Belajar Dari Sikap Doa Nehemia

 

BELAJAR DARI SIKAP DOA NEHEMIA


Belajar dari doa nehemia
Doa Nehemia


Pendahuluan

Dapat dikatakan bahwa setiap orang yang beragama pasti berdoa. Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Sebab dengan berdoa kepada Allah merupakan sebagai bentuk penyerahan diri bahwa Allah yang berdaulat atas hidup manusia. Doa bukanlah aturan atau juga kewajiban yang Allah bebankan kepada manusia, melainkan kesadaraan manusia untuk berkomunikasi dengan penciptanya. Doa Nehemia dalam Nehemia 1 juga merupakan contoh doa yang baik dari seorang yang hatinya seturut dengan Allah. Nehemia mengakui dosa yang dilakukan umat, kemudian memohon pengampunan Allah dan rahmat-Nya, ketika akan menghadap kepada raja Persia.[1] Kitab Nehemia mencatat banyak sekali doa yang dipanjatkan oleh Nehemia kepada Allah (Neh. 2:4 – 5).

Doa merupakan suatu bentuk persekutuan dengan Allah. Setiap orang tahu apa itu doa. Tetapi pada kenyataannya tidak sedikit orang yang salah memahami tentang doa. Banyak orang yang beranggapan tidak perlu berdoa karena segala sesuatu yang akan terjadi di dalam kehidupan seseorang, Allah sudah mengetahuinya.


Doa Menurut Pandangan Kristen

Pada masa kini, banyak pandangan tentang doa yang cenderung menekankan doa sebagai sarana untuk mengalami kasih Allah dan menghayati kesatuan dengan Allah. Tetapi melalui bukunya prayer karangan O. Hallesby, seorang teolog Norwegia mengatakan bahwa inti doa adalah membuka pintu kehidupan kita bagi Kristus yang telah bangkit.[2] Dengan kata lain apa yang sebenarnya kita lakukan saat berdoa adalah meminta-Nya untuk masuk ke dalam keadaan manusiawi kita, lengkap dengan semua kebutuhan kita, lalu mengaliri kerohanian kita yang mati dengan kuasa kebangkitan-Nya.[3]

Berdoa tidak harus berada pada posisi yang tepat atau khusus, ataupun dengan suara yang merdu, pendek atau panjang kata-kata yang diucapkan. Tetapi yang terutama adalah hati yang sungguh-sungguh mau berelasi dengan Tuhan, memuji Tuhan, mengagungkan Tuhan. jadi, tempat dan waktu untuk berdoa tidak dibatas oleh suatu tempat khusus, karena Allah pasti mendengar setiap doa yang disampaikan oleh umat-Nya. Sebab Allah adalah Mahakuasa, dan Mahahadir, tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Dalam kehidupan orang Kristen doa merupakan hal yang sangat penting. Sebab ketika seseorang mengaku peracaya kepada Kristus, maka untuk berkomunikasi dengan-Nya melalui doa. Kepercayaan kepada Yesus Kristus adalah dasar dimana kehidupan doa yang teguh dibangun. Matius 21: 22 dengan jelas menunjukkan ikatan antara iman dan doa. “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”.[4] Itu adalah gambaran tentang hubungan antara hubungan Allah dan umat-Nya melalui doa yang lahir dari iman. Ketika seseorang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus, maka kehidupannya pun tidak akan lepas dari yang Namanya doa, karena dengan berdoa seseorang bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dalam dirinya.[5]

Dalam iman Kristen, berdoa bukanlah kegiatan rohani yang dilakukan apabila seseorang memiliki waktu untuk melakukannya. Berdoa juga tidak dilakukan apabila seseorang memiliki kebutuhan yang penting atau mendesak, untuk disampaikan kepada Tuhan, tetapi kemudian orang tersebut tidak pernah melakukannya kembali. Berdoa juga bukan suatu hal rutin tanpa nilai-nilai spiritualitas di dalamnya. Sebaliknya, berdoa adalah aspek yang sangat penting dari kehidupan iman seseorang. John Hesselink menyatakan, “Salah satu aspek terpenting dari kehidupan iman adalah doa”. Secara sederhana doa dapat didefinisikan sebagai cara manusia menjalin hubungan dengan Allah. Doa adalah bentuk persekutuan manusia dengan Allah, seseorang berdoa karena Allah telah menuntun dirinya kepada Allah sendiri.[6].

