Kontribusi Gereja Dalam Kemerdekaan Indonesia

Kontribusi Gereja Dalam Kemerdekaan Indonesia dan Implikasinya Bagi Kehidupan Orang Kristen Masa Kini

 

Kontribusi gereja dalam kemerdekaan
Kontribusi gereja dalam kemerdekaan

 

LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak zaman perjuangan hingga saat ini orang Kristen di Indonesia tergolong minoritas. Dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia hanya 10% yang penduduknya yang beragama Kristen. Hal ini membuat orang Kristen di Indonesia sedikit mengalami kesulitan dalam memberi sumbangsih melalui organisasi-organisasi politik dan pemerintahan di Indonesia. Gereja-gereja di Indonesia dianggap seolah-olah tidak peduli dengan negera dan tidak mau ikut campur segala urusan yang berkaitan dengan politik. Sehingga dinilai bahwa orang Kristen pasif dalam membangun Bangsa Indonesia ini. Akan tetapi ini hanyalah pandangan sebelah mata. Pada dasarnya orang Kristen sudah berperan aktif dalam pembangunan bangsa ini, bahkan dimulai sejak zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beranjak dari hal tersebut, maka penulis akan mengulas kembali apa yang menjadi kontribusi gereja dan orang Kristen dalam memperjuangkan bangsa Indonesia hingga saat ini.

 

KONTRIBUSI GEREJA DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

 

Kondisi Gereja dan Orang Kristen Pada Masa Penjajahan Belanda

Pembinaan gereja di Indonesia sejak abad ke-19 dilakukan oleh pihak pemerintahan Belanda dan oleh Badan Pekabaran Injil (PI).  Belanda memiliki kontribusi yang cukup besar bagi Kekristenan di Indonesia. Salah satunya yaitu berdirinya gereja-gereja hasil PI NZV (Nederlansch Zendeling Genootschap), yaitu suatu Badan Pekabaran Injil yang berpusat di Belanda. Perkembangan kekristenan di Indonesia sangat berkembang dengan pesat pada saat itu, sehingga terbentuklah daerah-daerah Kristen (contohnya: Maluku, Timor, Minahasa, Tapanuli, dll).

Pada awal abad ke-20 di Indonesia telah muncul semangat nasionalisme yang ingin membebaskan dirinya dari Kekuasaan Belanda. Hal ini membuat gereja dan orang Kristen tidak dapat berdiam diri saja. Gereja di Indonesia dituntut memiliki suatu sikap terhadap pergerakan ini. Akan tetapi ada beberapa pandangan berbeda dari gereja dan orang Kristen terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dr. J. Leimena membaginya menjadi ke dalam tiga golongan:

  1. Golongan konservatif : Golongan yang menolak pergerakan kebangsaan dan mengidentifikasikan diri dengan kekuasaan kolonial. Menggabunggkan diri dengan golongan pergerakan kebangsaan dianggap bertentangan dengan ajaran-ajaran Kristus yang menodai agama Kristen.
  2. Golongan yang mengerti tentang persatuan bangsa Indonesia : golongan yang mengerti dan merasakan bahwa ada kepincangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia akan tetapi tidak mau berpartisipasi dalam gerakan perjuangan pada bagian pertama abad ke-20 ini.
  3. Golongan yang aktif dalam pergerakan kebangsaan Indonesia : golongan yang beralih menjadi nasionalis-nasionalis yang baik dan yang merangkaikan antara gereja dan perjuangan kemerdekaan Indonesia secara bertanggung jawab.

Gereja Protestan adalah bagian dari lembaga pemerintahan kolonial di Indonesia. Para pelayannya adalah pegawai negeri, yang diangkat dan digaji oleh pemerintah, sehingga fungsinya kurang lebih hanya sebagai pegawai kantor urusan keagamaan Kristen. Keterlibatan gereja dan orang Kristen dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia baik melalui organisasi kedaerahan maupun partai politik kurang menonjol. Hal ini disebabkan oleh karena para pekabar Injil tidak mempersiapkan orang Kristen Indonesia dalam menghadapi masalah di bidang sosial politik, selain itu orang Kristen di Indonesia merupakan golongan yang minoritas. Pada waktu itu tidak ada suara kenabian dari kalangan gereja terhadap kenyataan buruk kolonialisme. Padahal pada abad ke-19 terdapat peristiwa-peristiwa penting dalam hubungan kolonialisme yang seharusnya menjadi perhatian gereja seperti sistem tanam paksa, perlawanan terhadap pemerintah kolonial, dll.

 

Zending dan Pergerakan Nasional Indonesia

Bangkitnya semangat nasionalisme Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan internasional, yaitu adanya kebangkitan bangsa-bangsa yang terjajah dalam memperjuangkan kemerdekaan khususnya di wilayah Asia. Pergerakan nasional Indonesia mula-mula merupakan gerakan sosial, ekonomi, kebudayaan dan agama. Sekalipun pergerakan ini sudah mulai terjadi, akan tetapi pada permulaan abad ke-20 gereja dan kekristenan di Indonesia tidak bersikap anti kolonialisme, dalam arti tidak mengecam kenyataan-kenyataan buruk dalam praktik kolonoial, bukan karena mendukungnya, melainkan karena mengganggap hal itu di luar wilayah urusan agama.

