Amsal 14:1-35 |
Eksposisi Amsal 14
STRUKTUR KITAB AMSAL 14:1-35
- Pasal 14:1 = Perempuan bijak dan bodoh
- Pasal 14:6-9 = Pencarian hikmat
- Pasal 14:10-14 = Kesenangan dan kepedihan hati
- Pasal 14:15-19 = Sikap hidup yang bijak dan dampaknya
- Pasal 14:20-24 = Hubungan orang benar dan fasik dengan sesama
- Pasal 14:25-27 = Saksi setia dan takut akan Tuhan
- Pasal 14:28-35 = Kebijakan raja dalam pemerintahan
Jenis Sastra Amsal 14:1-35
Amsal pasal 14 berisi Pengajaran yang memberikan bukan hanya sekedar pernyataan tentang suatu realita, tetapi mengandung nilai dan menuntut suatu tindakan atau sikap tertentu dari pembaca atau pendengarnya. Misalnya Amsal 14:31.
ARTI KATA-KATA YANG DIPAKAI[1]
Perempuan Bijak Dan Orang Bodoh (Ams. 14:1)
ayat ini berisi pengajaran tentang perempuan bijak yang dibandingkan dengan perempuan bodoh. Kalimat pertama pada ayat ini berbentuk paralel antitesis. Pokok pikiran mengenai “yang bijak” dalam ayat 1a diletakkan dalam posisi antitesis dengan “yang bodoh” pada ayat 1b. Pengajaran tentang perempuan bijak ini sejajar dengan pengajaran tentang hikmat yang dibutuhkan untuk membangun rumah dalam Amsal 24:3-4, dan gambaran perempuan bijak dalam Amsal 31:10 hingga pasal 31 yang membangun rumahnya. Gambaran ini kontras dengan gambaran perempuan bebal dan cerewet yang menghancurkan rumahnya (Ams. 9:13-18). Pengajaran ini berlaku juga untuk setiap orang yang ingin menjadi bijak harus mampu membangun hidup atau keluarganya.
Takut Akan Tuhan (Ams. 14:2-5)
Takut akan Tuhan dan menghina Dia (ay. 2): Bagian ini berisi mengenai pengajaran takut akan Tuhan dibandingkan dengan orang yang menghina Dia. Orang yang berjalan dengan jujur, berarti sejajar dengan sikap takut akan Tuhan (ay. 2a). berjalan menjadi lambang dari kehidupan, dan berbicara mengenai sikap, kata-kata serta perilaku dalam kehidupan seseorang. Dalam Kitab Amsal kata-kata “takut akan Tuhan” dipergunakan untuk mengungkapkan karakter moral orang yang bijak (sikap, kata-kata, dan perilaku yang jujur).
Mulut orang bodoh dan bibir bijak (ay.3): Pengajaran tentang orang yang takut akan Tuhan, lebih diperjelas dalam ayat 3 ini. Pengajaran ini dimulai dengan peringatan akan penggunaan mulut dengan tidak benar. Kata “mulut” dan “bibir” sering sekali dipergunakan bersamaan (Ams. 10:32; 16:10; 18:6, 20; 27:2).
Tidak ada lembu dan kekuatan sapi (ay.4): Pengajaran mengenai mulut bijak sekarang dikaitkan dengan kebijakan dalam bekerja. Orang bijak tidak hanya berkata-kata, tetapi juga memiliki kebijakan dalam bekerja atau berusaha. Latar belakang pada ayat 4 ini adalah kehidupan pertanian. Lembu dipekerjakan untuk membajak tanah dan mengirik gandum. Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum (ay.4). Pengajaran ini berisi prinsip yang umum berlaku untuk semua jenis pekerjaan atau usaha.
