AKHIR ZAMAN MENURUT DANIEL 12:1-13 BAGI KEHIDUPAN UMAT KRISTEN DI INDONESIA: SUATU REFLEKSI TEOLOGIS




 Akhir zaman memiliki makna penting bagi orang Kristen, yaitu suatu pengharapan, dan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan imannya dalam situasi dunia yang kacau.  Adapun refleksi teologis dari makna akhir zaman dari Daniel 12: 1-13 tersebut adalah sebagai berikut:

4.1 Korelasi Akhir Zaman dari Daniel 12: 1-13 Bagi Kekristenan Masa Kini
Kitab Daniel kitab yang ditujukan kepada masa pemerintahan Antiokhus Epifanes IV, di mana pelaksanaan penganiayaan yang sangat hebat terhadap bangsa Israel yang dilakukan oleh pemerintahan Antiokhus ke-IV. Ungkapan akhir zaman dalam kitab Daniel muncul sebanyak enam kali, yang menunjuk ke suatu periode waktu yang mencapai puncaknya suatu sistem dan mencapai puncaknya pada kehancurannya.
Akhir zaman dalam kitab Daniel ternyata terimplementasikan oleh para ahli, ada yang mengatakan bahwa akhir zaman sebuah kiamat atau hancurnya bumi, tetapi sebuah peralihan zaman yang penuh kesengsaraan kepada zaman yang baru. Ada juga yang mengatakan akhir zaman yang dimaksud futuris, yaitu menurut penganut pandangan penglihatan atau nubuat yang terdapat dalam kitab Daniel sudah digenapi, tetapi sebagian masih menunggu kembalinya Kristus, sebagai penggenapannya. Pada saat itu bangsa Israel sekali lagi akan memainkan peran yang penting dalam urusan Tuhan dengan manusia. Pandangan ini memakai dasar penafsiran yang lebih harafiah, misalnya “satu masa, dua masa dan setengah masa” ditafsirkan dengan 3,5 tahun, dan “70x7 masa” ditafsirkan berarti 490 tahun.[1] Contohnya kaum adventis dan dispensasionalisme.

1. Kaum Adventis
Kaum Adventis mengharapkan  kedatangan Kristus yang kedua kalinya , akan terjadi dalam bentuk bencana bencana hebat, telah muncul sepanjang era kekristenan; khususnya pada masa Reformasi Protestan  dan sesudahnya. Emanuel Swedenborg  menganggap kedatangan Kristus yang kedua kali secara simbolik, sudah terjadi pada tahun 1757. Pada abad ke 19 tokoh Adventis  William Miller  dan para pengikutnya menentukan waktu kedatangan kembali Kristus dengan perhitungan-  kalender  yang didasarkan pada tulisan-tulisan apokaliptik di alkitab. Miller pada waktu itu datang kedatangan Kristus pada tahun 1843 atau selambat-lambat 1844. Ada juga yang memprediksi kedatangan Yesus dengan melihat bencana moral , gejala alam, peperangan dan dengan demikian mereka percaya bahwa penghakiman Allah terhadap dunia yang dilanda konflik dan korup ini sudah semakin dekat.[2]

2. Dispensasionalisme[3]
Bagi dispensasionalisme antikris kunjungan akan menjadi pusat perhatian di 'panggung dunia' mula-mula sebagai juru damai global yang disebut Daniel dalam Daniel 9:27. Raja yang akan datang ini akan mengadakan perjanjian dengan Israel selama tujuh tahun.
Pada pertengahan tujuh tahun terakhir, dunia yang diporak-porandakan oleh wabah dan gejolak berpaling kepada antikris untuk memimpinnya. Pengharapan mereka ialah bahwa seorang diktator dunia akan menjanjikan "perdamaian dan keamanan" dan akan mengantarkan suatu zaman baru. Namun demikian, antikris dikuasai langsung oleh Setan dan pada akhirnya akan memperlihatkan rencananya yang sesungguhnya. Dalam Daniel 9:27, sang nabi menyatakan bahwa pada saat ini "raja" ini akan menghentikan kurban-kurban harian, (yang telah dimulai kembali di Gunung Bait Suci). Kemudian melakukan suatu pencemaran agama yang menghebohkan yang tidak berbeda dengan pencemaran yang dilakukan oleh penguasa yaitu Antiokhus Epifanes IV. Kini, setelah antikris menampakkan diri sepenuhnya sebagai sang Binatang, antikris akan memerintah di seluruh dunia sebagai seorang diktator dan mendirikan sistem ekonominya berdasarkan tanda bilangan '666'. Penganiayaannya terhadap orang-orang Kristen baru, maupun terhadap bangsa Yahudi pada saat itu tidak akan ada tandingnya. Masa tiga setengah tahun penyiksaan yang dahsyat ini dirujuk oleh nabi Yehezkiel, Yeremia, Yoel, Daniel dan nabi-nabi kitab suci lainnya melalui tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama dan Baru.
            Dari kedua pandangan yang muncul, menunjukkan bahwa akhir zaman dalam Daniel 12:1-13 memiliki korelasi dengan kehidupan kekristenan saat ini. Korelasi itu ada yang memunculkan hal postif maupun pandangan negatif. Adapun pandangan positifnya yaitu, umat Kristen diajak untuk memiliki pengharapan  di dalam iman, agar tetap setia meskipun menghadapi tekanan dan penderitaan. Sedangkan hal negatif yang muncul adalah berkembangnya paham mengenai penafsiran akhir zaman, yang pada akhirnya menimbulkan jurang pemisah diantara satu dengan yang lainnya dalam kekristenan itu sendiri.

