Perkembangan Pekabaran Injil di Wilayah Indonesia Timur

 

 Perkembangan Gereja-Gereja di Wilayah Indonesia Timur

Perkembangan Pekabaran Injil
SGI



Pertanyaan:

  1. Jelaskan Pekabaran Injil di Pulau Halmahera beserta tokoh-tokohnya?
  2. Jelaskan Pekabaran Injil di Minahasa beserta tokoh-tokohnya?
  3. Jelaskan Pekabaran Injil di Papua beserta tokoh-tokohnya?

Catatan:

Jawaban masing-masing minimal 3 paragraf dan masuk paling lambat hari Sabtu, 23 Oktober 2021, pukul 21.00 WIB

Jawaban: Diambil dari komentar yang masuk secara acak


Pekabaran Injil di Pulau Halmahera

Halmahera merupakan pulau terbesar yang ada di Maluku Utara. Pada masa sekarang ini jumlah penduduk Halmahera kira-kira separuh jumlah penduduk seluruh Maluku Utara. Masyarakat di pulau-pulau kecil lepas pantai pada abad ke-15 sudah masuk agama Islam, bahkan sudah mendirikan kerajaan Islam, seperti kesultanan Ternate dan Tidore. Penduduk Pulau Halmahera juga sebagian sudah masuk ke agama Islam. Suku-suku terbesar yang ada di Halmahera, yakni suku Galela dan Tobelo, tinggal di Bagian Utara yang merupakan daerah yang berpenduduk paling padat. Selama 35 tahun pertama segala kegiatan pekabaran Injil berlangsung di daerah Utara itu, lalu meluas ke daerah lainnya. Pekabaran Injil di Halmahera dilakukan oleh Badan Misi UZV pada tahun 1864. Para pekerja Badan Misi UZV yang melayani di Irian Barat pada waktu itu dialihkan ke Maluku Utara dalam hal ini Pulau Halmahera. Pada tanggal 19 Juli 1866, 3 orang Pekabar Injil UZV tiba di Galela. Di antaranya yaitu 2 orang zendeling dan satu orang zendeling tukang bernama H. Van Dikjen, untuk menunjang Pekabaran Injil yang dilakukannya, ia sambil bekerja di bidang pertanian. Lalu, pada tahun 1873 ia ditahbiskan menjadi zendeling berwenang penuh. Van Dikjen memiliki semboyan yaitu melalui pekerjaannya sebagai petani ia mau mempengaruhi orang Galela, sehingga mereka dapat menerima Injil. Dalam pekerjaan misinya ia mendapat bantuan besar dari istrinya yang merupakan seorang Kristen dari Ternate bernama M. Soentpiet. Pada tahun 1897 di kalangan suku Tobelo tumbuh gerakan perlawanan terhadap Kesultanan Ternate, yang telah membuang Hangaji (kepala suku) Tobelo, satu-satunya kepala suku yang bukan Islam. Zendeling A. Hueting, yang baru saja menetap di Tobelo (1897), berhasil meredakan keadaan. Akibatnya, pada tahun 1898 terjadi gerakan orang-orang dari Suku Tobelo yang masuk ke Agama Kristen di daerah itu. Dalam tahun-tahun sesudahnya pekerjaan zending meluas juga ke distrik-distrik lain tetapi di situ kemajuan tidak secepat di Tobelo.

 

Pekabaran Injil di Minahasa

Masuknya agama kristen di tanah Minahasa mempunyai sejarah panjang. Pada tahun 1563 Kekristenan pertama kali datang di Minahasa. Dan di bawa oleh missionaries Katolik dari Portugis. Pada tahun ini juga, mereka membaptis sekitar 1500 orang Minahasa. Pada tahun 1570 Perang antara Portugis dan Ternate , yang membuat pekabaran injil ke wilayah lain di minahasa menjadi terhambat. Sehingga wilayah lain di sekitarnya beberapa wilayah di Sulawesi Utara tidak diinjili. Pada tahun1831, 12 Juni Dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz tiba di daerah Minahasa untuk memberitakan Injil. Tahun 1817 Joseph Kam datang ke Minahasa untuk pertama kali, kontribusinya adalah menyarankan para missionaries agar menginjili di Minahasa. 1875, jemaat Protestan di Minahasa dialihkan ke suatu sinode Gereja Protestan yang disebut GPI (Gereja Protestan Indonesia) atau The protestantsche Kerk In Nedherlandsch Indhie. Dibawah kepengurusan GPI, gereja di Minahasa semakin bertumbuh, banyak penginjil dan pendeta asal Minahasa yang kemudian menginjili di wilayah Indonesia Barat dan Tengah. 1880 Lebih dari 80% dari populasi Suku Minahasa telah dibaptis dan banyak dari Suku Minahasa telah menjadi hamba Tuhan, namun begitu gereja di Minahasa masih dibawah pengawasan GPI. Pada 30 September 1934 Jemaat Protestan di Minahasa terlepas dari Gereja induknya, The protestantsche Kerk In Nedherlandsch Indhie (Gereja Protestan Indonesia), lalu berubah nama menjadi GMIM pada tahun 1942, dan A. Z. R. Wenas, menjadi ketua Sinode pertama yang berasal dari orang Minahasa.

 

Pekabaran Injil di Papua

Pekabaran Injil di Papua Di Belanda seorang pendeta Protestan (yang pernah menjadi imam Katolik) berdarah Jerman, bernama Johannes Evangelist Gossner termasuk salah seorang yang memikirkan secara serius upaya proselitisasi. Gossner yang dalam buku hariannya mengaku telah bertobat dari Kristen pencerahan kepada Kristen Pietis, bersama rekannya Otto G. Heldring, membuat berbagai kebaktian kebangunan rohani bertajuk ‘Kebangkitan’ di berbagai gereja-gereja di Belanda pada Juli 1837. Gossner dan Heldring mengatakan akhir zaman dan masa kerajaan surga akan dating, jika semua tempat di muka bumi sudah mendengarkan Injil, mereka merujuk secara harfiah Injil Matius 24:14 yang mengatakan bahwa “...Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”, Propaganda ini berjalan dengan sukses. Ada banyak anak-anak muda yang diyakinkan untuk menjalani kehidupan saleh dan bersedia menjadi misionaris ke berbagai belahan bumi. Di antara sekian banyak pemuda yang menyerahkan dirinya untuk menjadi misionaris yaitu Carl Wilhem Ottouw dan Johann Geissler adalah dua orang di antaranya. Ottouw dan Geisler membuka pintu bagi kedatangan berbagai badan misi lain ke tanah Papua. Secara masif dan programatik berturut-turut Utrech Society of Mission (Utrechtse Zendings Vereniging) dari negeri Belanda, misalnya, mengirimkan tenaga misionaris ke Papua pada tahun 1863. Perjalanan misi Injil dan dagang Ottow dan Geissler juga membuka jalan bagi dibangunnya pos pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1898 di Manokwari dan Fakfak. Dengan berdirinya pemerintahan Hindia Belanda kehidupan beragama Kristen menjadi teregulasi di bawah aturan negara. Segala bentuk kebudayaan Papua yang dianggap tidak sesuai dengan kultur Kristen Barat dilarang. Selain badan-badan misi tersebut, masih ada badan misi lainnya yang melayani di Papua. Seperti misi Katolik  yaitu Missionaries of Sacred Heart Jesus (MSC) pada tahun 1902, dan Christian and Missionary Alliance of America (CAMA) pada tahun 1939.

33 comments for "Perkembangan Pekabaran Injil di Wilayah Indonesia Timur"

  1. 1. Sejarah pra Zending Belanda di Almahera
    komunikasi dengan negeri Belanda. Hasil konperensi antara lain membentuk founds Injil dan hasil dana dipergunakan untuk membiayai kebutuhan hidup para penginjil setempat serta cita-cita pengelolahan gereja Halmahera oleh pribumi. Kemudian Jepang mulai menghilangkan segala sesuatu yang berbau kebelandaan di Indonesia. banyak Zending –bahkan guru jemaat pun–yang ditawan oleh Jepang. Jemaat yang seperti inilah membuat reaksi datang dari pribumi sebagai upaya terus menghidupi gereja yang sudah berkembang di Halmahera. Beberapa Abad 16 sampai pertengahan abad 19
    Pada abad ke-16 Xaverius, seorang utusan Injil Yesuit, datang di Halmahera dan bekerja di situ. Hasilnya banyak orang menjadi Kristen di pesisir Barat dari jazirah Utara, dan terutama di pesisir Timur yang disebut pantai Moro, tempat Galela dan Tobelo sekarang serta pulau Morotai. Tetapi kekristenan dibawa dalam persoalan politik antara Spanyol dan Portugis yang juga mengakibatkan teradu dombanya sultan Ternate dan sultan Tidore. Terjadilah perang dan dalam perang itu agama Kristen di Halmahera dibasmi. ada tanda-tanda bahwa Zending hendak menyerahkan usaha penginjilan untuk diteruskan pribumi karena Jepang hampir pasti menguasai Asia Tenggara –Halmahera dikuasai Jepang pada Mei 1942– dan Belanda dikuasai oleh Jerman pada 10 Mei 1940. Pada konperensi ini diputuskan mengumpulkan dana setempat guna menutupi defisit anggaran Zending yang disebabkan oleh pemutusan pribumi menemui Mentsjibu Jepang—mirip resimen kolonial Belanda—di Ternate yang difasilitasi oleh Sultan Ternate, Iskandar Mohammed Djabir Sjah guna membicarakan kepentingan gereja Halmahera. Jepang kemudian menyuruh membentuk sebuah badan persiapan kemandirian gereja yang keanggotaannya berdasarkan persetujuan Jepang. Tak lama berdirilah Gereja Protestan Halmahera (GPH) walaupun unsurnya lebih banyak melibatkan daerah Halmahera Barat. Sementara di Tobelo dan Galela pada Mei 1942 telah mengadakan pertemuan di Pitu guna mengantisipasi “perginya” Zending. Mereka meminta agar Pdt. Kriekhoff yang adalah pendeta Gereja Protestan Maluku di Ternate melayani sakramen di Halmahera khususnya Tobelo dan Galela. Permintaan ini disetujui. Sebenarnya keinginan ini sangat beralasan karena kedekatan Tobelo dan Galela kepada orang Ambon (GPM) karena banyaknya penginjil dan guru-guru jemaat yang telah-bahkan selanjutnya- adalah orang Ambon sementara di Halmahera Barat cenderung berasal dari Sulawesi Utara. Walau demikian upaya menyatukan diri dalam gereja Halmahera selalu ada kendati cara Halmahera Barat dan Tobelo-Galela—Halmahera Utara — terlihat berbeda. Akhirnya dengan fasilitas dan pengalaman zending diadakanlah pertemuan demi terciptanya gereja Halmahera yang mandiri dengan berdirinya Gereja Masehi Injili di Halmahera pada 6 Juni 1949.