Allah telah menyuruh umat-Nya untuk berseru kepada-Nya melalui doa. Tetapi bila orang Kristen berseru hanya karena kewajiban, doa itu tidak akan ada hasilnya. Bila doa menjadi suatu kebiasaan, suatu kewajiban atau suatu tatacara, doa itu akan kehilangan kekuatannya. Doa harus datang dari hati.[7] Doa adalah aktivitas yang terjadi secara alamiah dan disertai dengan ketulusan hati.[8] Melalui doa Allah memberikan seiap orang kedamaian-Nya, sebuah alasan yang bahkan membuat orang yang bertipe mandiri sekalipun berlutut dan menuangkan isi hati mereka kepada Allah. Orang Kristen berdoa karena berdasarkan intuisi atau pengalaman, kita memahami bahwa kedamaian sejati hanya datang melalui berhubungan dengan Raja Damai itu sendiri.[9] Namun ada satu alasan lagi. Orang tertarik untuk berdoa karena mereka tahu kuasa Allah mengalir terutama kepada orang-orang yang berdoa.


Nehemia Berdoa Dengan Sepenuh Hati

Tuhan adalah pemegang kendali atas seluruh ciptaan temasuk manusia di dalamnya, karena itu manusia sebagai ciptaan Allah, sudah selayaknya menaikan syukur kepada Allah Sang Pemberi hidup melalui doa. Berdoa kepada Allah bukan hanya sekedar mengucapkan kata-kata dan permohonan, tetapi perlu kesungguhan hati yang murni, tulus dan menempatkan Allah sebagai pemimpin tertinggi dalam kehidupannya.

Nehemia yang mempunyai kedudukan tinggi dalam pemerintahan Raja Artahsasta di Persia pun senantiasa memanjatkan doa kepada Allah. Hal tersebut dapat terlihat ketika Nehemia mendengar laporan dari Hanani saudaranya mengenai keadaan yang menyedihkan dari kota Yerusalem, Nehemia langsung menangis, berkabung, berpuasa, dan berdoa. Pokok doanya adalah agar Allah bersedia mempertahankan janji-Nya, dan mengaruniai rahmat yang melimpah bagi bangsa Israel. Nehemia menyapa Allah sebagai “Tuhan, Allah semesta langit,” dan mengakui segala dosa yang dilakukan oleh dirinya dan bangsanya.[10]

Ketika Nehemia mendengar kesengsaraan saudara sebangsanya di Yerusalem, langkah pertama yang dilakukan Nehemia adalah berdoa dengan sepenuh hati. Doa baginya adalah hal utama sebelum melakukan tindakan apa pun, karena Nehemia tahu dengan berdoa kepada Allah, maka segala sesuatunya akan berjalan dengan baik (Neh. 1:5–6). Nehemia mempercayakan dan menyerahkan semuanya kehidupannya ke dalam tangan Allah, Nehemia percaya sepenuhnya bahwa Allah mampu menolong dan menyelamatkan, karena Ia adalah Allah semesta langit yang Maha Besar dan Maha Dahsyat. Nehemia tahu bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya.

Bagaimana Nehemia berdoa? Ia mengakui dosa-dosa bangsanya dan dirinya sebagai penyebab utama kehancuran Yerusalem. Kemudian ia ingat bahwa Allah telah memilih Yerusalem sebagai tempat dimana nama-Nya akan diam. Ini berarti bahwa kemuliaan Allah berhubungan erat dengan kondisi kota. Ini berarti Nehemia tidak hanya berdoa semata-mata untuk kepentingan saudara-saudaranya tapi juga demi kemuliaan Allah. Ia berdoa dengan sungguh bukan hanya agar diberkati tetapi agar Allah dimuliakan. Inilah doa yang sesuai kehendak-Nya.

