Bentuk Doa yang Memuliakan Allah

 Bentuk Doa yang Memuliakan Allah Menurut 1 Samuel 1:9-18

Doa
I Samuel

Doa merupakan nafas hidup setiap orang Percaya, doa menghubungkan ciptaan dengan penciptanya. Berdoa juga berarti berkomunikasi dengan Allah, membangun relasi dengan Allah. Namun banyak orang yang merasa bahwa doa merupakan hal yang sepele, hanya merupakan ucapan kalimat yang keluar tanpa arti, padahal doa sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan orang percaya.

Teladan Hana Dalam Berdoa

Teguran yang diberikan Elkana kepada Hana membuat Hana sadar untuk tidak berlarut dalam kesedihannya karena tidak memiliki anak dan membuat Hana berdoa. Ketika itu Hana, Penina dan Elkana sedang berada di Silo, tempat yang disebut sebagai tempat dimana Allah berjanji akan menemui Umat-Nya dan juga tempat yang disebut rumah doa. Ketika itu keluarga Hana baru saja mempersembahkan korban keselamatan untuk memperoleh perkenanan Allah dan semua yang baik dari pada Allah serta sebagai tanda persekutuan mereka dengan Allah. Melalui korban itu, mereka tidak hanya memperoleh penebusan dosa, tetapi doa itu pun didengar dan diterima, beserta jawaban damai sejahtera[1].

Dalam doa yang dilakukan oleh Hana dapat dijumpai adanya kesalehan yang hangat dan hidup didalam doa yaitu dimana Hana memanfaatkan kesedihan dan kesusahan hati yang dirasakannya untuk membangkitkan dan menggerakkan keyakinan yang teguh didalam doa. Hana berdoa sambal mencucurkan air mata, doa yang diucapkan Hana bukanlah doa yang kering. Dalam doanya Hana berterus terang kepada Allah mengenai kesusahan yang sedang dialaminya, selain itu Hana juga berdoa diseratai dengan penuh kerendahan hati ketika menyampaikan keinginannya kepada Allah. Hana mengucapkan sebuah janji atau Nazar, bahwa apabila Allah memberikan kepadanya anak, maka Hana akan menyerahkannya bagi Tuhan. Hana menyampaikan doanya dengan suara yang sangat kecil, sehingga tidak ada orang yang dapat mendengarnya, dengan cara itu Hana memberikan kesaksian atas keyakinan dirinya bahwa Allah mengetahui hati dan keinginannya.

Ada waktu dimana ketika meminta dan menerima terjadi secara otomatis, namun ada kalanya sebaliknya, akan tetapi semua orang juga pernah mengalami saat dimana doa tersebut tidak terkabul[2]. Doa yang dipanjatkan oleh Hana ketika ia berdoa bukanlah doa yang dinaikkan secara terburu-buru. Kepada siapa doa itu dipanjatkan adalah lebih penting dari pada bagaimana dan dimana doa itu dilakukan, apa yang ada didalam batin lebih penting daripada keadaan lingkungan[3]. Demikian halnya dengan Hana, ketika sedang bergumul dihadapan Tuhan, apa yang ada disekelilingnya tidaklah lebih penting daripada pergumulannya dengan Tuhan, bahkan sampai Hana dituduh sebagai seorang yang mabuk oleh anggur.

Dalam perumpamaan didalam Injil Lukas, Tuhan Yesus mengajar dengan menitikberatkan pengajaran-Nya pada bagaimana orang harus berdoa dengan tidak putus asa[4]. Demikian hal yang dilakukan Hana, ia tidak putus pengharapan dalam keadaan sulit yang dialaminya.

Prioritas Dalam Berdoa

Teladan utama yang mendahulukan Allah adalah Yesus. Bagi-Nya nama Allah adalah yang paling penting ketika Yesus menghadapi kematian di atas kayu salib. Dasar yang digunakan Yesus dalam menghadapi Salib bagi umat-Nya yaitu “Bapa. Muliakanlah nama-Mu”, bukanlah sebuah formula salam yang dangkal[5]. Nama Allah sangatlah penting, sehingga tidak heran didalam permohonan pertama yang Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami adalah “Dikuduskanlah Nama-Mu”. Membuat-Nya unggul adalah inti penyembahan yang sejati dan dasar kelebihan doa yang Alkitabiah yang bermakna. Dengan kata lain, doa bukan saja sekedar berbicara dengan Allah, sebab ini berkaitan erat dengan kesediaan untuk menaati-Nya[6]. Dalam doa yang dipanjatkan memanglah sepatutnya yang dimuliakan adalah Allah, bukan untuk kepuasan diri sendiri. Dalam doanya Hana bernazar kepada Tuhan bahwa Hana akan memberikan anaknya kepada Tuhan untuk melayani Tuhan, dirumah Tuhan. Dalam doa Hana, ia tidak hanya terobsesi untuk memiliki anak dan memuaskan dirinya sendiri, ditengah kesedihannya, Hana masih memikirkan hal apa yang dapat dilakukan untuk memuliakan nama Tuhan. Doa orang percaya seharusnya memuliakan Allah dan bukan meminta dan mencari kepuasan diri sendiri.

