Amsal 2:1-22 |
Eksegese Amsal 2:1-22
Jenis Sastra
Jenis
sastra dalam kitab Amsal adalah hikmat dan pepatah yang berasal dari Bahasa
Ibrani Hokma, merupakan suatu
kualitas intelektual/pemikiran manusia yang mampu membedakan hikmat manusia
dengan segala kebijakannya, tradisi hikmat kuno telah berkembang luas di Timur
dekat kuno serta merupakan refleksi terhadap pengalaman hidup manusia yang
eksistensial dari manusia. Kelompok sastra hikmat ini merupakan bentuk
peribahasa yang merupakan ungkapan bijaksana mengenai kehidupan manusia. Hikmat
ini mengarah kepada bentuk penegasan kepada pengajaran hikmat yang dari Allah
dan menggambarkan kasih setia Tuhan di dalam hidup takut akan Tuhan.
Struktur Amsal 2:1-22
- (Ay. 1-4) mencari hikmat dari Allah
- (ay.5-10) manfaat hikmat dari Allah
- (ay.11-22) akibat tidak mengejar hikmat Allah
Eksegese Ayat & Arti Kata-kata yang Dipakai
- Ay. 1 menggunakan kata “jikalau” merupakan bentuk bersyarat dimana ketika orang-orang menerma Firman Tuhan dan menyimpan perintah-Nya walaupun banyak orang menginginkannya tetapi tidak dapat memperolehnya dan kata “menyimpan” disini memiliki arti yaitu menyembunyikan, menumpuk atau menyimpan dengan senang hati menjaga yang artinya setiap orang harus mengambil Firman Tuhan, menjaganya dan berpegang padanya.
- Ay. 2, kata “telinga memperhatikan hikmat” bukan berbicara tentang memutar kepala tetapi kepada menyetel pendengaran dan dibutuhkan usaha untuk melakukannya, dibutuhkan perhatian dan perlu fokus kepada hal-hal dari Tuhan.
- Ay. 3-4, ayat ini berbicara mengenai perbandingan dengan mencari harta dan kekayaan yang terpendam dengan membandingkan mencari pengetahuan dan pengertian sepenuhnya walaupun mengaku sudah memperoleh tetapi belum sepenuhnya berkomitmen pada tujuan karena dengan berkomitmen pasti akan mendapatkannya. Jika menginginkan hikmat itu artinya sebesar mencari kemakmuran.
- Ay. 5 merupakan bentuk janji Allah, pengetahuan takut akan Tuhan dan menemukan pengetahuan akan Allah merupakan konsekuensi dari mengejar hikmat Allah.
- Ay. 6, kata “memberi hikmat”, ada hikmat dari dunia yang tidak menghasilkan apapun yang baik tetapi hikmat ilahi datang dari Allah sebagai pemberian dan melalui Firman Allah serta tidak dapat dibeli dan bukan karena kekudusan.
- Ay. 7, kata “dia menyimpan” diterjemahkan ke dalam Bahasa Ibrani tsaphan, artinya menyimpan atau tersembunyi yang bukan dari manusia dan hikmat ini akan diperoleh kalau mencari seperti perak dan menemukannya maka hikmat menjadi perisai atau perlindungan Tuhan.
- Ay.8 kata Ibrani atsar yang diterjemahkan “memelihara” dalam ayat ini memliki arti “melindungi dalam arti yang baik (menjaga, menaati dan lain-lain) atau dalam arti yang buruk menutupi. Jadi, ini mengatakan bahwa Tuhan melindungi, menjaga dan memelihara jalan keadilan. Kata Ibrani Misphat yang diterjemahkan keadilan disini memiliki arti yang mengatakan bahwa Tuhan melindungi, menjaga dan memelihara jalan hukum keadilan, keputusan, ketetapan dan hukum ilahnya.
- Ay.9 ayat ini merupakan bentuk ungkapan bahwa semua datang kepada orang-orang yang menerima dan menyimpan Firman Tuhan di dalam hati setiap orang percaya (Ams. 2:1).
- Ay. 10-11, kata kebijaksanaan artinya memiliki atau menunjukkan penilaian yang baik dan penguasaan diri dalam perkataan atau perilaku, berhati-hati. Jadi, kebijaksanaan berarti mengendalikan diri.