    ReplyDelete
  2. 2. pengkabaran injil di minahasan
    Pada tahun 1831 12 Juni
    Dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz tiba di daerah Minahasa untuk memberitakan Injil.
    1817 Joseph Kam datang ke Minahasa untuk pertama kali, kontribusinya adalah menyarankan para missionaries agar menginjili di Minahasa. 1875 Kepengurusan jemaat Protestan di Minahasa dialihkan ke suatu sinode Gereja Protestan yang disebut GPI (Gereja Protestan Indonesia ) atau The protestantsche Kerk In Nedherlandsch-Indhie. Dibawah kepengurusan GPI gereja di Minahasa semakin bertumbuh, banyak penginjil dan pendeta asal Minahasa yang kemudian menginjili di wilayah Indonesia Barat dan Tengah. 1880
    Lebih dari 80% dari populasi telah dibaptis dan lainya telah menjadi hamba Tuhan, namun begitu gereja di Minahasa masih dibawah pengawasan GPI.
    1934 30 September
    Jemaat Protestan di Minahasa terlepas dari Gereja induknya, The protestantsche Kerk In Nedherlandsch-Indhie (Gereja Protestan Indonesia) dan diubah nama menjadi GMIM. 1942,
    A. Z. R. Wenas, menjadi ketua Sinode pertama yang berasal dari Minahasa.
    1958-1961.Pertikaian antara Pemerintah RI dan PERMESTA telah merusak perumahan dan membunuh banyak warga di Minahasa, sehingga Badan Pekerja Sinode GMIM dalam sidang tanggal 12 Maret 1958 mencetuskan seruan penghentikanlah kekerasan antara PERMESTA dan Pemerintah Pusat.



    3. pengkabaran injil di papua
    GKI di Tanah Papua berdiri pada 26 Oktober 1956 sebagai hasil pekabaran Injil yang dimulai oleh Ottow dan Geissler pada 5 Februari 1855. Sejak awal berdirinya, GKI di Tanah Papua adalah suatu gereja yang bersifat oikumenis, dan bukan gereja suku. Oleh karena itu, anggota-anggota jemaat GKI berasal dari orang Papua sendiri dan orang-orang bukan Papua dari berbagai suku dan bangsa serta dari berbagai latarbelakang keanggotaan gereja. Kehadiran dan keberadaan GKI di Tanah Papua adalah kehendak Tuhan untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang nyata di tengah keterasingan . Oleh pemberitaan Injil peradaban baru Papua dimulai dan terus berlangsung sampai sekarang ini. 1852,7 Oktober: Para Penginjil dari Badan Misi Gossner Jerman yakni Johann Geissler, Schneider dan Carl Ottow tiba di Batavia (Jakarta) mereka berangkat dari pelabuhan Rotterdam Belanda, dengan menggunakan Kapal yang bernama ABELTASMAN. 1855, 5 Februari: Penginjil Ottow dan Geissler tiba di Mansinam. Tiba jam 6 pagi sauh dilabuhkan dan tepat jam 9 pagi CW OTTOW dan J G Geisler menginjakkan kaki di pulau Mansinam dengan mengucapkan doa sulung mereka "IN GOTTES NAMEN BETTRATEN WIR DAS LAND" yang artinya Dengan Nama Tuhan Kami Menginjak Tanah Ini...1856 Rumah Misi pertama didirikan di Mansinam.1861 Penerbitan Buku Nyanyian gerejani pertama yang di terjemahkan dalam bahasa Numfoor. 1862,9 November: Penginjil Ottow meninggal dan dikuburkan di Kwawi, Manokwari. 1867, 1 Desember: Peresmian Gedung Gereja Pengharapan di Mansinam. 1868,1 Januari: Dua orang wanita (Sara dan Margaretha) yang biasa membantu di rumah penginjil Geissler menjadi orang Papua pertama yang dibaptis, yaitu oleh Pdt. Geisler. 1869,16 Agustus: Penginjil Geissler meninggalkan. Mansinam kembali ke Jerman. 1870,11 Juni: Geissler meninggal dunia dalam usia 40 tahun.1956, 26 Oktober: GKI di Tanah Papua berdiri.

    ReplyDelete
  3. Nama: Arif Kalewang
    Nim: 20200104
    1. Jauh sebelum UZV mewartakan Injil di Halmahera telah ada usaha-usaha perkabaran Injil yang dilakukan kan oleh Portugis (Lodewijk tiba diternate pada Tahunb1506: Franssisco Serao tahun 1512) dan spanyol (1521) seiring dengan upaya-upaya pencarian rempah-rempah pada periode awal kekristenan di halmahera telah terjadi pembaptisan kepada kapita Tolo dibaptis dengan nama Don Tristao de Atayde. Pada periode ini juga diperkirakan franciskus Xaverius telah tiba pada bulan September 1546 di Halmahera selama setahun (1546-1547). Martir pertama pada periode awal adalah Simon vas yang meninggal di Morotai tahun 1535.

    2. Penginjilan pertama-tama dari NZG yang mengunjungi Minahasa ialah Joep Kamp yang datang dari Ambon, yang terkenal dengan julukan "Rasul Maluku" pada Tahunb 1817 kekristenan selanjutnya di Minahasa berjalan lancar di mana atas usaha Joep Kamp telah mendatangkan dua pendeta lagi yaitu Muller dan lammers.

    3. 5 Februari merupakan tanggal yang istimewa bagi masyarakat Papua karena menurut Catatan sejarah tanggal 5 Februari 1855 adalah hari pertama masuknya Injil di tanah Papua pasalnya hari itu adalah hari pertama 2 orang misionaris asal JermanCarl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di pulau mansinam setelah melakukan ekspedisi pelayaran dan singgah di Batavia, Makassar dan Ternate.

    ReplyDelete
  4. Nama:Ferdy Rohy
    NIM. :20200109
    Permulaan pekabaran injil di halmahera yang berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di irian pada Tahun 1864. UZV yakin bahwa pekerjaannya di irian takkan menghasilkan buah, lalu menyuruh sebagian utusannya yang telah mengungsi ke ternate atau yang sedang dalam perjalanan ke irian untuk mengalihkan perhatiannya kehalmahera.

    ReplyDelete
  5. Dari lapangan baru itu UZV mengharapkan hasil yang lebih besar dari pada di irian. setela melakulan kunjungan ke halmahera pada bulan Agustus 1865, maka pada Tanggal 19 juli 1866 3 (tiga) orang pekabaran injil tiba di galela. dianataranya terdapa dua orang zendling atau dan satu orang zendeling Tukang bernama H. Van Dikjen.

    Dihalmahera, perluasan besar usaha pekabaran injil berlansung 10 tahun sebelum pertiwa yang serupa di irian. pada Tahun 1897 di kalangan suku tobelo tumbuh gerakan perlawanan terhadap ternate, yang telah membuang hangaji (kepala suku) tobelo, satu-satunya kepala suku yang bukan islam.

    A. Hueting, yang baru saja menetap di tobelo 1898 terjadi gerakan maduk agama kristen di daerah itu dalam tahun-tahun sedudahnya

    ReplyDelete
  6. Van Dijken telah memegang peranan yang menentukan selama masa 1866-1897. dalam tahun-tahun sesudahnya, yang paling berpengaruh dalam usaha pekbaran injil di halmahera ialah tokoh Zendling A. Hueting (1897-1915 di halmahera, kemudian di buru).
    Pada tahun 1987 ia menetap di gangsungi, yang menjadi pusant zending tobelo. ketika terjadi gerakan masuk agama kristen, ia tidak membiarkan gerakan itu gendur lagi, sperti yang telah terjadi beberapa kali pada masa Van Dijken.

    ReplyDelete
  7. Nama: Selva Brenda Sopuiyo
    Nim: 20200116

    Permulaan karya pI di Halmahera berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di Irian pada tahun 1864. UZV yakin bahwa pekerjaannya di Irian takkan menghasilkan buah, lalu menyuruh sebagian utusan-utusannya yang telah mengungsi ke ternate atau yang sedang dalam perjalanan ke Irian untuk menglihkan perhatiannya ke Halmahera. Setelah melakukan kunjungan ke Halmahera pada bulan Agustus 1865, maka pada tanggal 19 Juli 1866 tiga orang pekabar injil tiba di Galela. Di antaranya terdapat dua orang zendeling dan satu orang zendeling-tukang bernama H. Van Dijken, yang sebetulnya di utus untuk menunjang karya pI dengan berusaha di bidang pertanian. Tetapi karena kepribadiannya, dan juga karena kedua rekannya serta pengganti-pengganti mereka tidak tahan lama di Halmahera, maka Van Dijken-lah yang menjadi perintis pekabaran Injil di sana (1866-1900). Lama-lama jumlah orang di baptis bertambah banyak, tapi ada yang harus menempuh pelajaran agama selama 12 tahun, baru mereka dibolehkan menerima sakramen itu. Sekitar tahun 1895, sesudah 30 tahin pekabaran Injil, mereka yang dibabtis pada umur dewasa berjumlah 62 orang, anggota jemaat selebihnya (jemaat seluruhnya berjumlah 150 orang) dibabtis waktu masih anak-anak. Orang-orang halmahera mengambil alih pimpinan dalam gereja dari orang belanda dan ambon, dan mereka menyelesaikan tugas mengabarkan injil kepada teman sesukunya yang belum mengabarkan injil.
    Tokohnya: H. Van Dijken

    ReplyDelete
  8. Sama seperti Minahasa, begitu juga bagian-bagian Sulawesi Utara lainnya sudah didatangi orang Eropa, termasuk pekabar-pekabar injil, sejak abad ke-16. Meskipun demikian, daerah-daerah lain itu kurang mendapat minat penguasa Eropa ketimbang daerah Minahasa. Seluruh wilayah Sulut sudah termasuk lingkungan pengaruh Belanda sejak zaman VOC, namun kekuasaan Belanda barulah di mantapkan pada tahun 1882 di Sangir-Talauda, 1889 di gorontalo, 1900 di Bolaang Mongondow. Dalam abad ke-19, di wilayah ini sebagian besar penduduk sudah tidak lagi menganut agama nenek moyang: agama islam dan agama Kristen telah masuk pada abad ke-16, dan dalam abad ke-19 pengaruh kedua agama tersebut semakin luas.
    Tokohnya: E.T. Steller, Pater Magelhaes.

    ReplyDelete
  9. Lapangan pI protestan di Irian pada masa yang di bahas dalam pasal ini ialah pantai utara beserta pulau-pulaunya, beberapa suku yang penting dalam sejarah pI sampai tahun-tahun 1930-an ialah suku Nunfor dan orang Biak, sejak abad ke-15 atau ke-16, Irian bagian barat termasuk wilayah kekuasaan Tidore hanya Tidore tidak mendirikan pemerintahan yang teratur di daerah itu. Dalam abad ke-19, orang Irian masih menganut agama asli, kecuali beberapa kelompok di daerah raja ampat dan sekitarnya, yang telah masuk Islam akibat pengaruh pendatang dari Maluku. Pada umumnya corak agama Irian asli itu tidak berbeda dengan corak umum agama-agama asli di Indonesia.Yang merintis usaha pI di Irian ialah dua orang Jerman, hasil didikan Gossner, yang kemudian diutus oleh Heldring. Namanya C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Pada tahin 1852 mereka tiba di Batavia, tetapi karena mereka bukan orang Belanda, mereka lama sekali harus menantikan izin menetap di irian. Pada tahun 1854 mereka berada di ternate. Di sana terdapat seorang pendeta GPI dan seorang Residen Belanda; pulau itu untuk beberapa waktu menjadi pangkalan bagi pekerjaan di irian. Setelah memperoleh izin dari Sultan Tidore, mereka mengadakan pelayaran tiga minggu dengan sebuah kapal dagang dan mendarat di pulau Mansiman, yang didiami suku Numfor (5 februari 1855). Pulau itu terletak di hadapan kota manokwari yang sekarang, tetapi yang ada pada waktu itu hanya beberapa kampung kecil, a.l. Doreh. Penduduk kampung-kampung itu juga orang Numfor, tetapi daerah pedalaman dihuni suku-suku Arfak.