Saksi setia dan saksi dusta (ay.5): Sehubungan dengan kata-kata bijak pada ayat 4, dalam ayat 5 diberikan pengajaran tentang kata-kata benar dari seorang saksi yang setia. Saksi yang dimaksud dalam ayat ini adalah saksi yang setia terhadap kebenaran dalam kasus-kasus pengadilan. Sementara saksi dusta menyebar kebohongan, seorang saksi dusta dalam pengadilan tidak hanya menyampaikan kesaksian dusta, tetapi kebohongannya dapat berdampak terhadap keputusan yang diambil oleh pengadilan
Pencarian Hikmat (Ams. 14:6-9)
Pencemooh dan orang berpengertian (ay.6). Si pencemooh tidak akan menemukan hikmat bila ia mencari, bahkan bila membelinya sekalipun karena ia tidak memiliki prasyarat yang mendasar untuk memperoleh hikmat. Pada dirinya ada kesombongan yang membuatnya bersikap sinis, tidak memiliki rasa simpati atau cinta yang mendalam akan hikmat. Orang yang berpengertian adalah orang yang memiliki prasyarat dan sikap yang cocok untuk mendapatkan hikmat, orang ini tidak saja cinta akan pengetahuan, tetapi juga bersedia dikoreksi olehnya dan mentaatinya.
Orang bebal (ay. 7). Maksud dari ayat ini adalah untuk tidak bergaul atau menghabiskan banyak waktu dengan orang bebal, yaitu orang yang bukan hanya bodoh, melainkan juga menolak didikan kerena orang tersebut benci akan hikmat.
Orang bodoh dan orang benar (ay.9). Maksudnya adalah bukan hanya bodoh, melainkan juga jahat, menolak untuk mempersembahkan korban pengampunan karena kebodohan, kejahatan, ketidakbenaran dan ketidakadilan yang dilakukannya sehingga orang bodoh ini tidak mendapatkan pengampunan dari Allah. Orang benar tidak mau terlibat dengan situasi yang mendorong mereka untuk berbuat salah, oleh karena itu, orang benar di dalam kebaikan, kebenaran dan keadilannya, akan menerima kemurahan dari Allah.
Kesenangan dan Kepedihan Hati (Ams. 14:10-14)
Kepedihan dan orang lain tak rasakan kesenangan (ay. 10): Pada ayat 10 berisi pengajaran psikologis tentang pemikiran emosional berbentuk kesenangan dan kepedihan yang dihubungkan kepada hati. Hati orang mengenal kepedihannya sendiri (ay.10a). Hati merupakan pusat intelektual atau emosional yang terdalam dan sifat individual dari seseorang (ay.10b). Pengajaran ini memperlihatkan bahwa guru hikmat sudah mengenali kepribadian manusia yang sangat individual, rahasia mendalam yang harus dihargai.
Rumah orang fasik dan kemah orang jujur (ay.11): Keluarga orang fasik, yang bodoh dan jahat akan mengalami malapetaka sebagai akibat dari kejahatannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung (11a). Kejujuran, kebaikan, kebenaran, dan keadilan akan menghantarkan keluarga pada keberhasilan, serta kelimpahan yang berkembang indah. (11b).
Jalan yang disangka lurus dan jalan kematian (ay 12): Pada ayat 12, kepedihan hati dihubungkan pada keterbatasan pemikiran rasional. Jalan disini melambangkan gaya hidup seseorang yang dikira lurus dan benar, serta mulus, padahal menuju pada jalan kematian.
Dalam tertawa dan kesukaan (ay.13): Bagian ini berbicara tentang keterbatasan pemikiran intelektual, dan emosional, yang merupakan hasil dari observasi psikologi.
Orang yang murtad hati dan orang baik (14): Bagian ini hamper sama dengan ayat 13, yaitu berbicara mengenai pengajaran tentang keterbatasan hati (pemikiran rasional dan emosional). Orang yang pemikiran intelektual dan emosionalnya bengkok dan penuh pemberontakan, maka hidupnya akan dipenuhi oleh kedukaan, sedangkan orang yang memikirkan dan merencanakan kebaikan, kebenaran, serta keadilan, ia akan mengalami kelimpahan dalam hidupnya.