- Ay.12-13, kata tipu muslihat ini berbicara tentang dusta, karena dengan hikmat menjaga dari dusta dan semua berasal dari iblis dan bahwa pendusta ini telah meninggalkan jalan lurus.
- Ay. 14, ayat ini berbicara juga tentang tipu muslihat tetapi dalam tingkatan yang lebih tinggi bahwa pendusta bergembira saat melakukana kejahatan.
- Ay.15, bagian ini sama dengan bagian sebelumnya dimana menekankan bahwa gambaran seorang pendusta adalah jalan yang berliku-liku dan tidak berjalan dengan integritas.
- Ay.16-17, merupakan gambaran tentang pemberontakkan terhadap hikmat Allah dimana dosa seksual akan menyerang dengan kebohongan dan kenikmatan duniawi yang menjebak. Hal ini merujuk kepada perempuan yang sudah menikah namun berzinah karena seorang yang berzinah harus meninggalkan suami dan juga meninggalkan perjanjian Allah.
- Ay. 18-19, bagian ini merupakan bentuk penghakiman terakhir kepada orang-orang yang tidak mengejar hikmat Allah yang mudah tergoncang dan jatuh di dalam dosa. Tidak ada seorangpun pendosa atau pezinah dapat berpegang pada jalan Allah.
- Ay.20-22, kata Ibrani yastar yang diterjemahkan “jujur” yang artinya lurus dan “kata orang yang tak bercela” diterjemahkan dengan kata tamiym yang berarti seluruh dan juga integritas, kebenaran dan bukan menggambarkan kesempurnaan dalam tindakan karena semua orang berdosa serta tidak memenuhi standar Allah.
Jadi,
kesimpulan dari semua ayat dalam pasal 2 merupakan bentuk-bentuk hikmat peribahasa
yang bertujuan untuk menggambarkan bagimana hidup takut akan Tuhan dan hidup
tidak takut akan Tuhan.
Perumpamaan Yang Digunakan
Dalam
ay. 4 merupakan bentuk pemakaian perumpamaan dimana seseorang yang mau mencari
hikmat haruslah seperti mencari perak atau mengejar harta terpendam. Sumber
perumpamaan ini adalah mengenai kehidupan pekerjaan dan kehidupan mengumpulkan
harta. Artinya dalam mengejar hikmat dibutuhkan pengorbanan. Pesan tersembunyi
terdapat dalam ay. 5 dikatakan “memperoleh hikmat Allah”.
Dalam
ay. 13-19, merupakan bentuk perumpamaan yang terlihat jelas maknanya walaupun
tidak dituliskan secara eksplisit. Perumpamaan ini menggambarkan
kehidupan-kehidupan diluar hikmat Allah yang berkeliaran dan bersukacita
melakukan kejahatan. Perumpamaan ini juga menggambarkan godaan-godaan duniawi.
Dalam ay. 16-17 merupakan godaan dari perempuan lajang yang menjatuhkan
orang-orang. Dalam ay. 18 merupakan perumpamaan yang cukup menegangkan dan
menakutkan karena dalam ay. 18 tertulis “rumahnya hilang tenggelam ke dalam
maut” seringkali perumpamaan ini membingunkan karena apakah berbicara mengenai
neraka atau mengenai hukuman dalam kata “maut”. Tetapi jelas sekali orang-orang
yang tidak hidup dalam hikmat Allah akan tenggelam dalam godaan duniawi dan
hukuman yang tidak dapat terhindarkan.
Pemakaian Metafora Dalam Amsal 2:1-22
Pemakaian
metafora di dalam Amsal 2:1-22 cukup banyak. Dalam ay. 1 “menyimpan perintah-Ku
dihatimu” merupakan metafora antropopatisme karena menghubungkan
perasaan manusia dengan Allah. Dalam ay. 3 “berseru kepada pengertian” dan
“menunjukkan suara kepada kepandaian” merupakan metafora antropopatisme
yang merupakan keinginan manusia yang dihubungkan dengan objek-objek. Dalam ay.
