakin memburuk sampai benar-benar kiamat, lalu
tiba-tiba muncul dunia baru yang serba indah. Saat dunia yang baru itu datang,
segala kejahatan dan kuasanya akan dimusnahkan oleh Allah, orang-orang yang
telah mati akan dibangkitkan, dan akan ada penghakiman bagi semua orang. Dalam
pandangan apokaliptik, bumi dilihat secara menyeluruh dan tidak hanya terbatas
pada umat Israel. Apokaliptik
juga tidak hanya berbicara melampaui
batas sejarah sampai ke eskatologi, tetapi juga protologi yaitu
keadaan sebelum dunia diciptakan. Pola pikir dualistis seperti
membedakan antara zaman sekarang dan akan datang,
antara bumi dan sorga, antara orang suci dan orang jahat sangat
menonjol dalam sastra apokaliptik. Dengan datangnya dunia yang baru maka
berakhirlah penderitaan orang-orang percaya yang tertindas. Sastra apokaliptik
dengan demikian mendorong orang-orang agar dapat bertahan dalam penindasan.
Sasaran akhir tulisan ini adalah berakhirnya segala kejahatan, kekuasaan yang
dimiliki negara-negara besar di dunia tidak akan bertahan lama, dan zaman
keselamatan pun tiba.[57]
3.6
Makna Akhir Zaman dalam Daniel 12:1-13
Pada dasarnya PL tidak sedikit membicarakan eskatologi yang
berhubungan dengan iman yang akan datang. Salah satu aspek Perjanjian Lama yang
paling penting adalah pengharapan terhadap masa yang akan datang (eskaton). Eskaton dipahami sebagai hal
yang terakhir. Konsep Eskaton dalam Perjanjian Lama juga dipahami sebagai akhir
zaman (Yes. 65:17; 66:23) dan adanya suatu langit dan bumi yang baru (Yes. 65:17,
66:23). Pada umumnya pengharapan di Perjanjian Lama merupakan pandangan yang
optimis tentang masa depan yang mengharapkan berkat jasmani dan rohani
serta perubahan dalam kehidupan politik dan
adanya harapan bahwa akan terjadi suatu perubahan yang radikal yang dilakukan
oleh Allah kelak.[58]
Adapun harapan Eskatologi dalam Perjanjian Lama menurut David L. Baker[59]
di dasarkan pada :
1.
Keyakinan bahwa Allah tetap berkarya, walaupun kehidupan bisa saja
sulit.
2. Ketegangan antara kehadiran Allah dan
ketersembunyian-Nya yang menimbulkan pengharapan akan kehadiran Allah secara
sempurna pada masa depan.
3.
Keyakinan para nabi bahwa Allah akan berkarya pada masa depan
sebagaimana Ia berkarya pada masa lalu walaupun dengan cara yang benar-benar
baru.
Sejak awal zaman para nabi terdapat keyakinan akan ada waktu atau hari
ketika Tuhan Allah akan campur tangan dalam sejarah Israel (Amos 5:18-20)
keyakinan ini nyata dalam ungkapan ‘Hari Tuhan’ (Yes. 13:6,9; Yeh. 13:5, Yl. 1:15,2:1,11,35,
Ob. 15, Zef. 1:7,14, Za. 14:1).