Sikap Hidup Orang Bijak dan Dampaknya (Ams. 14:15-19)
Orang yang tidak berpengalaman dan orang bijak (ay.15): Berbicara tentang kebijakan dalam bentuk sikap hidup yang berhati-hati. Sikap berhati-hati dari orang bijak adalah memperhatikan langkahnya (ay.15). Orang yang tidak berpengalaman percaya akan setiap perkara (ay.15a), yang dimaksud adalah orang yang tidak mendapatkan didikan sehingga tak mempunyai pengetahuan, dan kebanyakkan mengarah kepada orang muda.
Bersikap hati-hati dan sembrono (ay.16): Bagian ini berbicara mengenai malapetaka sebagai akibat dari tindakan yang jahat. Orang bijak karena kebijakannya, ia berhati-hati dan menjauhi segala kejahatan. Pada bagian ini antara orang bijak dan orang bodoh, dikontraskan.
Jadi ayat 15 – 19, berisi mengenai pengajaran tentang dampak kehidupan orang jahat dan orang baik. Pengajaran dalam bagian ini berbentuk keyakinan bahwa kebaikan dan kebenaran akan menang atas kejahatan.
Hubungan Orang Benar dan Orang Fasik (Ams. 14:20-24)
Bagian ini berisi banyak pengajaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang mengangkat status sosial orang miskin. Lebih lanjut pada ayat 22 dijelaskan lebih detail mengenai sikap hidup orang berdosa yang harus dihindari dan orang yang berbelas kasihan terhadap sesama untuk diteladani. Kemudian pada ayat 23 diterangkan mengenai kata-kata belaka tanpa kerja keras akan mendatangkan kekurangan. Dan terakhir adalah mahkota orang bijak adalah kekayaannya (24a), dan karangan bunga orang-orang bodoh adalah kebodohannya (24b).
Saksi Setia dan Takut Akan Tuhan (Ams. 14:25-27)
Pada ayat 25 ditemui bentuk parallel antitesis dan pada ayat 26 dan 27 dipergunakan untuk parallel sintesis. Contohnya pada ayat 25a diletakkan secara antitesis dengan “kebodohan” dalam ayat 25b. melalui kalimat-kalimat parallel sistentis pikiran mengenai “takut akan Tuhan” dalam ayat 26a dilengkapi oleh “perlindungan” pada ayat 26b dan “takut akan Tuhan” pada ayat 27a oleh “menghindarkan dari jerat maut” dalam ayat 27b.
Kebijakan Raja Dalam Memerintah (Ams. 14:28-35)
Perkataan hikmat pada bagian ini merupakan bentuk parallel antithesis. Misalnya antara di ayat 28a dan 28b mengenai orang yang cepat marah dan orang yang sabar.
KESIMPULAN
Amsal pasal 14 berisikan mengenai pengajaran untuk memiliki sikap hidup yang benar, dan memilik sikap hidup yang takut akan Tuhan, yang diekspresikan pada pengenalan akan Allah. Selain itu, pasal 14 juga mengajarkan untuk memiliki belas kasihan kepada semua orang sebagai perwujudan hikmat yang dimiliki oleh seseorang.
Kitab Amsal menekankan pada kebenaran dan takut akan Allah sebagai sumber hikmat. Perlu diketahui bahwa hikmat yang benar diberikan kepada manusia yang mengakui dan mengenal Allah Yang Maha kudus. Tradisi hikmat di Israel juga dilihat sebagai Revelation of God. Kehidupan batin manusia merupakan bagian dari tubuh yang esensial, yang mengontrol, serta melayani dan bersinar sebagai lampu yang memberikan terang kepada sudut-sudut kehidupan yang gelap. Hal ini memperlihatkan bagaimana tradisi hikmat Israel mempersonifikasikan hikmat, menurut kitab Amsal mempunyai pemahaman bahwa roh manusia adalah pelita Tuhan yang menyelidiki seluruh lubuk hati manusia.[2]
Post a Comment for "Eksposisi Sederhana Amsal 14"