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nama:Ardi sobolim/20200103
      Jawab.

      1. pekabaran injil di Halmahera beserta Tokoh-tokohnya....
      Halmahera Merupakan pulau Terbesar di antara 353 pulau di Maluku Utara. Dewasa ini penduduknya kira-kira separo jumlah seluruh penduduk Maluku Utara. Pulau-pulau kecil lepas pantai dalam abad ke-15 suda masuk agama Islam dan berkembang menjadi Kerajaan, a. I. Kesultanan Ternate dan Tidore. . saha di bidang pertanian. Tetapi karena kepribadiaannya, dan juga karena kedua rekannya serta pengganti-pengganti mereka tidak tahan lama di Halmahera, maka Van Dijken-lah yang menjadi perintis pekabar Injil di sana (1866-1900). Pada tahun 1873 ia ditabiskan menjadi zendeling berwenang penuh. Van Dejken telah memegang peranan yang menentukan selama masa 1866-1897. Dalam tahun-tahun sesudahnya, yang paling berpengaruh dalam usah pI di Halmahera ialah tokoh zendeling A. Huenting (1896-1915 di Halmahera, kemudian di buru).pada tahun 1897 ia di Gamsungi, yang menjadi pusat zending di Tobelo.

      2. Pekabar Injil di Minahas beserta tokoh-tokohnya..
      Para pendeta dan pekabar Injil di Minahas melakukan kunjungan ke Sangir_Telaud mendesak NZG, agar menangani karya pI di pulau-pulau itu. Tetapi NZG, selain memiliki lapangan kerya di Maluku, Timor, dan Minahasa, bru saja mulai mengutus tenaga ke Jawa Timur pulau, sehingga mereka tidak mampu. Maka panitia Zendeling-tukang mereka terpanggil untuk Mengisi lowongan itu. Dalam tahun 1857, sesudah dua tahun dalam perjalanan,empat Zendeling_tukang mendarat di pulau-pulau Sangir; dua tahun kemudian empat orang lagi Tiba di Talaud. Sesuai dengan asas yang di anut oleh panitia tersebut, mereka tidak mendapat gaji yang tetap. Namun, pemerintah mengakui jemaat-jemaat di Sangir sebagai jemaat-jemaat VOC, sehingga bersedia menyediakan anggaran untuk para pekerja baru itu. Mereka ini kebanyakan orang Jerman dari kelompok Gossner yang menjadi tokoh yang terkenal di antara mereka ialah E.T. Steller, yang selama masa 1857-1857 bekerja di manganitu,Steller bersama rekan-rekannya segera menjalankan upaya untuk memanahi jemaat. Mereka ingin supaya semua anggota memiliki kesalahan hati dan kecucian hidup. Beberapa Alkitab mereka terjamahkan ke dalam bahasa daerah (1883, PB dalam logat Siau; 1945, PB dalam bahasa Sangir), begitu pula Katekimus Heidelberg (1871), perjalanan seorang Musafir karangan J. Bunyan dan lain-lain.

      3. Pekabaran injil di Papua beserta tokoh-tokohnya..
      Lapangan pI protestan di Irian pada masa yang di bahas dalam pasal ini ialah pantai utara beserta pulau-pulaunya, beberapa suku yang penting dalam sejarah pI sampai tahun-tahun 1930-an ialah suku Nunfor dan orang Biak, sejak abad ke-15 atau ke-16, Irian bagian barat termasuk wilayah kekuasaan Tidore hanya Tidore tidak mendirikan pemerintahan yang teratur di daerah itu. Dalam abad ke-19, orang Irian masih menganut agama asli, kecuali beberapa kelompok di daerah raja ampat dan sekitarnya, yang telah masuk Islam akibat pengaruh pendatang dari Maluku. Pada umumnya corak agama Irian asli itu tidak berbeda dengan corak umum agama-agama asli di Indonesia. Yang perintis usaha pI di Irian ialah dua orang Jerman, hasil didikan Gossner, yang kemudian diutus oleh Heldring, namanya C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Pada tahun 1852 mereka tiba di Batavia, tetapi mereka bukan karena orang Belanda, mereka lama sekali harus menantikan izin menetap di Irian pada tahun 1854 mereka berada di Ternate. Disana terdapat seorang pendeta GPI dan seorang Residen Belanda; pulau itu menjadi pangkalan bagi pekabar Injil di Irian. Setelah memperolen izin dari sultan Tidore, mereka mengadakan pelayanan tiga minggu dengan sebuh kapal dagang dan mendarat di pulau Mansinam, yang didiami suku Nunfor (5 Februari 1855).

      Delete
  11. 2 pekabaran injil di minahasa adalah temasuk pekabaran-pekabaran injil sejak abad ke 16 ($11). meskipun demikian, daerah-daerah lain itu kurang mendapat minat penguasa ketimbang daerah minahasa. seluruh wilayah sulut sudah termasuk lingkungan pengaruh belanda sejak saman VOC, kekuasaan belanda baru di mantapkan pada tahun 1882.
    setelah menyerahkan sebagian besar usaha pekerjaan di minahasa kapda GPI (£ 21), bagi NZG hanya tinggal lapangan kerja di jawah timur. maka MZG sempat memberi tanggapan positif atas saran pendeta GPI di Manador agar memulai pekerjaan di gorontalo dan poso. yang di untus menjadi sendling pertama do daerah itu ialah A. C. Kruyt (1869-1949, diindonesia 1891-1932), seorang anak laki-laki J. Kruyt di mojowarno (24).

    ReplyDelete

  12. 3. Pekabaran injil di Papua adalah pekabaran beserta tokoh-tokohnya..yaitu
    Lapangan pekabaran Injil protestan di Irian pada masa yang di bahas dalam pasal ini ialah pantai utara beserta pulau-pulaunya, beberapa suku yang penting dalam sejarah pI sampai tahun-tahun 1930-an ialah suku Nunfor dan orang Biak, sejak abad ke-15 atau ke-16, Irian bagian barat termasuk wilayah kekuasaan Tidore hanya Tidore tidak mendirikan pemerintahan yang teratur di daerah itu. Dalam abad ke-19, orang Irian masih menganut agama asli, kecuali beberapa kelompok di daerah raja ampat dan sekitarnya, yang telah masuk Islam akibat pengaruh pendatang dari Maluku. Pada umumnya corak agama Irian asli itu tidak berbeda dengan corak umum agama-agama asli di Indonesia. Yang perintis usaha pI di Irian ialah dua orang Jerman, hasil didikan Gossner, yang kemudian diutus oleh Heldring, namanya C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Pada tahun 1852 mereka tiba di Batavia, tetapi mereka bukan karena orang Belanda, mereka lama sekali harus menantikan izin menetap di Irian pada tahun 1854 mereka berada di Ternate. Disana terdapat seorang pendeta GPI dan seorang Residen Belanda; pulau itu menjadi pangkalan bagi pekabar Injil di Irian. Setelah memperolen izin dari sultan Tidore, mereka mengadakan pelayanan tiga minggu dengan sebuh kapal dagang dan mendarat di pulau Mansinam, yang didiami suku Nunfor (5 Februari 1855).

    ReplyDelete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. Nama: Kristian
    NIM: 20200112

    1. Pekabaran Injil di pulau Halmahera berlangsung atau dimulai ketika adanya gempa bumi besar yang terjadi di Irian pada tahun 1864. Penyebab UZV ke halmahera adalah karena pekerjaan mereka di Irian tidak menghasilkan buah dan orang-orang di Halmahera hidup bersama secara damai dan tidak berpindah-pindah. Sehingga mereka termotivasi untuk mengalihkan perhatian ke Halmahera. Setelah mereka melakukan kunjungan ke Halmahera pada bulan Agustus 1865, maka pada tanggal 19 Juli 1866 3 orang pekabar Injil tiba di Galela ( zendeling = 2 orang yang dan zendeling tukang = 1 org) yaitu bernama H. Van Dijken yang melakukan pekabaran Injil di bidang pertanian. Melalui bidang ini orang-orang di galela mau menerima Injil. Dalam pelaksanaannya, ia dibantu oleh istrinya yang bernama M. Soentpient yang merupakan Seorang Kristen di Ternate.

    Pada tanggal 17 Juli 1874, bersamaan waktu dengan peresmian gedung gereja pertama, dibaptis lah orang-orang Halmahera yang pertama, yaitu 5 orang lelaki dan dua orang wanita. 5 tahun kemudian diangkatlah dua orang penatua dan seorang kepala kampung Kristen. Lama-lama jumlah orang yang dibaptis bertambah banyak, sekitar tahun 1895 sesudah 30 tahun pekabaran Injil, mereka yang dibaptis pada umur dewasa berjumlah 62 orang, anggota Jemaat selebihnya dibaptis waktu masih anak-anak. Jadi Jemaat seluruhnya berjumlah 150 orang.

    Di Halmahera, perluasan besar usaha pekabaran Injil berlangsung 10 tahun sebelum peristiwa yang serupa di Irian. Perkembangan orang yang dibaptis meningkat, pada tahun 1898 sampai 1900 yang menerima baptisan yaitu 3000 orang, sedangkan pada tahun 1930 jumlah anggota Jemaat belum sampai 10000 jiwa (1938:17000). Sesudah peranan Van Dijken, maka tokoh yang paling berpengaruh dalam pekabaran Injil di halmahera adalah zendeling A. Hueting (1896-1915). Meskipun banyak tantangan, tapi Hueting tetap mempertahankan agama Kristen dan membela orang-orang Kristen pada saat itu.

    2. Pekabaran Injil di Minahasa dipengaruhi oleh penguasa atau orang-orang Eropa. Karena pada abad ke-19 mereka tidak lagi menganut agama nenek moyang mereka, tapi agama Islam dan Agama Kristen lah yang mereka anut. Penganut kedua agama ini semakin meluas. Di Sangir besar sebagian penduduk sejak abad ke-16 sudah masuk Islam, sedangkan sebagian lain pada zaman itu telah masuk Kristen.

    Sekitar tahun 1850, di Kepulauan Talaud sudah tidak ada lagi orang Kristen. Di pulau-pulau Sangir tetap ada jemaat-jemaat Kristen, lengkap dengan gedung gereja dan sekolahnya. Jemaat-jemaat ini tetap memelihara kerangka kehidupan Kristen. Para pendeta dan pekabar Injil yang dari Minahasa melakukan kunjungan ke Sangir Talaud mendesak NZG agar menangani karya pekabaran Injil di pulau-pulau itu yang menjadi tokoh yang terkenal yaitu E.T. Staller, yang selama 1857 sampai 1897 bekerja di manganitu, Sangir besar. Dia bersama dengan rekan-rekannya segera menjalankan upaya ya untuk membenahi Jemaat pada saat itu. Usaha zending dalam pekabaran Injil pada saat itu itu di respon oleh orang-orang Sangir Talaud dengan negatif. Namun, dalam waktu relatif singkat kehidupan Jemaat berhasil dirombak menjadi yang lebih baik lagi.