Solusi Allah Dalam Masalah Manusia

Kesulitan memang selalu ada, rintangan-rintang yang mengecilkan hati sering muncul. Yesus dalam pengajaran-Nya juga ingin agar kita belajar bahwa bila doa kita tidak segera dijawab, maka diperlukan suatu disiplin. Disiplin bukanlah penderitaan karena hal itu dijalankan Allah atas umat-Nya sebagi sarana pertumbuhan rohani, disiplin bertujuan membuat seseorang lebih taat, seperti yang dijelaskan dalam Ibarani 12:10[7]. Tuhan mendisiplinkan orang yang dikasihinya merupakan tanda kepedulian-Nya akan kedewasaan dan kebaikan pada umat-Nya. Dalam menghadapi penderitaan ada berbagai macam cara orang untuk menghadapinya, ada yang menganggap enteng atau meremehkan disiplin Tuhan. Namun ada juga yang tawar hati karena pendisiplinan Tuhan yang mungkin sulit dibayangkan. Umat Allah sering meremehkan disiplin penderitaan dari Allah ketika gagal melihat pertolongan Allah dalam kesusahan yang dilalui. Bukannya mengakui bahwa penderitaan itu merupakan pendisiplinan Allah, orang Kristen cenderung memandangnya sebagai peristiwa kebetulan sebagai sesuatu yang harus dijalani dan dilalui secepat mungkin, bukannya mencari maksud Allah dalam disiplin itu, tetapi lebih berfokus penuh untuk menemukan cara meringankannya[8]. Hana dalam pendisiplinannya mampu untuk menemukan Allah, bahkan dalam perasaan terlukanya Hana datang kepada Allah dengan mencurahkan semua kesedihannya kepada Allah. 

Model Dalam Berdoa

Berdoa merupakan kegiatan berbicara secara pribadi kepada Allah.[9] Dalam doa yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya, Yesus mengundang mereka untuk berbagi dalam sebuah hubungan yang intim dengan Allah. Allah ingin agar setiap anak-anaknya mengenali Allah sebagai bapa rohaninya, dan juga ingin agar anak-anak-Nya meminta Dia untuk keperluan hati anak-anak-Nya, karena Allah sangat senang memberikan kepada anak-anaknya hal-hal yang diminta[10]. Hal inilah yang dilakukan Hana, dengan pengenalannya akan Allah Hana menyampaikan permohonannya untuk mendapatkan seorang anak kepada Allah.

Yesus juga mengajarkan sebagaimana mestinya orang Kristen harus menunjukkan penyembahan dan hormat kepada Allah[11]. Perlu diingat bahwa status orang Kristen sebagai anak Allah namun juga sebagai hamba Allah, hal ini mengingatkan bahwa status manusia tidak lebih tinggi dari Allah, maka dari itu sangat penting orang Kristen menunjukkan hormatnya kepada Allah dan juga penyembahan kepada Allah.

Banyak orang berpikir doa hampir sama dengan permohonan. Janganlah kita memikirkan Tuhan dengan berpangkal pada kebutuhan sendiri. Dengan alasan yang sama janganlah doa pertama-tama dilihat sebagai permohonan semata, memang pantas jika manusia memohon atas segala sesuatu yang dibutuhkan, karena Tuhan Yesus sendiri mengajarkan untuk selalu memohon kepada Allah. Permohonan sangat wajar, tetapi bukanlah satu-satunya dalam doa. Dalam doa manusia menghadap Tuhan, dan doa baik isi maupun bentuknya untuk sebagian besar bergantung dari pengenalan manusia mengenai Allah. Dari pihak lain pengenalan akan Allah itu juga berkembang melalui doa. Doa yang berarti pelarian dari kenyataan hidup bukanlah doa yang baik, doa harus dimulai dengan menyembah Allah yang menciptakan manusia[12].

Doa bukanlah alternatif untuk usaha manusia dan juga bukan berhadapan dengan Krisis atau bencana alam, ketika manusia berdoa harus juga diimbangi dengan berjuang dan tidak menyerahkan tanggung jawab untuk hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Menyerahkan semua itu kembali kepada Tuhan artinya mencari aman, dan dengan kata lain menghianati panggilan dalam menjalankan Mandat Budaya yang sudah berikan kepada manusia. Perjuangan yang manusia lakukan mempunyai arti dalam kerangka hidup mausia dan mendapat kejelasan dari keterarahan hidupnya. Manusia berdoa untuk menemukan penjelasan tetapi tidak melarikan diri dari kenyataan hidup. Mencari perlindungan pada Tuhan berarti berjuang bersama Tuhan[13]. Inilah yang dilakukan oleh Hana, dalam permasalah berat yang dialaminya dia tetap mengandalkan Tuhan dan juga tidak lari dari kenyataan hidup yang dialaminya, dan dengan tabah Hana menjalani hidup dan penderitaannya. Doa dalam bentuk manapun berarti menghadap Allah dan mengakui Allah dalam bentuk manapun.

