Penggenapan Janji Allah dalam Yesus Kristus

Penggenapan janji Allah
Penggenapan janji Allah

 

Penggenapan Janji Allah dalam Yesus Kristus


PENDAHULUAN 

Latar Belakang

Keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir itu tidak lepas tuntutan Allah. Allah tetap setia menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir, meskipun bangsa Israel terus memberontak kepada kepada Allah karena mereka tidak melihat langsung kasih Allah yang begitu nyata dalam kehidupan mereka, bahkan mereka keras kepala tidak mau mendengar dan percaya kepada perkataan Musa dan Allah. Tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya karena Ia berjanji dalam Keluaran 3:8 “Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan maduhnya..” Begitu Allah berjanji kepada mereka, tetapi mereka masih saja belum percaya, dan terus memberontak kepada Musa dan Allah, sehingga mereka tidak bisa masuk ke dalam Tanah Kanaan hanya bisa yang masuk ke dalam tanah Kanaan itu adalah orang genarasi kedua yang dipimpin oleh Yosua dan Kaleb.

Perjanjian yang dibuat antara Allah dengan bangsa Israel, Allah menjelaskan tentang tindakan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir oleh Allah. Dalam teologi bagian ini dsebut anugerah.[1] Allah begitu menempati janji-Nya kepada bangsa Israel dengan menuntun mereka keluar dari tanah Mesir masuk tanah Kanaan.

Bukan hanya bangsa Israel yang tidak percaya pada kesetian Allah dalam menempati janji-Nya, tetapi bahkan saat ini banyak orang Kristen yang masih saja ragu kepada janji Tuhan. Masih banyak orang Kristen yang memberontak kepada Allah, karena doa-doa mereka belum dijawab sehingga mereka menyalahkan Tuhan.

 

Perjanjian Allah Dengan Manusia

Berbicara mengenai perjanjian, maka hal itu berkaitan dengan dua belah pihak. Alkitab banyak berbicara mengenai Perjanjian Allah. Maka tentu juga ada “dua pihak”, yaitu Allah dan manusia. Akan tetapi bila kata “Perjanjian” dikiaskan kepada hubungan antara Allah dan Manusia, sebenarnya kata itu tidak mencukupi. Sebab kedua pihak itu sekali-kali tidak sama sederajat. “Perjanjian Allah” berarti, bahwa Allah selaku “pihak yang memberi” mengadakan perjanjian-Nya dengan manusia selaku pihak yang menerima.[2]

 

Allah Menempati Janji-Nya Dengan Nuh

Allah telah mewujudkan Perjanjin-Nya dengan Nuh (Kej. 8:20-9:17), Perjanjian ini dibuat segera sesudah bencana air bah. Cerita air bah itu dimulai dan disudahi dengan mengatakan: Allah sudah menarik kesimpulan, bahwa segala tingkah-tingkah manusia dan kecenderungan hati manusia adalah jahat semata-mata (Kej. 6:5; 8:21). Justru sesudah itulah Allah mengadakan PerjanjianNya dengan Nuh. Perjanjian ini dapat dicirikan sebagai Perjanjian yang berisi kesabaran Allah. Oleh Perjanjian ini dimungkinkan, bahwa hidup manusia dan binatang-binatang di atas bumi terus berlangsung.[3]

 

Allah Menempati Janji-Nya Dengan Abraham

Allah mewujudkan PerjanjianNya dengan Abraham (Kej. 17:1), di mana Abraham oleh Allah di panggil keluar dari Ur-Kasdim. Abraham dan keturunannya dipisahkan dan disendirikan, supaya di dalam dia segala bangsa di atas bumi beroleh berkat: dari bangsa yang “dikuduskan” (dipisahkan dan disendirikan) inilah akan terbit Sang Mesias, yaitu Kristus. Perjanjian dengan Abraham memberi kesaksian tantang rahmat Allah yang telah menjadi nyata dalam kedatangan Kristus.[4]

 

Janji akan “Keturunan Perempuan”