4.2 Hubungan Konsep Kedatangan Mesias dalam Kitab Daniel dengan Kehidupan Bergereja
Konsep pengharapan orang-orang Yahudi dalam apokalipsis kitab Daniel, tidak bisa dilepaskan dari latar belakang sejarah kehidupan orang-orang Yahudi yang hidup dalam penderitaan, penganiayaan dari bangsa-bangsa kafir yang berkuasa pada masa itu. Wenas Kalangit mengatakan bahwa tulisan-tulisan yang lantas dihasilkan oleh masyarakat ini tidak terlepas dari beberapa hal seperti: a). konteks masyarakat ketika tulisan-tulisan itu dibuat, seperti gagasan bahwa akhir zaman biasanya muncul dalam konteks masyarakat yang tertekan dan tertidas; b). kualitas pemimpin masyarakat dan agama waktu itu; c). pengaruh kebudayaan di sekitar masyarakat pada waktu itu.[4]
Salah satu kerajaan dari bangsa yang tidak mengenal Allah yang berkuasa pada masa itu ialah kerajaan Yunani. Puncak kelaliman pemerintahan Yunani dan penderitaan yang paling hebat yang dialami oleh orang-orang Yahudi yakni pada masa pemerintahan raja Antiokhus Epifanes (200 sM). Antiokhus IV menindas kehidupan orang-orang Yahudi baik dari segi politik, ekonomi dan budaya. Selain menindas orang-orang Yahudi, Antiokhus Epifanes melarang adanya agama dan adat-istiadat Yahudi dengan sanksi hukuman mati. Keadaan yang sangat memprihatinkan membuat orang-orang Yahudi mengharapkan janji keselamatan masa depan atau pemulihan keadaan baik dari segi politik, ekonomi dan budaya dari Allah. Para penulis apokaliptik dalam Daniel memberikan pengharapan kepada umat Israel bahwa mereka harus bertahan dan setia bahkan jika mereka harus mati dalam iman mereka kepada Allah sampai pada masa akhir zaman, karena Allah akan membebaskan mereka dari belenggu penderitaan yang sedang dialami. Penulis apokaliptik Daniel memberikan pengharapan kepada umat Israel bahwa Allah akan membangkitan mereka dari kematian (Dan 12:2).[5] Orang-orang Yahudi memiliki konsep bahwa mesias akan datang dan menjadi pemimpin mereka, untuk mengalahkan musuh-musuhnya, lalu mendirikan kerajaannya di atas bumi ini.[6] Sang Mesias akan mengembalikan kejayaan orang-orang Yahudi, baik dari segi politik, ekonomi dan budaya.[7] Hal yang sama juga diungkapkan oleh Enklaar bahwa orang Israel menantikan terwujudnya kerajaan Allah di bumi ini di tengah-tengah bangsa manusia.[8]
Sedangkan konsep kedatangan ‘mesias’ dalam kitab Daniel yang diyakini oleh orang-orang Kristen sudah tergenapi di dalam Yesus. Saat ini orang Kristen sedang menantikan kedatangan Kristus Yesus yang kedua. Barclay mengatakan bahwa, orang-orang Kristen awal yang berada dalam penganiayaan dan penderitaan oleh penguasa pemerintahan pada masa itu, maka orang-orang percaya merindukan kelepasan dari keadaan yang sedang dialaminya. Kemudian mengadopsi bagian dalam kitab Daniel pasal 7 mengenai ‘Anak Manusia’ dan mengaitkannya dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya.[9]
Kedatangan kembali Kristus Yesus bagi orang-orang Kristen memiliki makna bahwa pemerintahan Allah bukan pemerintahan secara fisik yang dapat dilihat batas-batas wilayahnya.[10] Akan tetapi Kristus akan menghakimi seluruh umat manusia. Orang-orang yang percaya kepada Kristus akan hidup bersama dengan-Nya, tetapi orang-orang yang tidak mengenal Kristus akan dibinasakan bersama dengan Iblis dan pengikutnya. Kristus dan para pengikut-Nya akan hidup bersama di dalam langit dan bumi yang baru yang penuh kedamaian dan sukacita. Sebab Kristus akan menguasai segala aspek kehidupan manusia, baik segi politik, ekonomi maupun budaya sebab Yesus Kristus adalah raja, pemerintahan-Nya sampai selama-lamanya. Sebelum kedatangan Kristus yang keduakali menurut Matthew Henry, akan ada pembinasaan segala pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan jahat di dunia di bawah kaki Tuhan, sehingga kekuasaan dan kemuliaan hanya milik Kristus, barulah setelah itu Kristus akan menjadikan langit dan bumi yang baru.[11]
Jadi, konsep kedatangan mesias menurut umat Yahudi dalam kitab Daniel, berbeda dengan konsep kedatangan mesias bagi orang-orang Kristen. Konsep kedatangan mesias pada akhir zaman bagi umat Yahudi ialah seorang manusia yang akan memerintah umat Yahudi secara fisik, dan yang akan menghancurkan musuh-musuh umat Yahudi, serta memulihkan keadaan mereka seperti semula, di dalam dunia yang baru. Sedangkan konsep mesias bagi jemaat Tuhan ialah mengenai kedatangan kembali Kristus. Kristus akan datang untuk menyempurnakan karya penyelamatan umat-Nya yang telah lama disingkapkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kristus akan membebaskan jemaat Tuhan dari penderitaan pada saat memerintah umat-Nya dalam langit dan bumi yang baru, di mana tidak ada lagi penderitaan yang ada hanyalah sukacita di dalam hadirat Tuhan. Kristus juga akan membinasakan si jahat beserta orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya. Kristus akan menguasai segala aspek kehidupan di dunia ini, baik segi politik, ekonomi dan budaya dalam kedatangan-Nya yang kedua kali. 