    3. Ada dua metode dalam pekabaran Injil di Papua yaitu metode Gossner-Heldring dan metode UZV. Meskipun kedua metode yang digunakan ini memiliki perbedaan tingkatan, tapi secara asasi tidak berbeda. Sikap terhadap kebudayaan setempat dalam pembangunan organisasi gereja menyebabkan perkembangan di Irian Agak terlambat, dibandingkan dengan sejumlah daerah lainnya. Penyebab utama dari semua itu adalah: keadaan di lapangan, taraf kemajuan orang Irian dan jarak jarak yang jauh, dan pola berpikir serta kerja UZV. Sehingga pada akhirnya yang menentukan berhasil tidaknya sesuatu karya pekabaran Injil bukanlah metode yang dipakai, melainkan kekuatan Injil sendiri ditambah kasih dan kesetiakawanan yang dipupuk oleh Injil itu.

    Tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya yaitu: C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Kedua toko inilah yang merintis usaha pekabaran Injil di Irian dan mereka berasal dari Jerman.

    ReplyDelete
  15. Defiwi Narti Taporuk/20200106
    1. Halmahera
    Masuknya abad ke-16 Xaverius, seorang utusan Injil Yesuit, datang di Halmahera dan bekerja di situ, Halmahera GMI adalah sebuah kumpulan gereja protestan di indonesia yang berada di wilaya pemerintahan provinsi Aibku utara terdi dari 353 buah pulau. Dijken adalah seorang misionaris dari belanda yang menjadi pembawa Injil pertama di Halmahera pada 1816. Gereja Halmahera (1941-1949) pada tahun 1940 di adakanlah komperensi di kupa-kupa, tobelo yang sudah berada tanda-tanda bahwa zending hendak menyerahkan usaha penginjilan untuk di teruskan di pribumi karena jepang nyaris pasti menguasai ASEAN- Halmahera di kuasai jepang pada mei1942 dan belanda di kuasai oleh jerman pada 10 mei 1940.
    2. Minahasa
    1563 kekristenan pertama kali datang di diminahasa dan di bawa oleh misionaris katolik dari portugis. Joseph Kam datang ke minahasa untu pertama kali malakukan kontribusa menyarankan supaya misionaris ini agar menginjili di minahasa. 1570 perang antara portugis dan ternate, yang membuat pekebaran Injil kewilayah lain di minahasa menjadi terhambat, sehingga wilayah lain sekitarnya yang ada di sulawesi utara tidak di Injili.
    Dua misionaris Jerman yang dididik di belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlies selwarz tiba di daerah minahasa untuk memberitakan Injil. Kedua jemaat ini di alikan kesuatu si node gereja protestan indonesia di bawa kepengurusan GPI minahasa semakin bertumbuh, banyak penginjil dan pendeta asal minahasa yang kemudia di wilayah indonesia barat dan tengah.
    3. Papua
    Injil pertama kali masuk papua melalui mansinam, teluk Doreh, kabupaten monokwari, provinsi papua barat pada tanggal 15 februari1855. Injil masuk melalui misionaris asal Jerman. Yakni Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di papua mansinam setelahsebelunya melakukan pelayanan. Mansinan ini adalah saksi bisu kedatangan misionaris untuk mengabarkan kabar baik dalam Injil dan mengabarkan budaya tatak cara hidup modern kepada penduduk lokal yang masih tergolong primitif. Menurut pariwisata provinsi papua barat permasalahan utama dalam mengekpos potensi wisata di provinsi papua barat adalah masalah insfrastruktur dan fasolitas penunjang wisata.

    ReplyDelete
  16. Permulaan karya Pekabaran injil di Halmahera berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di irian pada tahun 1864. UZV yakin bahwa pekerjaannya di irian takkan menghasilkan buah, lalu menyuruh sebagian utusan utusan nya yang telah mengungsi ke ternate atau yang sedang dalam perjalanan ke irian untuk mengalihkan perhatiannya ke halmahera. Setelah melakukan kunjungan ke halmahera pada bulan agustus 1865, maka pada tanggal 19 juli 1866 tiga orang p kabar injil tiba di galela. Diantaranya terdapat dua orang zendeling dan satu orang zendeling tukang bernama H. Van Dijken, yang sebetulnya diutus untuk menunjang karya peka badan injil dengan berusaha di bidang pertanian. Tetapi kepribadiannya, dan juga karena kedua rekannya serta pengganti pengganti mereka tidak tahan lama di halmahera, maka Van Dijkenlah yang merintis dikabarin injil di sana ( 1866-1900). Pada tahun 1873 ia ditahbiskan menjadi zendeling berwenang penuh. Namun, semboyannya tetap,” memulai usaha yang tampak di hasil yang tak tampak” dengan jalan bekerja sebagai petani yang mau mempengaruhi orang Galela, sehingga mereka ini menerima injil. Van Dijken memakai metode yang pada masa itu berlaku pula di beberapa daerah. Calon Kristen dikumpulkan dalam suatu “kampung Kristen” seluruh kegiatan para pekabar Injil bermaksud hendak membuat jemaat itu menjadi benteng yang kokoh. Di halmahera, perluasan besar usaha pekabaran injil berlangsung sepuluh tahun sebelum peristiwa yang serupa di Irian.

    Penginjilan pertama-tama dari NZG yang mengunjungi Minahasa ialah Joep Kamp yang datang dari Ambon, yang terkenal dengan julukan "Rasul Maluku" pada Tahunb 1817 kekristenan selanjutnya di Minahasa berjalan lancar di mana atas usaha Joep Kamp telah mendatangkan dua pendeta lagi yaitu Muller dan lammers. Penginjilan pertama-tama dari NZG yang mengunjungi Minahasa ialah Joep Kamp yang datang dari Ambon, yang terkenal dengan julukan "Rasul Maluku" pada Tahunb 1817 kekristenan selanjutnya di Minahasa berjalan lancar di mana atas usaha Joep Kamp telah mendatangkan dua pendeta lagi yaitu Muller dan lammers.

    Yang merintis usaha Pekabaran Injil di Irian ialah dua orang Jerman, hasil didikan Gossner, yang kemudian diutus oleh Heldring. Namanya C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Mereka memperoleh izin dari Sultan Tidore, mereka mengadakan pelayaran tiga Minggu dan mendarat di suku Numfor ( 5 Februari 1885). Ottow dan Geissler menempuh pekerjaan dengan cara yang sesuai dengan metode yang telah dihancurkan kepada mereka. Mereka adalah zendeling- tukang, maka mereka segera mulai bekerja dengan tangan sendiri, manebang pohon, membangun rumah sendiri. Tetapi di samping berdagang mereka berupaya sekuat tenaga untuk mengikuti panggilan menyebarkan injil dan memerangi agama kafir. Yang pertama, Pekabaran Injil itu, berupa kebaktian yang diadakan pada hari minggu pagi di rumah sendiri. Agar orang irian tertarik, makasih habis kebaktian mereka ini disuguhi tembakau dan gambir. Mula-mula bahasa pengantar ialah bahasa melayu tetapi pada tahun 1859 kebaktian mulai diadakan dalam bahasa Numfor. dalam upaya itu mereka sama sekali tidak membedakan unsur-unsur keagamaan dengan unsur-unsur kemasyarakatan. Sikap terhadap kebudayaan setempat dalam pembangunan organisasi gereja menyebabkan perkembangan di Irian Agak terlambat, dibandingkan dengan sejumlah daerah lainnya. Penyebab utama dari semua itu adalah: keadaan di lapangan, taraf kemajuan orang Irian dan jarak jarak yang jauh, dan pola berpikir serta kerja UZV. Sehingga pada akhirnya yang menentukan berhasil tidaknya sesuatu karya pekabaran Injil bukanlah metode yang dipakai, melainkan kekuatan Injil sendiri ditambah kasih dan kesetiakawanan yang dipupuk oleh Injil itu.

    ReplyDelete
  17. 1. Pekabaran injil di pulau Halmahera..
    Permulaan karya pekabaran injil di Halmahera berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di irian pada tahun 1868. UZV yakin bahwa pekerjaannya di Irian takkab menghasilkan buah,lalu menyuruh sebagian utusan-utusannya yang telah mengungsi ke ternate atau yang sedang dalam perjalanan ke Irian untuk mengalihkan perhatiannya ke Halmahera.Setelah melakukan kunjungan ke Halmahera pada bulan Agustus 1865,maka pada tanggal 19 juli 1866 tiga orang pekabararan injil tiba di Gelada. Diantaranya terdapat dua orang Zendeling dan satu orang Zendeling tukang bernama H.van dikjen,yang sebetulnya diutus untuk menunjang karya pi dengan berusaha di bidang pertanian. Tetapi karena kepribadiannya,dan juga karena kedua rekannya serta pengganti-pengganti mereka tidak tahan lama di Halmahera,maka Van Dikjen-lah yang menjadi perintis pekabaran injil disana (1866-1900).

    2.Pekabaran injil di Minahasa.
    Para pendeta dan pekabaran injil yang dari Minahasa melakukan kunjungan ke Sangir-Tauland mendesak NZG agar menangani karya pi di pulau-pulau itu. Tetapi NZG, selain memiliki lapangan kerja di Maluku,Timor,dan Minahasa,baru saja mulai mengutus tenaga ke jawa Timur pula,sehingga merasa tidak mampu. Maka panitia Zendeling-tukang mendarat di pulau-pulau sangir. Dua tahun kemudian empat orang lagi tiba di Talaud. Sesuai dengan asas yang dianut oleh panitiatersebut,mereka tidak mendapat gaji yang tetap. Namun,pemerintah mengakui jemaat-jemaat di Sangir sebagai jemaat-jemaat VOC,sehingga menyediakan orang jerman dari kelompok Gossner. Yang menjadikan tokoh yang terkena di antara mereka ialah E.T.Steller,yang selama masa 1857-1897 bekerja di Manganitu Besar

    3.Pekabbaran injil di papua.
    Lapangan pi protestan di Irian pada masa yang dibahas dalam pasal ini ialah pantai utara besar pulau-pulaunya,pulau-pulau di barat (Raja Ampat dan lain-lain),yang merintis usaha pi dua orang Jerman,hasil didikan Gossner,yang kemudian diutus olehHeldring. Akan tetapi,disamping menyebarkan Injil,pada zendeling juga berupaya memerangi agama "kafir". Dalam upaya itu mereka sama sekali tidak membedakan unsur-unsur "keagamaan" dengan unsur-unsur "kemasyarakatan".
    Mereka terpukau dengan upacara-upacara orang irian,yang pada hematnya bersifat menyanjung-menyanjung tindakan pembunuhan serta merampas budak-budak.