6 ‘dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian merupakan metafora
antropomorfisme yang menghubungkan organ manusia dengan Allah, dalam ay. 7
“menjadi perisai bagi orang jujur” merupakan metafora antropomorfisme yang
memakai bentuk manusia atau objek benda lain untuk menggambarkan perlindungan
Allah. Dalam ay. 10 “hikmat akan masuk ke dalam hatimu” merupakan matafora
antropopatisme yang menggambarkan keinginan atau perasaan manusia yang
dihubungkan dengan Allah yang artinya Firman Allah harus dihidupi dalam
kehidupan paling dalam. Ay. 11 “kebijaksanaan memeliharamu” dan “kepandaian
menjagamu” metafora ini memakai sifat manusia yang menggambarkan Allah dalam
kuasa memelihara dan menjaga umat-Nya dan merupakan metafora antropomorfisme artinya
dengan hikmat Allah anak-anak-Nya pasti akan mendapat perlindugan dan tidak ada
anak-Nya yang tidak lepas dari pengawasan-Nya.
Dalam
ay. 12-18 merupakan metafora yang menghubungkan dengan suatu objek benda atau
sifat terhadap perilaku orang-orang yang tidak memiliki hikmat seperti
“meninggalkan teman hidup”, “terlepas dari perempuan jalang”, “menempuh jalan
yang gelap”. Dalam ay. 20 “peliharalah jalan-jalan orang benar” merupakan
metafora antropopatisme yang berusaha menggambarkan bahwa orang-orang yang
memelihara jalan benar akan mendiami tanah yang diberikan Allah.
Arti Kebiasaan & Budaya Kuno
Kebiasan
orang-orang dan budaya kuno di dalam kehidupan bangsa Israel jauh sebelumnya
bahwa hikmat adalah suatu kualitas intelektual atau pemikiran manusia yang
mampu membedakan hikmat manusia dengan segala kebijakannya serta membawa
manusia kepada keberhasilan hidup dan orang-orang yang memiliki hikmat disebut hakamim (dalam Bahasa Ibrani). Hikmat
itu pada dasarnya bersifat universal yang artinya dimiliki oleh setiap orang dari
segala lapisan masyarakat baik rakyat jelata maupun orang-orang istana. Tradisi
hikmat juga sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di luar Bangsa Israel, misalnya
Mesir dikenal kitab Amen-Em-Opet (abad ke-14 SM). Dalam tradisi hikmat pada
umumnya dikenal dengan dua golongan yang pertama berisi nasehat kepada anak
muda demi mencapai keberhasilan hidup dan tradisi hikmat golongan kedua adalah
refleksi terdalam terhadap penderitaan manusia dan yang sering hidup skeptis
tetapi dapat juga dipengaruhi oleh motivasi keagamaan.
Perkembangan
tradisi hikmat bangsa Israel tidak lepas dari tradisi hikmat bangsa-bangsa lain
karena perkembangan tradisi hikmat bangsa Israel baru menonjol pada zaman
pembuangan di Babel (abad ke-14 SM). Dan juga pengaruh dari alam pikiaran
Yunani (hikmat manusia) seperti Stoa dan Epikuros periode sebelum Alexander
Agung. Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan-tulisan hikmat pada kitab-kitab
Perjanjian Lama di luar kitab Amsal, Ayub dan Pengkhotbah. Ketika Bangsa Israel
berefleksi tentang makna kehidupan, maka Bangsa Israel dipengaruhi oleh tradisi-tradisi
hikmat yang sudah lama berkembang di antara bangsa-bangsa sekitarnya hal ini
dapat dilihat di Amsal 22:24. Dibuktikan juga dalam perkunjungan Ratu Syeba
kepada Raja Salomo (1 Raj. 10:1-10) merupakan pertanda keterbukaan Salomo
terhadap pengaruh kebudayaan daerah-daerah lain.
Perkembangan
tradisi hikmat bangsa Israel yang ada dikalangan bangsa-bangsa non-Israel
ditandai dengan ciri-ciri mempunyai sifat-sifat manusiawi, bersifat universal
dan tidak mengandung perspektif sejarah. Walaupun begitu tradisi hikmat Bangsa
Israel tidak dapat dipersamakan dengan bangsa-bangsa lain karena tradisi hikmat
Bangsa Israel memiliki kekhasannya karena berhubungan dengan Iman mereka kepada
Allah yang berkarya dan menyelamatkan, dengan kata lain tulisan-tulisan hikmat
dalam PL adalah wahyu Allah dan merupakan pernyataan ilahi.[1] (by. am)
[1] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2: untuk
Studi Kritis (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 183-192.
Post a Comment for "Eksegese Amsal 2:1-22"