Janji yang pertama kali memperlihatkan jalan keselamatan bagi manusia yang jatuh dalam dosa adalah janji akan “Keturunan Perempuan” dalam Kejadian 3:15 yang mengatakan:“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya”. Keturunan Perempuan ini merujuk kepada Yesus Kristus yang akan datang melalui Maria yang mengandung dari Roh Kudus di kemudian hari. Tumit dari Keturunan Perempuan akan diremukkan menunjukkan bahwa Yesus Kristus akan dipakukan di atas salib, serta ungkapan “kepala setan akan diremukan” menunjukkan bahwa Yesus Kristus akan menghancurkan setan dengan sempurna (1 Yoh. 3:8; Ibr. 2:14). Bahkan dalam kutukan dan hukuman yang diturunkan, Allah telah memberikan janji keselamatan.

Jadi, Allah begitu setia dalam menempati janji-Nya kepada umat-Nya sekalipun itu manusia sudah jatuh dalam dosa tetapi Ia tetap setia bahkan dijanjikan keselamatan bagi manusia.

 

Perjanjian Akan Keselamatan

Asalkan dosa sudah masuk, maka Eden bukan lagi Firdaus. Kemuliaan Allah yang memberikan sukacita rohaniah di Eden di mana manusia bergaul dengan Allah itu hilang lenyap, sehingga yang tersisa hanyalah kesedihan, kecemasan, dan ketakutan. Adam dan Hawa tahu bahwa mereka telanjang, lalu mereka membuat cawat untuk menutupi ketelanjangannya (Kej. 3:7). Kemudian ketika mereka mereka mendengar bunyi langkah Allah yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah mereka itu terhadap Allah di antara pepohonan dalam taman (Kej. 3:8). Akan tetapi Allah datang mencari Adam dan Hawa yang bersembunyi di antara pepohonan dalam teman dan memanggil namanya dengan cemas.[5]

 

Allah Menempati Janji-Nya Melalui Yesus Kristus

Setelah manusia jatuh kedalam dosa, Allah tetap menunjukkan belaskasihannya kepada manusia dengan cara menyelamatkan manusia dari dosa, supaya bisa kembali menjalin relasi dengan Allah. Melalui janji Allah dengan Nuh, Abraham dan sebagainya, itu belum menjamin saat ini untuk menghapus dosa manusia. Sehingga hanya melalui Yesus Kristus yang rela mati di kayu salib untuk menghapus dosa manusia.

Di dalam Yesus Kristuslah manusia didamaikan dengan Allah. Oleh karena karya Kristus jalan kembali kepada Allah telah dibuka bagi segala umat manusia. Di dalam Kristus, Allah menjadi penyelamat manusia. Jelas bahwa betapa pentingnya perjanjian Allah dengan manusia di dalam Alkitab. Dari awal sampai akhirnya, Alkitab dipenuhi oleh gagasan tentang perjanjian Tuhan Allah dengan manusia.[6]

 

BUKTI ALLAH MENEPATI JANJI-NYA MELALUI YESUS KRISTUS 

Kelahiran Yesus Kristus

Firman atau Logos telah ada sebelum Ia datang di dunia atau sebelum Ia dilahirkan sebagai manusia. Yesus Kristus bukan dilahirkan karena kehendak manusia, bukan dilahirkan karena persekutuan lelaki dengan perempuan, seperti yang biasa terjadi pada kelahiran manusia pada umumnya. Yesus Kristus bukanlah seorang yang dilahirkan dari hasil hubungan sex antara laki-laki dengan perempuan. Yesus Kristus adalah firman yang menjadi manusia. Yesus Kristus adalah yang semula dalam rupa Allah, tetapi yang kemudian telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang dunia, dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:6-7). Yesus Kristus lahir di dunia, karena Ia menerima tugas untuk menyelamatkan manusia.[7]

 