    ReplyDelete
  18. Nama: Fani Heri Rinaldi
    Npm:20200108

    1. Halmahera merupakan pulau terbesar di antara 353 pulau di Maluku Utara. Dewasa ini penduduknya kira-kira separuh jumlah penduduk seluruh Maluku Utara. Pulau-pulau kecil lepas pantai dalam abad ke-15 sudah masuk agama Islam dan berkembang menjadi kerajaan, a.l kesultanan Ternate dan Tidore. Penduduk pantai Halmahera sebagian sudah masuk Islam juga; penduduk selebihnya secara politik dan ekonomi sama sekali tergantung pada penguasa Islam. suku-suku terbesar di Halmahera, yakni suku Galela dan Tobelo, tinggal di jazirah Utara yang merupakan daerah yang berpenduduk paling padat. selama 35 tahun pertama segala kegiatan pekabaran Injil berlangsung di daerah Utara itu.
    permulaan karya pidi Halmahera berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di irian pada tahun 1864. UZV yakin bahwa pekerjaannya di irian takkan menghasilkan buah, lalu menyuruh sebagian utusannya yang telah mengungsi ke Ternate atau yang sedang dalam perjalanan ke Irian untuk mengalihkan perhatiannya ke Halmahera. setelah melakukan kunjungan ke Halmahera pada bulan Agustus 1865, maka pada tanggal 19 Juli 1866 3 orang pekabar Injil tiba di Galela. Di antaranya terdapat 2 orang zendeling dan satu orang zendeling tukang bernama H. Van Dikjen, yang sebetulnya diutus untuk menunjang karya PI dengan berusaha di bidang pertanian. Pada tahun 1873 ia ditahbiskan menjadi zendeling berwenang penuh. Namun, semboyannya tetap, melalui usaha yang tampak ke hasil yang tak tampak dengan jalan bekerja sebagai petani ia mau mempengaruhi orang Galela sehingga mereka ini menerima Injil.dalam pelaksanaan tugasnya ia mendapat bantuan besar dari istrinya, seorang Kristen dari Ternate bernama M. Soentpiet.
    di Halmahera, perluasan besar usaha p i berlangsung 10 tahun sebelum peristiwa yang serupa di Irian. pada tahun 1897 di kalangan suku Tobelo tumbuh gerakan perlawanan terhadap Ternate, yang telah membuang Hangaji (kepala suku) Tobelo, satu-satunya kepala suku yang bukan Islam. Zendeling A. Hueting, yang baru saja menetap di Tobelo (1897), berhasil meredakan keadaan. akibatnya, pada tahun 1898 terjadi gerakan masuk agama Kristen di daerah itu. Dalam tahun-tahun sesudahnya pekerjaan zending meluas juga ke distrik-distrik lain tetapi di situ kemajuan tidak secepat di Tobelo.buktinya terdapat dalam laju perkembangan jumlah orang yang dibaptis: dalam tahun 1898-1950 yang berjumlah 3.000 orang, sedangkan pada tahun 1930 jumlah anggota jemaat belum mencapai 10.000 jiwa (1938: 17.000).
    Sama seperti di Irian, begitu pula di Halmahera masa sejak permulaan Pi sampai tahun 1930-an dapat dibagi dua titik massa pertama ditandai oleh metode konsentrasi dan kurang membawa hasil yang nyata. Masa kedua ialah masa ekspansi. Istilah "ekspansi" (perluasan, penyebaran) itu menyangkut daerah Pi serta jumlah orang Kristen, tetapi juga cara pekerjaan itu diselenggarakan.

    ReplyDelete
  19. 1. GMIH berdiri sebagai buah misi Utrech Zendings Verenigeeng (UZV) dari Belanda, seperti Hendrijk van Dijken yang berkerja di Halmahera sejak tahun 1866. Persekutuan orang percaya ini kemudian mengorganisasi diri menjadi GMIH pada 6 Juni 1949 dalam Sidang Proto Sinode yang bertempat di Tobelo. Sejak 1968 GMIH beroperasi kuliah teologisnya sendiri. Itu dipindahkan dari Ternate ke Tobelo pada tahun 1989.Pada tahun 1940 diadakanlah konperensi di Kupa-Kupa, Tobelo yang sudah ada tanda-tanda bahwa Zending hendak menyerahkan usaha penginjilan untuk diteruskan pribumi karena Jepang hampir pasti menguasai Asia Tenggara –Halmahera dikuasai Jepang pada Mei 1942– dan Belanda dikuasai oleh Jerman pada 10 Mei 1940. Pada konperensi ini diputuskan mengumpulkan dana setempat guna menutupi defisit anggaran Zending yang disebabkan oleh pemutusan komunikasi dengan negeri Belanda.[4] Hasil konperensi antara lain membentuk founds Injil dan hasil dana dipergunakan untuk membiayai kebutuhan hidup para penginjil setempat serta cita-cita pengelolahan gereja Halmahera oleh pribumi. Kemudian Jepang mulai menghilangkan segala sesuatu yang berbau kebelandaan di Indonesia. Imbasnya banyak Zending –bahkan guru jemaat pun–yang ditawan oleh Jepang. Jemaat yang seperti inilah membuat reaksi datang dari pribumi sebagai upaya terus menghidupi gereja yang sudah berkembang di Halmahera. Beberapa pribumi menemui Mentsjibu Jepang—mirip resimen kolonial Belanda—di Ternate yang difasilitasi oleh Sultan Ternate, Iskandar Mohammed Djabir Sjah guna membicarakan kepentingan gereja Halmahera. Jepang kemudian menyuruh membentuk sebuah badan persiapan kemandirian gereja yang keanggotaannya berdasarkan persetujuan Jepang. Tak lama berdirilah Gereja Protestan Halmahera (GPH) walaupun unsurnya lebih banyak melibatkan daerah Halmahera Barat. Sementara di Tobelo dan Galela pada Mei 1942 telah mengadakan pertemuan di Pitu guna mengantisipasi “perginya” Zending. Inti hasil pertemuan yang adalah keinginan mandiri akhirnya disampaikan oleh delegasi Tobelo-Galela ke Sultan Ternate dan Mentsjibu. Mereka meminta agar Pdt. Kriekhoff yang adalah pendeta Gereja Protestan Maluku di Ternate melayani sakramen di Halmahera khususnya Tobelo dan Galela. Permintaan ini disetujui. Sebenarnya keinginan ini sangat beralasan karena kedekatan Tobelo dan Galela kepada orang Ambon (GPM) karena banyaknya penginjil dan guru-guru jemaat yang telah-bahkan selanjutnya- adalah orang Ambon sementara di Halmahera Barat cenderung berasal dari Sulawesi Utara. Walau demikian upaya menyatukan diri dalam gereja Halmahera selalu ada kendati cara Halmahera Barat dan Tobelo-Galela—Halmahera Utara — terlihat berbeda. Usaha kemandirian ini mengalami banyak tantangan di antara: Perang Dunia II ketika sekutu berhasil mematahkan kekuatan Jepang saat sekutu menjadikan Morotai sebagai basis kekuatan di Asia. Walau demikian runtuhnya Jepang juga menjadikan gereja di Halmahera kembali dilayani oleh para Zending.
    2.Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz, yang diutus oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), badan pekabaran Injil asal Belanda. Pada tanggal 12 Juni 1831 mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa.GMIM adalah bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI). Diproklamasikan sebagai gereja yang mandiri pada 30 September 1934, dan selama delapan tahun pertama dipimpin oleh para pendeta Belanda, seperti: Pdt. Dr. E. A. A. de Vreede. Kemudian, sejak tahun 1945 kepemimpin diemban oleh pendeta pribumi dengan terpilihnya Ds. A. Z. R. Wenas sebagai pimpinan gereja. Pada tahun 2005 GMIM mempunyai sekitar 900 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 818 gereja lokal, yang dibagi ke dalam 101 wilayah, dengan sekitar 1.050.000 anggota.

    ReplyDelete
  20. 3.Mansinam, adalah pulau kecil di Teluk Doreh di wilayah ibukota Papua Barat, dapat ditempuh sekitar 20 menit dengan kapal nelayan dari pantai Kwawi kota Manokwari. Tidak ada yang istimewa dengan pulau berpenduduk sekitar 800 jiwa ini. Ratusan pohon kelapa yang menghiasi pinggir pantai berpasir putih dan berbukit hijau menjadi pemandangan biasa dijumpai di Mansinam.Memang keistimewaan ini bukan pada panorama alamnya melainkan sisi sejarahnya. Mansinam adalah saksi bisu kedatangan misionaris untuk mengabarkan kabar baik dalam Injil dan mengajarkan budaya dan tata cara hidup modern kepada penduduk lokal yang masih tergolong primitif.Pada tanggal 5 Februari 1855, misionaris Jerman Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di pulau Mansinam setelah sebelumnya melakukan ekspedisi pelayaran dan singgah di Batavia, Makasar, serta Ternate. Peninggalan bersejarah terkait keberadaan Ottouw-Geissler yang dapat ditemui di Pulau Mansinam adalah sebuah salib tugu peringatan masuknya Injil di tanah Papua.Sisa peninggalan bangunan gereja yang kini tinggal pondasi yang dulu pertama dibangun oleh Ottouw-Geissler pun masih dapat dilihat. Terdapat juga sebuah sumur tua yang dibuat Ottouw-Geissler sebagai sumber air bagi seluruh penduduk pulau yang hingga kini masih tetap digunakan. Daya tarik lainnya adalah Patung Yesus Kristus setinggi 30 meter, yang pembangunannya digagas pemerintah Indonesia sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah peradaban Papua di Mansinam.

    ReplyDelete
  21. Nama: Fani Heri Rinaldi

    2. Masuknya agama kristen di tanah Minahasa mempunyai sejarah panjang.
    Pada tahun 1563
    Kekristenan pertama kali datang di Minahasa. Dan di bawa oleh missionaries Katolik dari Portugis. Pada tahun ini juga, mereka membaptis sekitar 1500 orang Minahasa.

    Pada tahun 1570
    Perang antara Portugis dan Ternate , yang membuat pekabaran injil ke wilayah lain di minahasa menjadi terhambat. Sehingga wilayah lain di sekitarnya beberapa wilayah di Sulawesi Utara tidak diinjili.

    Pada tahun1831, 12 Juni
    Dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz tiba di daerah Minahasa untuk memberitakan Injil.


    Tahun 1817 Joseph Kam datang ke Minahasa untuk pertama kali, kontribusinya adalah menyarankan para missionaries agar menginjili di Minahasa.

    1875, jemaat Protestan di Minahasa dialihkan ke suatu sinode Gereja Protestan yang disebut GPI (Gereja Protestan Indonesia ) atau The protestantsche Kerk In Nedherlandsch-Indhie. Dibawah kepengurusan GPI gereja di Minahasa semakin bertumbuh, banyak penginjil dan pendeta asal Minahasa yang kemudian menginjili di wilayah Indonesia Barat dan Tengah.

    1880
    Lebih dari 80% dari populasi telah dibaptis dan lainya telah menjadi hamba Tuhan, namun begitu gereja di Minahasa masih dibawah pengawasan GPI.


    1934
    30 September
    Jemaat Protestan di Minahasa terlepas dari Gereja induknya, The protestantsche Kerk In Nedherlandsch-Indhie (Gereja Protestan Indonesia) dan diubah nama menjadi GMIM 1942,
    A. Z. R. Wenas, menjadi ketua Sinode pertama yang berasal dari Minahasa.