Pada masa pergerakan nasional Indonesia, gereja-gereja dan Zending mula-mula mengambil jarak. Akan tetapi lambat laun Zending memahami hakikat pergerakan itu sebagai ungkapan hak kemerdekaan dari Bangsa Indonesia. Ada beberapa tokoh PI dari Eropa yang mulai mengarahkan gereja-gereja untuk aktif dalam pergerakan nasional antara lain B.M Schuurman dan Hendrik Kraemer.

 

Organisasi Politik Pada Zaman Pergerakan Nasional – Kemerdekaan


Lahirnya Organisasi Masyarakat Kristen

Pengorganisasian masyarakat Kristen terjadi menurut daerah asal/suku dengan tujuan awal yang lebih terkait pada sosial budaya dan ekonomi dari pada politik praktis. Organisasi “suku-suku Kristen” belum sepenuhnya mewakili pihak Kristen Indonesia dalam pergerakan nasional. Beberapa organisasi tersebut antara lain: Jong Ambon (1918), Persatuan Minahasa (1927), Perserikatan Timor (1924), Hatopan Kristen Bapak (1917).

 

Partai Politik Kristen

Berbeda dengan organisasi-organisasi Kristen yang bersifat kedaerahan, partai politik Kristen secara sadar menempatkan Agama Kristen sebagai dasar pergerakkan nasional dan politik praktis sebagai bidang kegiatan utamanya. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam partai politik Kristen lebih mengarahkan gereja-gereja di Indonesia untuk berkecimpung dalam pergerakan nasional. Partai-partai tersebut antara lain: Christelijke Ethische Partij/CEP (1926), Perserikatan Kaoem Christen/PKC (1912), Partai Kaum Masehi Indonesia/PKMI (1920).

 

Kondisi Gereja dan Orang Kristen Pada Masa Penjajahan Jepang

Meskipun kehadiran Jepang tidak lama di Indonesia akan tetapi Jepang membawa perubahan yang cukup besar dalam kehidupan gereja dan orang Kristen di Indonesia. Dengan keluarnya Lembaga Pekabaran Injil Barat, gereja di Indonesia terpaksa berdiri sendiri dan melaksanakan misi sebagai tugas panggilannya sebagai gereja.

Sebelum kehadiran pendeta dari Gereja Kristen Jepang di Indonesia, gereja dan orang Kristen pada saat itu mengalami tekanan dari Jepang. Jepang sangat anti terhadap Barat sehingga segala sesuatu yang berbau Barat harus dihilangkan. Orang Kristen sangat menderita pada masa ini bukan saja dari pihak Jepang tetapi juga dari saudara sebangsanya yang berbeda kepercayaan. Orang Kristen dicurigai sebagai orang yang pro kepada Belanda dan menjadi kaki tangan Belanda. Pada waktu itu gereja-gereja dijadikan asrama tentara, gudang, ataupun tempat penyimpanan abu jenazah tentara Jepang.

 

Peran Gereja dan Orang Kristen Di Awal Kemerdekaan

Peranan gereja dan orang Kristen lndonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada periode revolusi fisik ini sangat besar. Kebanyakan pemimpin gereja dan orang Kristen menolak kembalinya Belanda sebagai penguasa di lndonesia. Penolakkan pemimpin gereja dan orang Kristen tersebut diwujudkan dalam bentuk mengungsinya orang-orang Kristen dari daerah yang diduduki Belanda ke dalam wilayah Republik, bahkan pemuda-pemuda Kristen ikut bertempur melawan Belanda. Hal ini khususnya terjadi di Jawa dan Sumatera. Semangat nasionalisme orang Kristen Indonesia menjadi matang pada masa periode ini.

Pada permulaan zaman revolusi, para pemuda Kristen Indonesia membentuk kesatuan-kesatuan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui terbentuknya orgaanisasi kaum muda di daerah-daerah antara lain: Angkatan Pemuda Indonesia Ambon (API-Ambon), Pemuda Rakyat lndonesia Maluku (PRI-Maluku), Pemuda Indonesia Maluku (PIM), Persatuan Pemuda lndonesia, Kebaktian Rakyat lndonesia Sulawesi (KRIS), Dewan Minahasa, Pemuda Kristen protestan Indonesia (PPKR), Laskar Sunda Kecil, Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI)