4.3 Makna Akhir Zaman dalam Daniel 12:1-13 bagi Kehidupan Jemaat Masa Kini
Sebenarnya gagasan tentang eskatologi bukanlah sesuatu yang baru bagi orang Kristen,  bahkan sudah menjadi bagian dari pemberitaan-pemberitaan firman di gereja maupun dalam ibadah sejenisnya. Buku-buku Kristen pun juga banyak membahas masalah ini. Pemberitaan tentang eskatologi menjadi menarik justru karena kemisteriusan dan ketidaksanggupan manusia dalam memahaminya secara utuh.
Meskipun demikian, gagasan eskatologi dalam kitab Daniel cenderung menimbulkan masalah karena tidak semua orang memahami arti mendasar dari gagasan para penulis apokaliptik. Orang Kristen belajar eskatologi lebih dipahami sebagai upaya menghitung-hitung atau mereka-reka waktu kedatangan Tuhan. Dan yang lebih parah, gagasan eskatologi didramatisir sedemikian rupa sehingga bukannya menimbulkan rasa damai dan tenteram di hati jemaat, tetapi justru menimbulkan ketakutan dan kekuatiran karena eskatologi identik dengan malapetaka, penghukuman dan kebinasaan. Ada kecenderungan dalam jemaat yang menganggap bahwa eskatologi itu hanya berarti hari kiamat.
Upaya menghitung-hitung waktu dan hari kedatangan Tuhan kembali ternyata tetap dipegang oleh jemaat sampai saat ini. Keadaan ini tidak ubahnya dengan kelakuan orang Kristen mula-mula yang hanya berdasarkan pertimbangan rasional dan upaya mencocok-cocokkan ayat-ayat tertentu dengan segera mengklaim bahwa tidak lama lagi Tuhan akan datang dan dunia ini akan menuju titik akhirnya. Misalnya pondok nabi yang dipimpin oleh Mangapin Sibuea yang meramalkan akhir zaman atau kiamat akan terjadi pada tanggal 10 November 2003, hasilnya bukan kiamat yang terjadi tetapi Mangapin Sibuea sendiri yang ditangkap oleh polisi karena sudah mengajarkan ajaran yang sesat.[12]
Hal kedua, tindakan meramalkan atau menghitung kapan Tuhan datang, bisa membahayakan hubungan jemaat/orang percaya dengan realitas antar agama di sekitarnya. Bisa saja akan muncul sikap intoleran jemaat terhadap agama lain. Hal ini lahir dari kenyataan bahwa jemaat yang terlalu terobsesi dengan masalah eskatologi ini cenderung menutup diri dari dunia luar dan merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Hanya dirinya yang benar dan orang lain di luar dirinya tidak terangkum dalam penyelamatan akhir jaman itu.
Bertolak dari hal di atas, maka orang-orang Kristen harus memiliki pemahaman tentang rencana ilahi atas peristiwa-peristiwa, seperti terungkap dalam kitab Daniel itu sendiri. Sebab setiap orang yang  dengan tekun bertahan di dalam imannya, akan menerima janji kehidupan kekal dan sukacita dari Allah, sama halnya dengan Daniel yang dijanjikan Allah untuk mendapatkan bagian itu yaitu, kebahagiaan dan hidup kekal (Dan. 12:12-13). Selain itu juga, orang Kristen harus berjaga-jaga di dalam imanya, bukan mencari tahu dan menghitung-hitung kapan akhir zaman terjadi. Berjaga-jaga, bukan berarti pasif atau hanya diam menunggu tetapi tekun dengan iman dalam situasi sulit apa pun. Karena Allah akan menguji dan memurnikan iman setiap orang melalui keadaan sulit dalam kehidupannya, seperti Allah memurnikan iman orang-orang Yahudi pada masa pemerintahan Antiokhus Epifanes IV (Dan. 12:7).
Lebih lanjut, orang Kristen juga harus bertekun dalam iman. Bertekun berarti tabah, bertahan, di tengah cobaan. Di dalam Daniel 12:12, dikatakan “Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti”, artinya ayat ini berbicara mengenai ketekunan iman berhadapan dengan perlawanan dunia dan berbagai cobaan yang menyertai akhir zaman. Dengan ketekunan, kapan pun saat akhir zaman tiba, orang Kristen telah siap menyambutnya. Dengan demikian, seharusnya bagi orang Kristen yang paling penting bukan kapan akhir zaman itu tiba, melainkan bagaimana orang Kristen mengisi hidupnya saat  ini secara bijaksana.
Dalam Daniel 12:10, dikatakan banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji. Hal itu berarti setiap orang Kristen harus menjaga hidupnya agar tetap Kudus. Pengudusan mengisyaratkan hidup yang bergantung kepada Allah. Hidup kudus berarti hidup yang melakukan segala sesuatu menyenangkan hati Allah atau sesuai Kehendak Allah. Contohnya, yaitu menjauhi percabulan, hawa nafsu duniawi atau tindakan cemar, karena semuanya itu dilakukan oleh orang fasik. Pengudusan adalah pekerjaan kasih karunia Allah yang menjadikan orang Kristen kudus serta mendapat kuasa untuk mengalahkan semua tantangan dalam imannya.
Jadi, eskatologi Daniel mengajarkan mengenai pengharapan akan kesempurnaan janji keselamatan Allah, orang percaya harus dapat memakai waktunya yang masih ada ini untuk berbuat sesuatu bagi orang lain yakni menolong sesama dan memberi kesaksian iman kepada orang di sekitarnya tentang keselamatan itu.