Akhir zaman dalam kitab
Daniel digambarkan sebagai tindakan Allah yang menyelamatkan umat Israel dari
kekuasaan raja yang lalim dan bahwa Allah sungguh-sungguh memegang kendali atas
semua yang terjadi di dunia ini.[60]
Pemerintah-pemerintah lalim dapat saja berkuasa, tetapi itu bisa terjadi dengan
seizin Allah saja. Kebangkitan dan keruntuhan para pemerintah sudah diketahui
sebelumnya dan telah ditakdirkan oleh Allah. Tetapi kendatipun demikian halnya,
para pemerintah tidak dapat begitu saja dibebaskan, sebab setiap pemerintahan
lalim pada waktu yang sama harus memikul tanggung jawab atas segala kejahatan
yang dilakukannya dan akan diadili.[61] Pengadilan
itu juga telah ditetapkan sebelumnya – bukan hanya pengadilan terhadap
kerajaan-kerajaan dan penguasa-penguasanya, tetapi juga atas semua orang atau
orang perorangan.[62] Hanson
mengatakan bahwa:
Sastra
itu menempatkan para penindas berhadap-hadapan dengan Penguasa terakhir yang
menjadi hakim mereka dan yang kepada-Nya mereka harus mempertanggungjawabkan
perbuatan mereka. Pada akhirnya kejahatan akan dibinasakan. Mempercayai hal
yang sebaliknya berarti menaklukkan diri pada semacam fatalisme yang sepenuhnya
merongrong pengharapan dan keberanian yang menjadi ciri kehidupan orang-orang
kudus sepanjang sejarah keagamaan kita.[63]
Para pelihat
apokaliptik ini dapat melihat tangan Allah di dalam semua peristiwa pada zaman
tersebut karena pelihat apokaliptik
adalah orang-orang yang bijaksana, berwawasan yang melalui wahyu Allah, telah
diperlihatkan dengan jelas apa yang masih akan terjadi.[64] Orang-orang
bijaksana tersebut dapat menafsirkan kejadian-kejadian di dalam sejarah dari
sudut kekekalan dan mampu melihat makna dan penghakiman di dalam sejarah,
karena pada akhir dari semuanya yang sedang berlangsung terletak tujuan dari
semuanya itu yang telah ditakdirkan dan ditentukan sebelumnya oleh Allah, yang
dari sudut-Nya seluruh sejarah akhirnya menjadi berarti. Arti yang
sebenar-benarnya dari sejarah bagi para pelihat apokaliptik terletak pada
akhirnya, pada penyempurnaannya, pada pemenuhannya di dalam kedatangan Kerajaan
Allah. D.S. Russel mengatakan bahwa :
Para
apokaliptisi melihat Kerajan Allah sebagai suatu peristiwa masa depan;
sehubungan dengan ini, kita jadi ingat kembali pada ajaran Yesus bahwa Kerajaan
Allah, bagi-Nya, telah datang pada masa kini tetapi juga masih dinantikan.
Kerajaan Allah, jadinya, adalah “Kerajaan di bumi” dan “Kerajaan di Sorga”.
Kerajaan Allah bukan salah satu diantaranya tetapi kedua-duanya. Kerajaan Allah
adalah sesuatu yang akan datang dan lain dari dunia ini dalam arti bukan suatu
rancangan kegiatan manusia yang berhasil mencapai tujuannnya, tetapi maksud dan
rencana Allah yang mencangkup segalanya; bukan usaha manusia untuk mencapai
kesempurnaan, tetapi tindakan Allah untuk mewujudkan keselamatan.[65]
Jadi, kitab Daniel berisi
pesan pengharapan yaitu bahwa umat Tuhan harus beriman, meskipun segala hal
kelihatannya bertentangan dengan kepercayaan, namun haruslah tetap percaya bahwa
Allah sungguh-sungguh memegang kendali atas semuanya. Pemerintah-pemerintah
lalim dibawah kuasa Iblis mungkin dapat berkuasa untuk sementara, tetapi itu
bisa terjadi dengan seizin Allah saja. Kebangkitan dan keruntuhan para
pemerintah dunia yang jahat sudah diketahui sebelumnya dan telah ditakdirkan
oleh Allah. Tetapi kendatipun demikian halnya, para pemerintah tidak dapat
begitu saja dibebaskan, sebab setiap pemerintahan lalim pada waktu yang sama
harus memikul tanggung jawab atas segala kejahatan yang dilakukannya dan akan
diadili.