Dalam bidang pemerintahan orang Kristen juga telah mengambil peranan yang penting. Tokoh-tokoh nasionalis Kristen yang muncul sejak tahun 30-an tetap memberikan darma bhaktinya demi kehidupan Republik Indonesia. Di antara yaitu, Mr. A.A. Maramis, dan Dr. G.S.S.J. Ratulangi telah turut serta mempersiapkan segala sesuatu guna kelahiran Negara Indonesia Merdeka. Mereka turut serta dalam perumusan UUD 1945. Mr. J. Latuharhary diangkat menjadi Gubemur Provinsi Maluku dan Dr. G.S.S.J. Ratulangi menjadi Gubernur Provinsi Sulawesi. Dalam kabinet pun ada beberapa menteri yang beragama, seperti Mr. Amir Sjarifoeddin, Ir. F. Laoh, Ir. Putuhena, Dr. Mr. T.S.G. Mulia, Dr. J. Leimena, Mr.A.A. Maramis dan sebagainya. Dalam bidang diplomasi juga ada tokoh Kristen yang terkenal yaitu Dr. J. Leimena, T.B. Simatupang, Mr. Amir Sjarifoeddin dan dalam angkatan bersenjata terdapat tokoh seperti: TB. Simatupang, A.E. Kawilarang, M. Simbolon, M. Panggabean, D.I. Pandjaitan, John Lie dan sebagainya.

Partisipasi orang Kristen Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dapat dilihat dengan dibentuknya “Partai Kristen Nasional”, pada tanggal 18 November 1945 (kemudian pada tahun 1946 diubah menjadi Partai Kristen Indonesia/Parkindo). PKN dibentuk berdasarkan maklumat pemerintah RI, bahwa pemerintah menyukai lahirnya partai-partai politik karena dengan adanya partai-partai itulah segala aliran dan paham yang ada dalam masyarakat dapat dipimpin berjalan teratur. Sebagai ketua ditunjuk Dr. W.Z. Johannes dan sekretarisnya adalah Marjoto. Tujuan dari PKN dirumuskan sebagai berikut: “Berusaha dalam bidang politik, ekonomi dan sosial menurut asas-asas Firman Tuhan yang termaktub dalam Kitab Suci”.


IMPLIKASI DARI PERANAN GEREJA DALAM KEMERDEKAAN

Sejak awal dimulainya pergerakan nasional Indonesia, pada dasarnya gereja dan orang kristen sudah berkontribusi di dalamnya. Meskipun hal ini pada awalnya berjalan lambat dan harus menghadapi berbagai tantangan yang sulit. Akan tetapi setidaknya banyak pelajaran yang dapat diteladani oleh gereja dan orang Kristen masa kini.

Kata “merdeka” bagi Bangsa Indonesia memang telah terwujud kurang lebih selama 73 tahun ini. Pendirian Pancasila sebagai ideologi dasar negara juga sudah menjadi tolak ukur yang kokoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah bangsa ini benar-benar merasakan kemerdekaan tersebut? Tentulah tidak. Mengapa? Karena masih begitu banyak rakyat yang mengalami diskriminasi, perbedaan status sosial, dan lain sebagainya. Dengan demikian maka perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan yang sesungguhnya belum selesai dengan hanya dibacakannya naskah proklamasi. Masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk mewujudkan itu semua.

Untuk mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya dibutuhkan kerja sama yang baik di antara berbagai aspek kehidupan bernegara, dan gereja merupakan salah satu aspek di dalamnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh gereja-gereja dan orang Kristen masa kini untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia antara lain:

  1. Berpartisipasi dalam organisasi politik dan keagamaan – menghilangkan paradigma bahwa politik itu kotor.
  2. Menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk pembangunan bangsa Indonesia.
  3. Mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Tidak menarik diri dalam kondisi-kondisi sulit yang dialami oleh rakyat Indonesia.
  5. Menjadi berkat melalui sikap hidup – “Kamu adalah garam dan terang dunia” – Matius 5:13.
  6. Menaati UU berbangsa dan bernegara yang telah dibuat oleh pemerintah.


KESIMPULAN

Kontribusi gereja dan orang Kristen dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia mungkin tidak diketahui oleh semua masyarakat di Indonesia sekarang ini, secara khusus generasi mudanya. Akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana gereja dan orang Kristen dapat hidup berdampingan dengan masyarakat yang berbeda kepercayaan untuk mempertahankan kemerdekaan bahkan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah untuk memperjuangkan kemerdekaan sesungguhnya.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Daulay, Richard M. Agama dan Politik di Indonesia: Umat Kristen Di Tengah Kebangkitan Islam. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

 

Leirissa, R.Z. Biografi Dr. J. Leimena. Dalam P.D. Latuihamallo dkk, Kewarganegaraan Yang Bertanggungjawab: Mengenang Dr. J. Leimena. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980.

 

Ngelow, Zakaria. Kekristenan dan Nasionalisme. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

 

Simatupang, T.B. Iman Kristen dan Pancasila. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.

 

http://christiancitizenship.wordpress.com/category/l-tokoh-kristen-ri/

 

 


Post a Comment for "Kontribusi Gereja Dalam Kemerdekaan Indonesia"