4.4 Makna Akhir Zaman dari Daniel 12:1-13 Bagi Gereja
Daniel 12 menunjukkan bahwa sangat pentingnya peranan iman dalam menghadapi penganiayaan atau penderitaan, sehingga orang-orang dapat setia dan bertahan menghadapi persoalan hidup mereka. Sekalipun orang-orang Kristen ada dalam penganiayaan dan penderitaan tetapi Allah tidak akan meninggalkan mereka. Yesus sendiri menyatakan bahwa kekacauan, peperangan, bencana, kelaparan dan kemiskinan, semuanya itu hanyalah permulaan dari akhir zaman. Saat ini masa itu telah terjadi, dan terus terjadi. Berbagai macam kejahatan bahkan yang tidak pernah di bayangkan sudah terjadi. Memang hanya Tuhan yang tahu apakah ini sudah masuk ke dalam tahap permulaan itu atau belum, namun tugas orang Kristen adalah tetap setia seperti Daniel. Karena kesetiaanya pada Tuhan, maka Daniel tetap dijaga Tuhan dan Tuhan menjanjikan kehidupan kekal padanya. Maka sama halnya dengan orang Kristen saat ini. Jika senantiasa setia pada Tuhan, maka akhir zaman bukan lagi sesuatu yang menakutkan, melainkan hari sukacita karena saat itulah orang Kristen dapat merasakan indahnya di Kerajaan Sorga.
Orang Kristen tidak perlu menanti-nantikan dan bertanya kapan, bagaimana terjadinya akhir zaman, atau apa yang akan terjadi saat akhir zaman itu terjadi. Yang perlu adalah bagaimana kesiapan dan persiapaan apakah yang sudah dilakukan untuk menyongsong Yesus datang kembali. Jika Daniel dijanjikan Allah akan mendapat bagian dalam kebangkitannya nanti, maka orang Kristen saat ini pun layak menerima janji itu, asalkan setiap orang Kristen menjaga imannya dan memelihara firman Tuhan melalui perbuatan dan tingkah laku.
Daniel 12:1-13 berisikan mengenai pengharapan umat Alah. Pengharapan sangatlah penting untuk dipahami dan dimiliki oleh setiap orang Kristen, oleh karena itu gereja memiliki kewajiban untuk mengajarkan kepada anggota jemaatnya melalui pembinaan. Pembinaan anggota jemaat merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu gereja yang dirancang melalui program-program dan mewujudkannya melalui kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Tujuannya ialah supaya anggota jemaat menjadi jemaat yang memiliki iman yang kuat. Pembinaan anggota jemaat selalu berhubungan dengan tantangan hidup yang dialami baik dalam gereja sendiri maupun dari luar. Untuk itu anggota jemaat harus dibina untuk dapat bertahan di tengah-tengah penderitaan. Supaya anggota jemaat tidak dikuasai atau dikalahkan oleh penderitaan.
Dengan adanya pembinaan anggota jemaat, maka anggota jemaat dapat memiliki sikap kritis. Bentuk dari pembinaan terhadap anggota jemat banyak macamnya, antara lain melalui pendalaman alkitab (PA), Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), Reatret, seminar dan pelatihan. Dengan adanya pembinaan warga gereja, warga gereja memiliki landasan iman yang kuat.
Jadi, kitab Daniel berisi pesan pengharapan yaitu bahwa orang Kristen harus beriman, meskipun segala hal kelihatannya bertentangan dengan kepercayaan, namun orang Kristen haruslah tetap percaya bahwa Allah sungguh-sungguh memegang kendali atas semuanya. Akhir zaman bukanlah sebuah kiamat atau hancurnya bumi, akan tetapi sebuah peralihan zaman yang penuh kesengsaraan kepada zaman yang baru. Sedangkan hancurnya bumi, peperangan dan lain sebagainya tersebut merupakan sebuah tanda-tanda akan datangnya zaman yang baru tersebut.