    1958-1961
    Pertikaian antara Pemerintah RI dan PERMESTA telah merusak perumahan dan membunuh banyak warga di Minahasa, sehingga Badan Pekerja Sinode GMIM dalam sidang tanggal 12 Maret 1958 mencetuskan seruan penghentikanlah kekerasan antara PERMESTA dan Pemerintah Pusat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dalam masa 1975-1935 kekristenan di Minahasa mula-mula mengalami kemacetan dalam perkembangannya menuju Gereja yang berdiri sendiri titik akan tetapi berkat perubahan yang terjadi di kalangan orang Minahasa sendiri dan dalam lingkungan pemimpin gereja berkebangsaan Belanda, maka akhirnya tujuan itu tercapai juga. Selama masa itu, di Minahasa sering terdapat suasana tegang antara 4 unsur penting. 2 zending, Gereja GPI, pemerintah, dan tokoh-tokoh Minahasa yang sudah aktif di bidang politik dan gereja. Ketegangan ini membuat banyak kesulitan, tetapi sempat menjadi pula pencetus pendobrak kemacetan tersebut. yang penting juga ialah: pihak pihak yang bersangkutan, khususnya zending dan gereja, telah mulai melihat bahwa kemandirian ahn.jae ja bukanlah tahap terakhir dalam perkembangan orang Kristen Minahasa menuju ke tingkat ke Kristen yang sempurna, melainkan titik tolak untuk pertumbuhan rohani dalam menghadapi tantangan tantangan dalam lingkungan sendiri. Pada masa Jepang dan pada tahun 1950-an serta 1960-an, GMIM menghadapi tantangan yang baru titik dalam menjawab tantangan ini tokoh pendeta Wenas memainkan peranan yang sangat penting. Sama seperti sejumlah besar gereja Indonesia yang lain ragu-ragu memilih antara sentralisasi dan desentralisasi dalam urusan gereja.

      Delete
  22. Nama/NIM : Irwanda (20200110)
    Tugas : SGI Sejarah Gereja Indonesia
    Dosen Pengampu : Robi Prianto M.Th


    1. Kekristenan di Halmahera sdh mulai sejak abad 16 (Portugis). tetapi karena secara ekonomi sudah tidak menjanjikan maka Belanda hanya fokus di Maluku selatan. akibatnya kekristenan di Halmahera hampir hilang tanpa bekas, bau diinjili kembali oleh UZV pada thn 1865. PI di Halmahera dimulai ketika UZV tidak terlalu berhasil di Papua yang penduduknya jarang dan suka berpindah demikian juga medannya luas dan berat. penginjilan tidak optimal sehingga mereka membidik Halmahera yang penduduknya lebih padat. Pada tahun 1866 mendaratlah tiga orang penginjil di sana, dan salah seorang penginjil tukang yang terkenal ialah Van dijken. Mereka mendapat tantangan dari Sultan ternate, karena umumnya Halmahera sudah Islam. mereka hanya boleh tinggal dipantai dan tidak diperkenankan ke pedalaman sekitar Danau Galela. bagi sultan ternate, kalau orang-orang itu menjadi kristen berarti menjadi warga Belanda dan dibawah kekuasaan Belanda, tidak lagi di bawah sultan. Hueting juga tidak mengisolasi orang Kristen di kota tertentu (Duma) seperti Van dijken. tetapi orang kristen disebarkan di tengah orang Islam atau agama suku, sehingga merek diminta menjadi Garam dan terang, sekaligus mempertanggungjawabkan Iman dan pengharapan mereka, sikap Hueting terhadap adat istiadat yang telah dibaptis oleh agama suku, juga tidak negatif, tetapi selektif. adat yang tidak bertentangan dengan iman kristen tetap diperbolehkan. tetapi yang bertentangan dengan nilai-nilai kristiani ditolak, sikap hormat terhadap adat istiadat terlihat dalam karya Hueting untuk rapat-rapat besar sesepuh adat, sehingga adat istiadat yang tidak bertentangan nilai injil dijadikan dasar hukum bagi org kristen. dengan demikian ada interaksi dan komunikasi antara nilai-nilai injil dengan budaya dan adat istiadat setempat.
    2. Sudah diinjili sejak Portugis, kemudian VOC, tetapi terlantar, tidak mendapatkan perhatian yang memadai. baru pada abad 19 ditempatkan Pdt-pdt GPI di sana. demikian juga mulai didirikan sekolah-sekolah, tetapi secara umum kurang mendapatkan perhatian. baru mendapat perhatian yang baik ketika dilayani oleh NZG. tetapi pada tahun 1870-an, NZG kesulitan dana sehingga diambil alih oleh GPI. semua tenaga NZG dijadikan Pdt pembantu dan digaji oleh GPI. akibatnya tenaga nzg masuk ke dalam hierarki GPI, demikian juga jemaat sulit mandiri di bidang daya dan dana. semua diatur oleh gereja negara itu. tetapi dengan masuknya NZG dan jemaat-jemaatnya maka jumlah anggota GPI meningkat secara kuantitas.
    GPI hanya mengambil alih pelayanan, tetapi di bidang pendidkan tetap diasuh oleh NZG.
    3. Gerja Kristen Injil di tanah Papua secara resmi berdiri pada tahun 26 oktober 1956 dan setelah 101 tahun masuknya injil dan pekabaran injil di Papua, dan diketahui bahwa ada 2 penginjil yang dikirim oleh Zending Gossner dan UZV di Belanda bernama, Call Willhelm Ottow dan Johan Gottlob Geisler yang pertama kali mendarat di Pulau Mansinam teluk Doreh, di manokwari pada tanggal 5 Februari 1955 dari mansinamlah Injil yang berarti berita keselamatan dan mulai dikabarkan keseluruh pelosok tanah Papua. Dan pendirian Universitas oleh Ottow dan geissler, di papua. yang dimana diawali dengan kesepakatan oleh parah Tokoh-tokoh GKI, dimana pentingnnya mendirikan sebuah Universitas Kristen di tanah Papua.



    ReplyDelete
  23. Nama : Erianto Nadeak
    NPM : 20200107
    1. Pekabaran Injil di pulau Halmahera
    Awal mula pekabaran Injil di Halmahera sangat berkaitan dengan terjadinya bencana alam yaitu gempa bumi pada tahun. Yang dimana pekabaran Injil UZV tidak menghasilkan buah sehingga UZV mengalihkan utusan-utusannya ke Halmahera. Berikut tokoh-tokoh atau utusan Zending UZV yakini: 1) De Bode, 2) Van Dikjen, 3) Hueting. De Bode dan Van Dikjen yang melayani di daerah Galela dan Hueting melayani di daerah Tobelo.
    Pada tanggal 19 april 1866 De Bode dan Van Dikjen tiba di Galela dan memulai pekerjaan Injilnya melalui semboyannya yakni: penginjilan lewat pembangunan negeri. Sehingga tidak heran Van Dikjen seorang penginjil adalah seorang petani juga. Ia menanam kopi, coklat, panili, pala dan segala tanaman palawijaya lainnya. Sehingga menarik perhatian warga yang belum mengenal sistem pertanian. Para zending melayani lewat aspek-aspek kehidupan manusiawi. Lewat pelayanan inilah masyarakat Halmahera menerima Injil. Awalnya yang menerima Injil dan mau di baptis hanyalah 7 orang diantaranya 5 laki-laki dan 2 perempuan. Berbeda dengan di daerah Tobelo, di daerah ini di layani oleh Hueting.. Pola pelayanan Hueting sangat berbeda dengan pola pelayanan Van Dikjen, Hueting melakukan pola di baptis dulu baru dididik sedangkan Van Dikjen melakukan pola pelayanan dididik dulu baru di baptis. Hal ini terjadi karena adanya faktor dari agama Islam yang dipeluk oleh kesultanan Ternate yang juga sebagian daerah Galela dibawah kekuasaan Kesultanan Ternate.
    Periode baru Zending di Halmahera di mulai oleh zendeling Anton Hueting yang tiba di Galela pada tanggal 7 Agustus 1986, lalu membuka posnya di Gamsoengi di Tobelo. Hueting dipengaruhi pendekatan-pendekatan baru. Yang dimana ia tidak melakukan pertobatan secara pribadi melainkan pertobatan missal. Tujuan misi adalah Kristenisasi seluruh masyarakat. Baptisan mendahului pembinaan. Dalam hal ini kuantitas mendahului kualitas dalam kekristenan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nama : Erianto Nadeak
      NPM : 20200107
      2. Pekabaran Injil di Minahasa
      Tanggal 1 Januari 1546, Fransiskus Xaverius seorang pionir misionaris Kristen berlabuh di Amboina setelah melalukan perjalanan panjang dari Malaka, dan tingal di pulau itu hingga pertengahan bulan Juni. Misi Fransiskus Xaverius di Ambon menjadi salah satu awal sejarah Gereja Katolik di Indonesia. Gereja Katolik menganggap Fransiskus Xaverius telah mengkristenkan lebih banyak orang dibanding siapapun semenjak Santo Paulus. Hanya dalam beberapa waktu berada di Maluku ia telah membabtis puluhan ribu penduduk. Tahun 1547 Franciscus Xaverius dari Maluku merencanakan perjalanan ke Jepang dan Tiongkok, Dalam perjalanan tersebut, Fransciscus Xaverius singgah di Kema (Minahasa) dan Kaidipang ( Boroko ). Didua tempat ini ia melakukan pembabtisan terhadap banyak penduduk negeri. Di Kaidipang sebanyak 2000 orang dibabtisnya. (Inilah awal penanaman benih Injil di Bolaang Mongondow).
      Pendeta pertama yang mengunjungi Minahasa (Manado) yakni Ds. Jacobus Montanus pada tahun 1675, dimana dalam laporannya menyatakan bahwa didaerah Minahasa sudah ada golongan orang Kristen (Katolik). Pada masa VOC pelayanan pendeta-pendeta itu diberikan dalam waktu yang singkat dan kemudian ditinggalkan dalam waktu yang lama karena pendeta-pendeta yang mengunjungi Minahasa berdomisili di Ambon. Demikian juga ketika melaksanakan Baptisan tanpak diberi pengajaran yang selayaknya dan dilakukan dalam jumlah yang banyak (massal). Selain Montanus ada juga yang menunjungi Minahasa seperti Gualterus Peregrinus (1676), Ds. Stampioen (1694), Ds. Nan Aken (1695).
      Penginjilan pertama-tama dari NZG yang mengunjungi Minahasa ialah Joseph Kam yang datang dari Ambon, yang terkenal dengan julukan “Rasul Maluku”. Joseph Kam tiba di Ambon bulan maret 1815. Joseph Kam memulai pekerjaannya untuk menghidupkan kembali kekristenan, melakukan semua tugas seorang pendeta, seperti berlhotbah, mengunjungi jemaat-jemaat di pedalaman, memperdamaikan perselisihan dan pertengkaran, dan melayankan sakramen-sakramen. Selain itu, ia juga meninjau pekerjaan para guru jemaat dan membantu mereka dalam mengajar. Ia juga aktif dalam mengembangkan bacaan-bacaan Kristen, seperti Alkitab, Mazmur, Katekismus, dan khotbah-khotbah untuk jemaat-jemaat yang tidak memiliki pendeta atau guru jemaat. Joseph Kam menikah dengan Sara Maria Timmerman seorang perempuan Indo Belanda yang setia mendampinginya sampai akhir hidupnya. Istri Kam sangat membantunya dalam pelayanan, mengajarkan Bahasa Melayu kepada para misionaris yang baru datang dari Eropa dan Mereka berdua menjadi pembimbing bagi para tenaga baru ini.