Sikap orang Kristen dalam hal berdoa kepada Allah bukanlah suatu bentuk paksaan supaya Allah mengabulkan keinginannya dengan segera, tetapi orang Kristen harus sabar menunggu jawaban doa dari Allah. Seperti Nehemia yang terus berdoa secara khusus kepada Allah supaya memberikan kemudahan ketika akan menyampaikan maksudnya bagi bangsa Israel kepada raja, dan buah dari doa yang Nehemia panjatkan kepada Allah yaitu Nehemia mendapatkan belas kasihan dan simpati dari raja Persia.[11] Belajar dari Nehemia, setiap orang Kristen pun harus menunggu waktunya Tuhan atas jawaban doanya. Sebab pertolongan Allah itu tepat pada waktunya seseuai dengan kehendak-Nya.

 

Peran Doa Dalam Kehidupan Orang Kristen

Doa adalah salah satu bukti kehidupan iman. Seluruh kehidupan orang Kristen dapat digambarkan sebagai kehidupan doa.[12] Dalam institutio, John Calvin menyatakan bahwa, “doa adalah suatu penghubung antara manusia dengan Allah. Meskipun Allah telah memberikan janji-Nya, namun Allah menghendaki supaya umat-Nya meminta di dalam doa.[13] Ketika seseorang berdoa, itu menunjukkan bahwa orang tersebut memerlukan pertolongan dari sang penciptanya, karena itu sudah semestinya setiap orang Kristen senantiasa berdoa karena itulah yang dikehendaki oleh Allah (Luk. 18:1; 1 Tes. 5:17).

Alasan lain mengapa orang Kristen harus berdoa adalah karena doa dapat mengubah kehidupan. Setiap orang Kristen harus belajar menuju kesempuraan seperti Kristus, maka kehidupan orang Kristen harus berbeda dengan orang yang bukan Kristen, termasuk dalam hal berdoa. Sebab Allah mendengar suara Anak yang dikasihi-Nya itu berkumandang melalui doa-doa kita.[14] Allah melakukan hal-hal besar dalam diri orang-orang yang tekun berdoa. Allah tidak tertarik dengan kedatangan kita sebagai pribadi yang memohon hal-hal tertentu, menerimanya lalu pergi lagi dan tetap dalam keadaaan yang tidak berubah selama menjalani seluruh proses. Allah tidak menginginkan hal ini, karena Allah jauh lebih tertarik kepada kita, daripada segala yang kita mohon – meskipun Allah juga memperhatikan semua itu.[15]

Adapun alasan terakhir orang Kristen harus berdoa, adalah karena adanya kebutuhan (Yak. 4:2). Alasan ini bukanlah yang terutama. Namun demikian, Allah memperbolehkan orang Kristen untuk meminta atau memohon sesuatu berkaitan dengan kebutuhannya dalam doa. Orang Kristen tidak harus malu meminta sesuatu kepada Allah melalui doa, asalkan permintaan itu bukan untuk memenuhi kepuasannya. Sebab dengan berdoa menunjukkan ketidakberdayaan dan kebergantungan pada kuasa Allah. Ketika seseorang berdoa dengan sungguh-sungguh, hatinya sedang mengharapkan belas kasih Allah. Doa yang sejati hanya mungkin dipanjatkan oleh setiap orang yang mengakui ketidakmampuan dirinya dan kesanggupan Allah dalam memberkatinya. Dengan berdoa, orang Kristen membangun komunikasi dengan Allah, sehingga akan semakin mengenal Allah, semakin bersandar pada-Nya dan semakin bergantung pada Allah


Sikap Doa Yang Benar

Pertanyaan yang sering diajukkan oleh banyak orang adalah doa seperti apa yang dikabulkan oleh Allah? Sebenarnya tidak ada patokan khusus mengenai hal ini, tetapi Allakitab mencatat ketika seseorang berdoa, maka harus disertai dengan iman (Ibr. 11: 6), memiliki hati yang bersih (Mzm. 66:19), kudus dalam kehidupan sehari-hari (2 Taw. 7:14), berdoa menurut kehendak Allah (1 Yoh. 5: 14 -15), tinggal tetap di dalam Kristus (Yoh. 15:7), benar di hadapan Allah (Ams. 15:29; Yak. 5:16b).