3.7 Kesimpulan
Penggunaan
kata “akhir zaman” di dalam Daniel 12:1-13 memakai kata yang sama yaitu ”`eth/ עֵת” untuk waktu dan “qets/ קֵץ” untuk akhir. Hal tersebut
merujuk kepada berakhirnya suatu periode. Jika melihat kitab Daniel secara
keseluruhan, maka akan terlihat adanya penekanan khusus mengenai hubungan dari sejarah
manusia,
yaitu mengenai
akhir zaman.
Dalam pasal 12:1-13, penekanan pada masa
akhir sejalan dengan fokus dari sejarah manusia. Oleh karena itu,
penekanan 'akhir zaman' tidak hanya dirancang untuk membuat seseorang sadar
akan pentingnya akhir zaman, tetapi juga untuk menggaris-bawahi realitas
sejarah. Akhir zaman bukanlah konsep teologis yang samar-samar, atau,
sebagaimana sebagian orang menyatakan, pemikiran yang tenang dibentuk oleh
orang yang menderita. Masa akhir diatur dalam kitab Daniel dalam realitas
sejarah manusia. Memang benar bahwa hal ini didorong oleh visi ini melebih
beberapa abad, para nabi berani untuk menempatkan masa akhir yang berkaitan
dengan seluruh sejarah dunia, dan bahkan lebih jauh sampai pada tahap terakhir.
Berdasarkan tafsiran dari beberapa
para ahli teologi mengenai Daniel 12, terdapat dua kubu dalam memandang akhir zaman
yang dimaksudkan dalam Daniel 12, yaitu pertama
kubu yang menerima bahwa akhir zaman merupakan peristiwa yang terjadi pada masa
itu dengan ditandai berakhirnya kekuasaan penguasa yang lalim yaitu Antiokhus
Efipanes IV. Mereka mendasari pandangannya dari peristiwa sejarah yang terjadi
di dalam kitab Daniel. kedua, kubu
yang menolak bahwa akhir zaman bukan hanya berbicara mengenai berakhirnya kekuasaan
Epifanes IV, tetapi akhir zaman berbicara mengenai masa itu, dan masa yang akan
datang. Kubu ini, berpandangan demikian karena yang menjadi dasarnya adalah
dalam memahami kitab Daniel tidak bisa hanya dilihat dari segi sejarahnya saja,
tetapi harus dilihat dari segi futurisnya juga.
Jadi menurut penulis, akhir zaman
yang dimaksud dalam Daniel 12:1-13
bersifat present.
Zaman itu akan disebut zaman kesesakan. Kesesakan dan penderitaan tersebut akan
dialami oleh orang-orang Israel atau
umat Tuhan. Secara khusus penderitaan
yang disebabkan oleh penindasan dari penguasa yang jahat. Kekuasaan raja yang
lalim itu merujuk kepada pemerintahan Antiokhus Epifanes IV, tetapi
penindasannya tidak akan berlangsung selamanya karena Allah akan menggulingkan
atau mengalahkan Antiokhus Epifanes IV. Kekalahan atau berakhirnya kekuasaan
Efipanes IV merupakan pengertian dari akhir zaman menurut kitab Daniel. Makna
dari akhir zaman dalam kitab Daniel yaitu, untuk mengajarkan supaya orang-orang
tetap bertahan di dalam mempertahankan iman mereka kepada Allah, dan tetap
setia kepada Allah selamanya.
[1] D.S.
Russell, Penyingkapan Ilahi, Pengantar Ke Dalam Apokaliptik Yahudi (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007), 22.
[3] William Wilson, Old Testament Word Studies; The
International Standard Bible Encyclopaedia vol. II (Grand
Rapids: Eerdmans, 1998), 977.
[4]Louis Hartman, &
Alexander A. Di Lella. The Anchor Bible,
The Book of Daniel (New York: Doubleday & Company, Inc, 1978), 260-261.