      Delete
    2. Nama : Erianto Nadeak
      NPM : 20200107
      3. Pekabaran Injil di Papua
      Di Belanda seorang pendeta Protestan (yang pernah menjadi imam Katolik) berdarah Jerman, bernama Johannes Evangelist Gossner termasuk salah seorang yang memikirkan secara serius upaya proselitisasi. Gossner yang dalam buku hariannya mengaku telah bertobat dari Kristen pencerahan kepada Kristen Pietis, bersama rekannya Otto G. Heldring, membuat berbagai kebaktian kebangunan rohani bertajuk The Reveil (Kebangkitan) di berbagai gereja-gereja liberal di Belanda pada Juli 1837. Gossner dan Heldring mengatakan akhir zaman dan masa kerajaan surga akan datang jika semua tempat di muka bumi sudah diinjilkan, merujuk secara harfiah Injil Matius 24:14 yang mengatakan bahwa “...Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”, Propaganda ini berjalan dengan sukses. Ada banyak anak-anak muda yang diyakinkan untuk menjalani kehidupan saleh dan bersedia dijadikan misionaris ke berbagai belahan bumi. Di antara sekian banyak pemuda yang diyakinkan untuk menjadi misionaris kristen, Carl Wilhem Ottouw dan Johann Geissler adalah dua orang di antaranya.
      Ottouw dan Geisler membuka pintu bagi kedatangan berbagai badan misi lain ke tanah Papua. Secara masif dan programatik berturut-turut Utrech Society of Mission (Utrechtse Zendings Vereniging) dari negeri Belanda, misalnya, mengirimkan tenaga misionaris profesional ke Papua pada 1863. Tak bisa ditampik, perjalanan misi Injil dan dagang Ottow dan Geissler membuka jalan bagi dibangunnya pos pemerintahan Hindia Belanda pada 1898 di Manokwari dan Fakfak. Dengan berdirinya pemerintahan sipil Hindia Belanda kehidupan beragama Kristen menjadi teregulasi di bawah aturan negara. Segala bentuk kebudayaan Papua yang dianggap tidak bersesuaian dengan kultur Kristen barat sejak itu dilarang dipraktikkan. Berturut-turut sejak berdirinya pemerintahan kolonial Belanda masuk beraneka ragam langgam kekristenan ke Papua. Mulai dari misi Missionaries of Sacred Heart Jesus (MSC) Katolik Roma pada 1902, sampai misi kaum evangelikal Amerika Serikat, Christian and Missionary Alliance of America (CAMA) pada 1939.

      Delete
  24. Nama/NPM: Yunus Mardianus Zai
    1. Halmahera merupakan pulau terbesar di antara 353 pulau di Maluku Utara. Dewasa ini penduduknya kira-kira separuh jumlah penduduk seluruh Maluku Utara. Pulau-pulau kecil lepas pantai dalam abad ke-15 sudah masuk agama Islam dan berkembang menjadi kerajaan, a.l kesultanan Ternate dan Tidore. Penduduk pantai Halmahera sebagian sudah masuk Islam juga; penduduk selebihnya secara politik dan ekonomi sama sekali tergantung pada penguasa Islam. suku-suku terbesar di Halmahera, yakni suku Galela dan Tobelo, tinggal di jazirah Utara yang merupakan daerah yang berpenduduk paling padat. selama 35 tahun pertama segala kegiatan pekabaran Injil berlangsung di daerah Utara itu.
    permulaan karya pidi Halmahera berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di irian pada tahun 1864. UZV yakin bahwa pekerjaannya di irian takkan menghasilkan buah, lalu menyuruh sebagian utusannya yang telah mengungsi ke Ternate atau yang sedang dalam perjalanan ke Irian untuk mengalihkan perhatiannya ke Halmahera. setelah melakukan kunjungan ke Halmahera pada bulan Agustus 1865, maka pada tanggal 19 Juli 1866 3 orang pekabar Injil tiba di Galela. Di antaranya terdapat 2 orang zendeling dan satu orang zendeling tukang bernama H. Van Dikjen, yang sebetulnya diutus untuk menunjang karya PI dengan berusaha di bidang pertanian. Pada tahun 1873 ia ditahbiskan menjadi zendeling berwenang penuh. Namun, semboyannya tetap, melalui usaha yang tampak ke hasil yang tak tampak dengan jalan bekerja sebagai petani ia mau mempengaruhi orang Galela sehingga mereka ini menerima Injil.dalam pelaksanaan tugasnya ia mendapat bantuan besar dari istrinya, seorang Kristen dari Ternate bernama M. Soentpiet.
    di Halmahera, perluasan besar usaha p i berlangsung 10 tahun sebelum peristiwa yang serupa di Irian. pada tahun 1897 di kalangan suku Tobelo tumbuh gerakan perlawanan terhadap Ternate, yang telah membuang Hangaji (kepala suku) Tobelo, satu-satunya kepala suku yang bukan Islam. Zendeling A. Hueting, yang baru saja menetap di Tobelo (1897), berhasil meredakan keadaan. akibatnya, pada tahun 1898 terjadi gerakan masuk agama Kristen di daerah itu. Dalam tahun-tahun sesudahnya pekerjaan zending meluas juga ke distrik-distrik lain tetapi di situ kemajuan tidak secepat di Tobelo.buktinya terdapat dalam laju perkembangan jumlah orang yang dibaptis: dalam tahun 1898-1950 yang berjumlah 3.000 orang, sedangkan pada tahun 1930 jumlah anggota jemaat belum mencapai 10.000 jiwa (1938: 17.000). 
    Sama seperti di Irian, begitu pula di Halmahera masa sejak permulaan Pi sampai tahun 1930-an dapat dibagi dua titik massa pertama ditandai oleh metode konsentrasi dan kurang membawa hasil yang nyata. Masa kedua ialah masa ekspansi. Istilah "ekspansi" (perluasan, penyebaran) itu menyangkut daerah Pi serta jumlah orang Kristen, tetapi juga cara pekerjaan itu diselenggarakan.

    ReplyDelete
  25. Nama: Angela Merice Putri
    Npm: 20200102

    1. Penyebaran Injil di Halmahera
    Jauh sebelum UZV mewartakan injil di Halmahera, telah ada usaha-usaha pekabaran injil yang dilakukan oleh Portugis (Lodewijk tiba di Ternate pada tahun1506; Fransisco Serao tahun 1512) dan Spanyol (1521) seiring dengan upaya pencarian rempah-rempah. Pada periode awal kekristenan di Halmahera telah terjadi pembaptisan kepada Kapita Mamuya dan Kolano Tolo bersama pengikut mereka (seluruhnya 7 orang yang dibaptis) di benteng Sao Paolo Ternate tahun 1534. Kolano Mamuya dibaptis dengan nama Don Joa de Mamuya dan Kapita Tolo dibaptis dengan nama Don Tristao de Atayde. Pada periode ini juga diperkirakan Fransiskus Xaverius telah tiba pada bulan September 1546 di Halmahera bagian utara dan mewartakan kabar baik kepada orang-orang Halmahera selama setahun (1546-1547). Martir pertama pada periode awal adalah Simon Vas yang meninggal di Morotai tahun 1535.Kehadiran pemerintah Hindia Belanda memungkinkan UZV mengutus van Haselt, Kampen, dan Hendrik van Dijken melakukan suvey ke Halmahera pada 7 Agustus 1965. Hasil survey merekomendasikan penginjilan dapat dilakukan di Halmahera. De Bode dan Hendrik van Dijken tiba di Halmahera utara tanggal 19 April 1886, kemudian hari yang oleh GMIH dijadikan sebagai Hari Pekabaran Injil di Halmahera.

    2. Penyebaran Injil di Minahasa
    Masuknya agama Kristen di Tanah Minahasa pada awalnya dilakukan oleh Pater-pater Katholik dari Portugis maupun dari Spanyol. Pekabaran Injil di daerah Minahasa dipimpin oleh pastor Diego de Magelhaens dan Pedro de Mascarenhas.Namun penginjilan ini belum maksimal karena para pater kemudian meneruskan penginjilan ke Filipina dan terkonsentrasi utama di sana.Sejak kedatangan orang-orang Belanda penyebaran agama Kristen dilanjutkan oleh mereka dan yang disebarkan adalah agama Kristen Protestan.
    Penginjil pertama-tama dari NZG yang mengunjungi Minahasa ialah Joep Kamp yang datang dari Ambon, yang terkenal dengan julukan “Rasul Maluku” pada tahun 1817. Pengkristenan selanjutnya di Minahasa berjalan lancar dimana atas usaha Joep Kamp telah mendatangkan dua pendeta lagi yaitu, Muller dan Lammers.Selanjutnya "Nederlandsche Zendeling Genootschap" (NZG) mengirimkan Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz. Pada tanggal 12 Juni 1831, dengan penuh semangat penyebaran injil mereka berdua menginjakkan kaki di Tanah Minahasa. Tanggal 12 Juni ini kemudian diperingati oleh Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa.

    3.Penyebaran Injil di Papua
    Dalam abad ke-19, orang Papua masih menganut agama asli, kecuali beberapa kelompok di daerah Raja Ampat dan sekitarnya, yang telah masuk Islam akibat pengaruh pendatang dari Maluku.Yang merintis usaha pekabaran Injil di Papua ialah dua orang Jerman, hasil didikan Gossner, yang kemudian diutus oleh Heldring namanya C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Pada tahun 1852 mereka tiba di Batavia, tetapi karena mereka bukan orang Belanda, mereka lama sekali harus menanti kan izin menetap di Papua. Akan tetapi, di samping menyebarkan Injil, para zendeling juga berupaya memerangi agama "kafir". Dalam upaya itu mereka sama sekali tidak membedakan unsur-unsur "keagamaan" dengan unsur-unsur "kemasyarakatan".Para perintis di Papua pun sadar bahwa tenaga mereka kurang Karena itu mereka meminta bantuan dari Eropa. Bantuan itu datang dari pihak UZV yang baru saja didirikan.Setibanya tenaga UZV pekerjaan diperluas ke arah Selatan: berturut-turut orang mendirikan pos pI di Meoswar. Roon, Andai, dan Windesi. Perluasan ini pun berlangsung dengan susah payah, karena banyak zendeling (dan keluarganya) meninggal dunia atau terpaksa pulang ke tanah air.Para zendeling tidak datang untuk memberitakan firman hanya de ngan mulut saja. Dari semula mereka mendirikan sekolah dan melakukan pengobatan. Sesungguhnya, jumlah orang yang tertarik ke agama Kristen jauh lebih besar daripada yang diduga para zendeling.