[1] Denis Green, Pembimbing Pada: Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2004 ), 183-184.
[2]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Sekitar Gereja (BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996), 290.296
[4]Wenas Kalangit, “Dari Redaksi, Pembaca Forum Biblika”, Forum Biblika, Jurnal Ilmiah Populer, no 12 (2000), 1.
[5]David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), 25.
[6]D.S Russel, Penyingkapan Ilahi: Pengantar Ke Dalam Apokaliptik Yahudi, alih bahasa: Ioanes Rakhmat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 150.
[7]Leonard Hale, Diutus ke Dalam Dunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 192.
[8]IH Enklaar, Tafsiran Alkitab: Surat-surat Paulus kepada Jemaat di Tesalonika / Surat 1 dan 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 58.
[9]William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28 (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 498.
[10]Leonard Hale, Diutus ke Dalam Dunia , 188.
[11]Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry: Injil Matius 15-28 (Surabaya: Momentum, 2016), 1251-1252.
[12]“Setelah 'Kiamat' Sekte Sibuea Tak Terjadi.” Tempo , Rabu, 12 November 2003.

Post a Comment for "AKHIR ZAMAN MENURUT DANIEL 12:1-13 BAGI KEHIDUPAN UMAT KRISTEN DI INDONESIA: SUATU REFLEKSI TEOLOGIS"