[6] Donald Guthrie, dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2: Ayub sampai Maleaki, Terjemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 563-565.
[12]Ronal S.
Walace, Seri Pemahaman dan penerapan
Amanat Alkitab Masa Kini: Daniel (Jakarta: Komunkasi Bina kasih, 2010),
250-264.
[14]Ibid,
278-292.
[15]S.M. Siahaan dan Robert Paterson, Tafsiran
Alkitab: Kitab Daniel: Latar Belakang, Tafsiran, dan Pesan, ed.
Rika Uli Napitupulu-Simarangkir
(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001), 97.
[16]Ibid, 197.
[17]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 344.
[18]Siahaan, Tafsiran Alkitab: Kitab Daniel, 197.
[20]Ibid, 345-346.
[21]Collins, Tafsir Deutoronika 4, 79.
[22]Siahaan, Tafsiran Alkitab: Kitab Daniel, 197.
[23] Carol A. Newsom &
Brennan W. Breed, The Old Testament
Library: Daniel A Commentary
(Louisville: Westminster Jhon Knox Press, 2014), 360.
[24] Louis Hartman,
& Alexander A. Di Lella. The Anchor
Bible, The Book of Daniel (New York: Doubleday & Company, Inc, 1978),
255- 261.
[25]Strong's H6256-`eth. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[26]Strong's H1419 – gadowl. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[27] Strong's H6869 – tsarah. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[28]Strong's H3463 – yashen. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[29]Strong's H6974 – quwts. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[30]Strong's H2416 – chay. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[31]Strong's H5769 - `owlam. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[32]Strong's H2781 – cherpah. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[33] Strong's H1860 - dĕra'own. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[34] Strong's H7919 – sakal. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[35] Strong's H1840 - Daniye'l. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[36]Strong's H7093 – qets. https://www.blueletterbible.org/lang/lexicon/. Diunduh pada
tanggal 09 November 2018.
[38]D. S. Russel, Penyingkapan Ilahi: Pengantar ke dalam
Apokaliptik Yahudi, alih bahasa: Ioanes Rakhmat (Jakarta: Bpk Gunung
Mulia, 2007),
134.
[39]Ibid, 135.
[40]Harry Mowley, Penuntun ke Dalam Nubuat Perjanjian Lama (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000), 115-116.
[41]Russel, Penyingkapan Ilahi, 135.
[42]John J. Collins, Tafsir Deutoronika 4: Daniel, alih bahasa:
Bosco Carvallo & Martin Harun (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 73.
[43]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 289.
[44]Willem A. Vangemeren, Penginterpretasian Kitab Para Nabi
(Surabaya: Momentum, 2007), 379.
[45] Mikhael
yang dimaksud di sini adalah gambaran dari kekuasaan Allah. Di mana Allah
sebagai pemilik bangsa Israel membebaskan mereka dari belenggu penguasa lalim
yang sudah menindas orang-orang Israel dengan sangat kejam. Pemerintahan yang
lalim adalah merujuk kepada pemerintahan Antiokhus Epinanes IV.
[46]Collins, Tafsir Deutoronika 4, 79.
[47]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 346.
[48] Kebangkitan
yang dimaksud adalah tujuan utamanya bukan merujuk kepada
kebangkitan orang mati secara harafiah, tetapi tujuannya untuk memperjuangkan
kebenaran itu membutuhkan pengorbanan, termasuk nyawa sekalipun.
[49]Collins, Tafsir Deutoronika 4, 80.
[50]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 349.
[51]Russel, Penyingkapan Ilahi, 132.
[52]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 347-348.
[53]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 81-82.
[54]Ibid, 82.
[57]Y.M Seto Marsunu, Apokaliptik : Kumpulan Karangan
Simposium Ikatan Sarjana Biblika Indonesia2006 (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2007), 10-18.
[58]David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 2001), 23.
[60]Collins, Tafsir Deutoronika 4, 83.
[61]Newell, Tafsiran Kitab Daniel, 343.