    ReplyDelete
  26. Nama: Akan Rejeki Gulo
    NPM: 20200101
    1.Sejarah Pekabaran Injil di Pulau Halmahera dan tokoh-tokohnya.
    Pulau Halmahera adalah pulau terbesar di antara 353 pulau di Maluku Utara. Jazirah Utara dan Selatan termasuk wilayah kekuasaan Ternate sedangkan bagian tengah takhluk pada Tidore, sama seperti Irian bagian Barat. Penduduk Halmahera sebagian sudah masuk Islam. Penduduk Halmahera selebihnya secara politik dan ekonomi sama sekali tergantung pada penguasa Islam. Suku-suku terbesar di Halmahera, yakni suku Galela dan suku Tobelo. Selama 35 tahun pertama segala kegiatan Pekabaran Injil berlangsung di daerah utara itu.
    Permulaan Pekabaran Injil di Halmahera berkaitan dengan gempa bumi besar yang terjadi di Irian pada tahun 1864. UZV mengalihkan perhatian dan menyuruh sebagian utusan ke Halmahera. Setelah melakukan kunjungan ke Halmahera pada bulan Agustus 1865, maka pada tanggal 19 Juli 1866 tiga orang pekabar Injil tiba di Galela. Tokoh-tokoh tersebut bernama H. Van Dijken (1866-1900) berusaha di bidang pertanian, penginjil ini berhasil membangun kampung Kristen. Pada tanggal 17 Juli 1874 terjadilah peresmian gedung gereja pertama, yaitu 5 orang lelaki dan 2 orang perempuan.
    Injil mengalami kemajuan di Tobelo, dalam tahun 1930 anggota jemaat berjumlah 10.000 jiwa. Perluasan selanjutnya dilakukan oleh zendeling A. Hueting di Halmahera dan di Buru. Metode-metode yang dipakai para zending dalam pI adalah metode konsentrasi, dan metode Hueting (pembinaan adat). Kemudian usaha lain juga melalui bidang pendidikan (1910-1933), bidang pengobatan, dan ekonomi. Kemudian di tahun1924 tenaga zending di Halmahera di tawan oleh kedatangan Jepang, setiap gendung-gedung gereja, sekolah, di bom habis. Rakyat tepaksa mengungsi ke hutan. Kumudian tahun1946 kembalilah sejumlah tenaga zending sehingga lahirlah Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH). Pertumbuhan gereja dari 30.000 jiwa (1949) di tahun 1965 mengalami lonjakan dua kali lipat menjadi 60.000 jiwa.
    Sumber: Van den End dan Weitjens, Ragi Cerita 2 (Jakarta, PT BPK Gunung Mulia 1996), hal. 134-143.

    ReplyDelete
  27. Nama/NPM: Yunus mardianus zai.
    2. Pekabaran Injil di Minahasa dipengaruhi oleh penguasa atau orang-orang Eropa. Karena pada abad ke-19 mereka tidak lagi menganut agama nenek moyang mereka, tapi agama Islam dan Agama Kristen lah yang mereka anut. Penganut kedua agama ini semakin meluas. Di Sangir besar sebagian penduduk sejak abad ke-16 sudah masuk Islam, sedangkan sebagian lain pada zaman itu telah masuk Kristen.

    Sekitar tahun 1850, di Kepulauan Talaud sudah tidak ada lagi orang Kristen. Di pulau-pulau Sangir tetap ada jemaat-jemaat Kristen, lengkap dengan gedung gereja dan sekolahnya. Jemaat-jemaat ini tetap memelihara kerangka kehidupan Kristen. Para pendeta dan pekabar Injil yang dari Minahasa melakukan kunjungan ke Sangir Talaud mendesak NZG agar menangani karya pekabaran Injil di pulau-pulau itu yang menjadi tokoh yang terkenal yaitu E.T. Staller, yang selama 1857 sampai 1897 bekerja di manganitu, Sangir besar. Dia bersama dengan rekan-rekannya segera menjalankan upaya ya untuk membenahi Jemaat pada saat itu. Usaha zending dalam pekabaran Injil pada saat itu itu di respon oleh orang-orang Sangir Talaud dengan negatif. Namun, dalam waktu relatif singkat kehidupan Jemaat berhasil dirombak menjadi yang lebih baik lagi.

    3. Pekabaran Injil di Irian Jaya atau Papua: dalam abad ke-19, orang Irian masih menganut agama asli, kecuali beberapa kelompok di daerah Raja Ampat dan sekitarnya, yang telah masuk Islam akibat pengaruh pendatang dari Maluku. Yang merintis usaha pekabaran Injil di Irian ialah dua orang Jerman, C.W. Ottow dan J.G. Geissler. Setelah memperoleh izin dari Sultan Tidore, mereka mengadakan pelayaran tiga minggu dengan sebuah kapal dagang dan mendarat di pulau Mansinam, yang didiami suku Numfor (5 Februari 1855). Mereka adalah zending-tukang. Tiga utusan dari UZV tiba di Mansinam. Salah seorang diantaranya ialah J.L. van Hasselt. Yang bertahan di Irian sampai tahun 1907. Van Hasselt memberitakan Injil lebih banyak dalam bentuk percakapan dengan para pendengaran.Geissler (Mansinam, 1855-1869, meninggal 1870). Van Hasselt (Mansinam, 1863-1907). Woelders (Andai, 1868-1892). Dan Bink (1870-1899).

    ReplyDelete
  28. Nama: Fani Heri Rinaldi

    3. Pekabaran Injil di Papua
    Di Belanda seorang pendeta Protestan (yang pernah menjadi imam Katolik) berdarah Jerman, bernama Johannes Evangelist Gossner termasuk salah seorang yang memikirkan secara serius upaya proselitisasi. Gossner yang dalam buku hariannya mengaku telah bertobat dari Kristen pencerahan kepada Kristen Pietis, bersama rekannya Otto G. Heldring, membuat berbagai kebaktian kebangunan rohani bertajuk The Reveil (Kebangkitan) di berbagai gereja-gereja liberal di Belanda pada Juli 1837. Gossner dan Heldring mengatakan akhir zaman dan masa kerajaan surga akan datang jika semua tempat di muka bumi sudah diinjilkan, merujuk secara harfiah Injil Matius 24:14 yang mengatakan bahwa “...Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”, Propaganda ini berjalan dengan sukses. Ada banyak anak-anak muda yang diyakinkan untuk menjalani kehidupan saleh dan bersedia dijadikan misionaris ke berbagai belahan bumi. Di antara sekian banyak pemuda yang diyakinkan untuk menjadi misionaris kristen, Carl Wilhem Ottouw dan Johann Geissler adalah dua orang di antaranya.
    Ottouw dan Geisler membuka pintu bagi kedatangan berbagai badan misi lain ke tanah Papua. Secara masif dan programatik berturut-turut Utrech Society of Mission (Utrechtse Zendings Vereniging) dari negeri Belanda, misalnya, mengirimkan tenaga misionaris profesional ke Papua pada 1863. Tak bisa ditampik, perjalanan misi Injil dan dagang Ottow dan Geissler membuka jalan bagi dibangunnya pos pemerintahan Hindia Belanda pada 1898 di Manokwari dan Fakfak. Dengan berdirinya pemerintahan sipil Hindia Belanda kehidupan beragama Kristen menjadi teregulasi di bawah aturan negara. Segala bentuk kebudayaan Papua yang dianggap tidak bersesuaian dengan kultur Kristen barat sejak itu dilarang dipraktikkan. Berturut-turut sejak berdirinya pemerintahan kolonial Belanda masuk beraneka ragam langgam kekristenan ke Papua. Mulai dari misi Missionaries of Sacred Heart Jesus (MSC) Katolik Roma pada 1902, sampai misi kaum evangelikal Amerika Serikat, Christian and Missionary Alliance of America (CAMA) pada 1939.

    ReplyDelete
  29. Nama: Akan Rejeki Gulo

    2. Sejarah Pekabaran Injil di Minahasa dan tokoh-tokohnya.
    Minahasa mengasilkan beberapa kelompok dan tokoh yang ikut serta dala gerakan nasional, seperti misalnya Persatuan Minahasa (1927) yang dipimpin oleh Dr. r. Tumbelaka dan Dr. G.S.S.J. Ratulangi. Pada waktu penyerahan, orang Kristen di Minahasa berjumlah 80.000 jiwa. Kemudian meningkat 149.740 jiwa (1898), 183.000 jiwa di tahun 1913, 270.000 di tahun 1934. Dalam abad ke-19 para zendeling di Minahasa telah mencoba masuk ke daerah Boolang Mongondow, tetapi pemerintahan Hindia-Belanda terus menghalangi.
    Dalam masa 1875-1935, kekristenan di Minahasa mula-mula mengalami kemacetan dalam perkembangannya menuju gereja yang berdiri sendiri. Akan tetapi, berkat perubahan yang terjadi di kalangan orang Minahasa sendiri dan dalam lingkungan pimpinan gereja berkebangsaan Belanda, maka akhirnya tujuan itu tercapai juga. Yang penting ialah: pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya zending dan gereja telah mulai melihat bahwa kemandirian gereja bukanlah tahap terakhir dalam perkembangan orang Kristen Minahasa menuju kekristenan yang sempurna.
    Pada masa jepang (1950-1960-an) GMIN mengahadapi tantangan baru sehingga GMIN ragu-ragu memilih antara sentralisasi dan desentralisasi dalam hal urusan gereja. Tokoh-tokoh dalam pI di Minahasa yaitu Pdt. AZR Wenas, Pdt. Rumambi, Pdt. Tulung, dan Hamazaki.
    Sumber: Van den End dan Weitjens, Ragi Cerita 2 (Jakarta, PT BPK Gunung Mulia 1996), hal. 85-100.

    3. Sejarah Pekabaran Injil di Papua dan tokoh-tokohnya.
    Mansinam, adalah pulau kecil di Teluk Doreh di wilayah ibukota Papua Barat, dapat ditempuh sekitar 20 menit dengan kapal nelayan dari pantai Kwawi kota Manokwari. Tidak ada yang istimewa dengan pulau berpenduduk sekitar 800 jiwa ini. Ratusan pohon kelapa yang menghiasi pinggir pantai berpasir putih dan berbukit hijau menjadi pemandangan biasa dijumpai di Mansinam. Memang keistimewaan ini bukan pada panorama alamnya melainkan sisi sejarahnya. Mansinam adalah saksi bisu kedatangan misionaris untuk mengabarkan kabar baik dalam Injil dan mengajarkan budaya dan tata cara hidup modern kepada penduduk lokal yang masih tergolong primitif. Pada tanggal 5 Februari 1855, misionaris Jerman Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di pulau Mansinam setelah sebelumnya melakukan ekspedisi pelayaran dan singgah di Batavia, Makasar, serta Ternate.
    Peninggalan bersejarah terkait keberadaan Ottouw-Geissler yang dapat ditemui di Pulau Mansinam adalah sebuah salib tugu peringatan masuknya Injil di tanah Papua. Sisa peninggalan bangunan gereja yang kini tinggal pondasi yang dulu pertama dibangun oleh Ottouw-Geissler pun masih dapat dilihat. Terdapat juga sebuah sumur tua yang dibuat Ottouw-Geissler sebagai sumber air bagi seluruh penduduk pulau yang hingga kini masih tetap digunakan. Daya tarik lainnya adalah Patung Yesus Kristus setinggi 30 meter, yang pembangunannya digagas pemerintah Indonesia sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah peradaban Papua di Mansinam. Patung yang sekilas mirip patung Yesus di Rio de Janeiro, Brazil, selesai pada tahun 2014 lalu. Biasanya Pulau Mansinam dipadati pengunjung dari seluruh wilayah dan di luar papua untuk memperingati perkabaran injil tanggal 5 Februari setiap tahunnya.
    Sumber: Taufik Subarkah "Sejarah Perkabaran Injil di Papua", 2016.

    ReplyDelete