Kesengsaraan Yesus Kristus

Alkitab menunjukkan bahwa kesengsaraan Yesus bukanlah suatu nasib buruk yang menimpaNya. Tuhan Yesus bukanlah seorang yang gagal dalam cita-citaNya, bukanlah seorang yang sekalipun memiliki suatu cita-cita yang besar dan mulia, tetap karena nasib, harus mengakhiri hidup-Nya dengan sengsara dan mati. Alkitab senantiasa menghubungkan kesengsaraan Tuhan Yesus dengan keadaan manusia yang beriman. Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan cara Yesus Kristus telah mati untuk  manusia (Rm. 5:7-8). Yesus Kristus menderita sengsara dan mati di kayu salib, hal itu bukan menunjukkan, bahwa nasib buruk sedang menimpa diri-Nya. Ia datang di dunia justru supaya menderita sengsara. Kepada pada murid yang pergi ke Emaus, Yesus berkata bahwa Kristus memang harus mengalami sengsara, lalu masuk ke dalam kemuliaan-Nya (Luk. 24:26).[8]

 

Roh Yang Dijanjikan

Roh Kudus sering disebutkan dalam kerangka penciptaan alam semesta. Kejadian 1:2 dapat diterjemahkan “Roh Allah mengeram di atas air”, seperti burung yang melayang-layang diatas anaknya (bnd. Mzm 104:30; Yes 40:12-13). Perbuatan-Nya yang menciptakan kehidupan dari kekosongan pada permulaan dunia adalah pertanda dari karya-Nya nanti pada zaman Perjanjian Baru, yaitu memberi kehidupan rohani bagi umat Allah (kelahiran baru). Roh juga memberi hidup insani kepada manusia (Ayb. 27:3; 33:4; Mzm. 104:129-30). Sebagaimana manusia bergantung sepenuhnya kepada firman Allah untuk menopang kehidupannya dan bergantung pada pemberi hidup secara terus-menerus (Kol. 1:17; Ibr. 1:3).[9]

Jadi, dari sejak penciptaan Allah sudah berjanji akan memberikan Roh yang akan terus menopang kehidupan orang yang percaya kepada-Nya. Allah begitu setia menempati janji-Nya karena tanpa Roh Kudus maka orang Kristen tidak akan mengerti tentang firman Allah, dan akan sangat dangkal pemahamannya tentang karya penyelamatan di dalam Yesus Kristus.

 

KESIMPULAN

Allah begitu setia kepada manusia dalam menempati janji-Nya, sejak manusia jatuh ke dalam dosa Allah sudah memberikan janji keselamatan bagi manusia. Allah menempati janji-Nya melalui Nuh, melalui Abraham, dan lainnya. Puncak kesetiaan Allah dalam menepati janji-Nya yaitu melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menebus manusia dari dosa. Allah bahkan memberikan Roh penghibur (Roh Kudus) bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya supaya tetap mempunyai iman yang kuat kepada Yesus Kristus. (By. YS)



[1]R.C. Sproul, Seri Teologi Sistematika (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2002), 93.

[2]G. C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 2015), 423.

[3]Ibid, 426-427.

[4]Ibid, 427.

[5]Abraham Park, Janji Dari Perjanjian Kekal; Silsilah Yesus Kristus (III), Sejarah Setelah Pembuangan Ke Babel (Jakarta: Grasindo, 2015), 51-52.

[6]Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 2001), 281.

[7]Ibid, 330.

[8]Ibid, 330-331.

[9]Bruce Milne, Mengenal Kebenaran (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia, 1996), 247.

1 comment for "Penggenapan Janji Allah dalam Yesus Kristus"

  1. Shalom untuk semua saudara seiman dalam Kristus dimana pun berada. Mari kita sama-sama belajar tentang Shema Yisrael yang pernah diucapkan oleh Yeshua ( nama Ibrani Yesus tertulis ישוע ) seperti yang dapat kita temukan dalam Markus 12 : 29 dan Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 sebagai berikut :

    Huruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "

    Pengucapannya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "

    Orang Yahudi pada jaman Yeshua hingga sekarang terus memegang teguh prinsip keesaan Tuhan YHWH ( Adonai ) yang tersirat dalam kalimat Shema. Pada akhir pengucapan diikuti juga dengan kalimat berkat sebagai berikut :

    " ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד " ( Barukh Shem, kevod malkuto le'olam va'ed, artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selamanya dan kekal )
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪

    ReplyDelete