[62]Ibid, 348.
[64]Siahaan, Tafsiran Alkitab, 197-198.
Nama : Gracie Beatrice Chika
ReplyDeleteNPM : 20180111
Jawaban
Yang dimaksud Hari Tuhan dalam Kitab Amos adalah Hari Tuhan dalam Kitab Amos adalah hari penghakiman dan penghukuman bagi bangsa Israel. Nabi Amos menubuatkan Hari Tuhan atau hari penghukuman ini karena ketidakadilan sosial yang terjadi pada kehidupan bangsa Israel pada saat itu dan ditengah kehidupan yang tidak benar itu mereka melakukan peribadatan yang semarak (Amos 5:18-20).
Yang dimaksud Hari Tuhan dalam Kitab Yoel. Tema besar kitab ini adalah Hari Tuhan yang besar yang mengagumkan. Kitab Yoel menceritakan tentang bencana yang menimpa umat Israel dan ajakan Nabi Yoel kepada para imam dan seluruh umat untuk bertobat. Bencana alam merupakan pendahuluan sebelum datangnya Hari Tuhan atau akhir zaman (Yoel 2:31).
Yang dimaksud Hari Tuhan dalam Kitab Daniel adalah sebagai berikut (1) bangkitnya anti-Kristus (Why. 17; Dan. 9:27), (2) Masa tribulasi (1 Tes. 4:13-18; 1 Kor. 15:51-53), (3) Bait Suci ketiga akan dibangun (2 Tes. 2:3-4), (4) Tanda-tanda di bumi dan langit (Why. 8:10-12).
Kesimpulan
Frasa “Hari Tuhan” biasanya merujuk pada peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di akhir sejarah umat manusia (Yes. 7:18-25). Kebanyakan orang mengasosiasikan “Hari Tuhan” dengan masa tertentu yang akan terjadi di akhir zaman, ketika rencana dan maksud Allah bagi dunia dan umat manusia digenapi.
Nama : Gracie Beatrice Chika
ReplyDeleteNPM : 20180111
Jawaban
Yang dimaksud Hari Tuhan dalam Kitab Amos adalah Hari Tuhan dalam Kitab Amos adalah hari penghakiman dan penghukuman bagi bangsa Israel. Nabi Amos menubuatkan Hari Tuhan atau hari penghukuman ini karena ketidakadilan sosial yang terjadi pada kehidupan bangsa Israel pada saat itu dan ditengah kehidupan yang tidak benar itu mereka melakukan peribadatan yang semarak (Amos 5:18-20).
Yang dimaksud Hari Tuhan dalam Kitab Yoel. Tema besar kitab ini adalah Hari Tuhan yang besar yang mengagumkan. Kitab Yoel menceritakan tentang bencana yang menimpa umat Israel dan ajakan Nabi Yoel kepada para imam dan seluruh umat untuk bertobat. Bencana alam merupakan pendahuluan sebelum datangnya Hari Tuhan atau akhir zaman (Yoel 2:31).
Yang dimaksud Hari Tuhan dalam Kitab Daniel adalah sebagai berikut (1) bangkitnya anti-Kristus (Why. 17; Dan. 9:27), (2) Masa tribulasi (1 Tes. 4:13-18; 1 Kor. 15:51-53), (3) Bait Suci ketiga akan dibangun (2 Tes. 2:3-4), (4) Tanda-tanda di bumi dan langit (Why. 8:10-12).
Kesimpulan
Frasa “Hari Tuhan” biasanya merujuk pada peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di akhir sejarah umat manusia (Yes. 7:18-25). Kebanyakan orang mengasosiasikan “Hari Tuhan” dengan masa tertentu yang akan terjadi di akhir zaman, ketika rencana dan maksud Allah bagi dunia dan umat manusia digenapi.
Mantap...salam literasi.
ReplyDeleteSalam literasi juga.
Delete