Setiap orang Kristen dan mempercayakan hidupnya kepada Allah tentu akan berdoa, karena setiap orang Kristen tahu bahwa tanpa Allah manusia bukanlah siapa-siapa. Menurut Calvin, aturan dalam berdoa adalah prinsip penghormatan atau “takut akan Allah”. Calvin menyerukan kepada umat Kristen untuk memahami betapa serius dan agungnya doa itu.[16] Rasa takut akan Allah bukan berarti rasa takut akan hukuman karena rasa takut tersebut hanya berkutat pada diri sendiri, dan orang Kristen bertumbuh dalam paradoks rasa takut yang menggembirakan dan penuh anugerah. Karena kasih dan sukacita di dalam Allah yang tak terkatakan membuat orang Kristen seharusnya gemetar oleh hak istimewa berada dihadapan-Nya dan sangat rindu menghormati-Nya.

Cara yang benar dalam berdoa yaitu itu mencurahkan isi hati kepada Allah, jujur dan terbuka dengan Allah, karena Allah mengenal lebih dari manusia mengenal dirinya sendiri. Bawa permohonan doa kepada Allah dengan mengingat bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik. Berdoa “di dalam nama Yesus” berarti berdoa dengan otoritas Yesus dan meminta kepada Allah Bapa untuk menjawab doanya. Berdoa “di dalam nama Yesus” juga berarti datang kepada Allah dan secara sadar percaya kepada Kristus yang menyelamatkan manusia yang berdosa.


Kesimpulan

Kepedulian Nehemia untuk melakukan karya besar bagi umat Israel, dimulai dengan lutut untuk berdoa. Hal ini pun, seharusnya menjadi yang utama bagi setiap pelayanan yang ada di dalam gereja, dengan tujuan untuk membangun iman dan kerohanian jemaatnya. Sebab doa adalah perintah Allah dan disertai janji Allah. Allah yang memerintahkan untuk berdoa dan Allah berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam doa. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 50:15, “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku”. Juga dalam Matius 7:7-8, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu....” (by. HG)



                [1] David M. Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2002), 385.

                [2] Douglas F. Kelly & Caroline S. Kelly, Jika Allah Sudah Tahu, Mengapa Masih Berdoa (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 2.

                [3] Ibid, 2.

                [4] LeRoy Eims, Doa Bukan Sekedar Kata-kata (Malang: Gandum Mas, 1982),  65.

                [5] Morris Williams, Doa dan Ibadah (Malang: Gandum Mas, 1981), 26.

                [6] Matthew Henry, Cara Mereformasi Kehidupan Doa Anda (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2011), 61.

                [7] Eims, Doa Bukan Sekedar Kata-kata, 81.

                [8] Bill Hybels, Terlalu Sibuk? Justru Harus Berdoa (Jakarta: YKBK, 2009), 13.

                [9] Ibid, 18.

                [10] L. Thomas Holdcroft, Kitab-kitab Sejarah (Malang: Gandum Mas, 1992), 234.

                [11] Holdcroft, Kitab-kitab Sejarah, 235.

                [12] Simon Chan, Spiritual Theology (Yogyakarta: ANDI, 2002), 10.

                [13] Yohanes Calvin, Institutio: Pengajaran Agama Kristen (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 187.

                [14] Kelly, Jika Allah Sudah Tahu, Mengapa Masih Berdoa, 104.

                [15] Ibid, 113.

                [16] Calvin, Institutio: Pengajaran Agama Kristen, 192.

Post a Comment for "Belajar Dari Sikap Doa Nehemia"