Doa adalah penggerak agama, tanpa doa agama hanyalah upacara adat atau kebiasaan saja. Doa adalah pengakuan iman, dalam doa iman dibahasakan dalam segala kekhasan dan ciri-ciri bahasa, yang pokok adalah bahwa doa itu menyatakan apa yang ada didalam hati. Pada dasarnya doa berarti menempatkan diri dihadapan Tuhan dan mengaku diri sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan perantaraan Kristus oleh Roh Kudus. Ada dua bentuk doa yang dasariah, yaitu puji-syukur dan permohonan. Doa permohonan pertama-tama berkaitan dengan situasi yang konkrit. Tidak bisa dikatakan bahwa perhatian hanya berpusat pada kebutuhan manusia, kebutuhan itu mendorong dan mendesak orang untuk berdoa, untuk mencari Tuhan sebagai tempat perlindungan. Yang utama dimohonkan adalah belas kasihan Tuhan, doa permohonan tertuju pada keselamatan dari Tuhan.[14]

Dalam Roma 8:26 dicantumkan bahwa Roh Kudus mengetahui dan menolong orang percaya berdoa dengan keluh kesah dalam kalimat yang tidak terkatakan. Sering kali manusia ketika berdoa yang ditonjolkan adalah egosentrisnya. Doa seperti itu adalah sikap doa yang salah, dan tidak focus untuk mencari kemuliaan dan kebenaran Allah terlebih dahulu. Doa yang egosentris adalah doa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Untuk itu Allah mengirim Parakletos, Allah mengirim penghibur yang agung, yang sekaligus menjadi guru untuk memimpin kita kedalam kebenaran. Artinya Roh Kudus menolong orang percaya dengan sabar, seperti orangtua yang menjaga dan membimbing anaknya.[15]

Jangan berpikir bahwa berdoa dalam Roh itu adalah doa yang dinaikkan dengan bahasa Roh, karena dengan berpikir demikian orang Kristen telah menafsirkan Alkitab dengan salah. Alkitab berkata berjalan dalam Roh, berdoa didalam Roh, taat didalam Roh. Yang dimaksud dengan berdoa dalam Roh, berjalan dalam Roh, dan taat dalam Roh adalah taat pada pimpinan Roh Kudus artinya tunduk kepada Roh Allah yaitu mengakui akan kedaulatan Allah yang menguasai seluruh keberadaan manusia, baik pada waktu berdoa, bersandar, bertindak, berjalan maupun hidup. Itulah yang disebut didalam Roh.[16]

Tanpa gerakkan Tuhan, seseorang tidak dapat berdoa untuk kebangunan. Artinya Roh Kudus telah memberikan pengertian dan menggerakkan orang percaya untuk berdoa. Kebanguan adalah anugerah Tuhan, maka bukan karena orang percaya berdoa lalu Tuhan mengadakan kebangunan. Secara urutan waktu dan secara tertulis memang betul berdoa dahulu baru terjadi kebangunan, doa yang benar sudah merupakan permulaan dari kebangunan yang sesungguhnya.

Kesimpulan

Dari teladan yang diberikan Hana dalam berdoa yaitu meminta kepada Tuhan untuk diberikan seorang Anak, Hana tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, walaupun dikisahkan bagaimana kehidupan dan kesedihan yang dialaminya karena tidak memiki anak, namun ditengah penderitaannya itu Hana masih tetap mau memperhatikan apa yang harus ia berikan kepada Allah. Hana memberikan Samuel kepada Allah, anak yang selama bertahun-tahun dinantinya. Dalam doanya Hana tetap memuliakan Allah, memikirkan bagaimana pekerjaan Allah didunia ini tetap berjalan, sehingga ia memberikan Samuel kepada Allah, untuk menjadi abdi Allah.



                [1] Matthew Henry, Kitab 1&2 Samuel

                [2] Douglas F. Kelly dan Caroline S. Kelly, Jika Allah sudah tahu mengapa masih berdoa

                [3] Morris Wiliams, Doa dan Ibadah

                [4] R. A. Torrey, Bagaimana Kita Patut Berdoa

                [5] Douglas F. Kelly dan Caroline, 39.

                [6] Ibid, 42.

                [7] Jeri Bridges, The Discipline of Grace,244.

                [8] Ibid, 245

                [9] Elmer L. Towns ,23

                [10] Ibid, 24.

                [11] Ibid, 25.

                [12] Tom Jacobs, Teologi Doa (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2004), 11.

                [13] Ibid, 12.

                [14] Ibid, 28.

                [15] Stephen Tong, Roh Kudus, Doa dan Kebangunan (Jakarta: LRII, 1995) 113.

                [16] Ibid, 115


1 comment for "Bentuk Doa yang Memuliakan Allah "