Bukti Kasih Setia Allah Terhadap Kesetiaan Rut

 

Bukti Kasih Allah Terhadap Kesetiaan Rut
Bukti kasih Allah


BUKTI KASIH SETIA ALLAH TERHADAP KESETIAAN RUT


ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bukti kasih setia Allah kepada Rut yang setia kepada mertuanya yang bernama Naomi. Melalui tulisan ini, penulis akan fokus kepada kesetiaan Rut kepada Naomi sebagai perwujudan kesetiaan Allah kepada manusia. Cerita dalam Perjanjian Lama ini secara khusus membahas tema kasih setia Rut kepada Naomi dan makna teologisnya. Dan praktisnya bagi orang percaya, untuk mewujudkan kasih setia Tuhan kepada orang lain.

Kata Kunci: Kasih, Rut, Kasih Allah, Kesetiaan.

Pendahuluan

Kesetiaan adalah salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan setiap orang dan bahkan kesetiaan dituntut bagi semua orang agar relasi dengan orang lain bisa terjalin dengan baik. Tetapi terkadang kesetiaan itu sangat sulit dilakukan. Tidak hanya kepada sesama tetapi sulit juga untuk setia kepada Allah, entah itu karena ada berbagai tantangan yang dihadapi dan entah itu karena berbagai alasan yang membuat kesetiaan itu tidak terwujud baik kepada sesama maupun kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama ada seorang tokoh perempuan bernama Rut yang berasal dari Moab. Dimana kisahnya menceritakan mengenai kesetiaan (menantu kepada mertua) sebagai perwujudan kesetiaan Allah kepada manusia.

Kitab Rut menyajikan kisah Rut. Ia adalah seorang perempuan Moab. Ia menikah dengan seorang Betlehem di Moab. Setelah seuaminya meninggal, Rut bersama dengan ibu mertuanya pergi ke Betlehem, di tanah Yehuda. Di sana Rut dinikahi oleh Boas, seorang sanak saudara dari suami Rut sesuai dengan hukum Levirat (Ul. 25:5-10; Rut 4:1-9). Dari perkawinan itu lahirlah Obed, nenek moyang Raja Daud.[1] Rut adalah seorang teladan yang bagus tentang seorang asing yang datang untuk mengenal Allah Israel melalui kontak dengan orang Israel. Ia sungguh membawa berkat bagi keturunan Abraham dan ia juga diberkati melalui mereka (lih. Kej 12:2-3). Ia adalah leluhur Daud dan satu dari empat wanita – semua adalah orang asing – dalam silsilah Yesus menurut catatan Matius (Mat.1).[2] Cara terbaik untuk membaca Kitab Rut adalah membacanya sebagai sebuah cerita. Itu memang sebuah cerita pendek, salah satu yang terbagus dari zaman kuno. Dalam empat bab yang pendek, pengarang menciptakan pelaku-pelaku yang mengesankan dan jalan cerita yang melibatkan setiap orang dalam mencari jalan keluarnya.[3]

Nama Rut tidak dikenal di tempat-tempat lain dalam Perjanjian Lama, begitu juga arti kata dan asal-usul kebangsaannya tidak jelas. Sepertinya memiliki arti “penyegaran, pemuasan, penghiburan,” yang memang sesuai dengan karakternya dan sifat kitab ini. Bagaimanapun juga, kitab ini tidak menunjukan arti nama itu.[4]
Kisah yang mengharukan tentang Rut memperkenalkan pembaca Perjanjian Lama pada seorang wanita yang menjadi pahlawan iman. Sebagai satu laporan mengenai peristiwa yang terjadi selama periode hakim-hakim, kitab ini merupakan suatu kontras yang mencolok pada prespektif yang negatif tentang iman umat Israel yang diketengahkan di sana. Daripada umat Isreal yang melepaskan kesetiaan mereka dan meninggalkan penyembahan kepada Yahweh karena ilah-ilah lain, kisah ini menggambarkan Rut sedang menunjukan kesetiaan dan menganut Yahweh, serta mencela ilah-ilah lain.[5]

Pembahasan

Bukti Kesetiaan Rut Kepada Naomi

Pada ayatnya yang ke-16, disana Rut berkata kepada Naomi “sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,..” (Rut. 1:16b). Ayat tersebut menyatakan bahwa Rut mau tinggal bersama bersama Naomi di mana saja sebagai bagian dari totalitas komitmennya. Dengan demikian, “tinggal” di sini menggambarkan relasi ketergantungan menantu-mertua seperti relasi istri-suami.[6] Bagian ini dianggap sebagai kisah yang paling menyentuh di dunia sastra. Rut membuang segala sesuatu yang dianggap berharga baginya di Moab dan dengan sukarela memilih untuk ikut pergi ke Yehuda dan memulai sebuah kehidupan yang baru sama sekali bersama mertuanya Naomi di sana. Pilihan ini memiliki makna rohani maupun budaya – Allahmulah (yang akan menjadi) Allahku.[7]

Rut setia pada mertuanya dan bekas suaminya. Ia bahkan bersedia mengorbankan segala sesuatunya dan mengikuti mertuannya yang malang. Ia pun setia pada bekas suaminya dan neneknya dangan menuruti rencana Naomi,  lantas mempersuami Boas. Boas pun setia pada familinya dengan membeli tanah bekas suami Naomi dan memperistri perempuan asing yaitu Rut. Namun ia tahu bahwa anak orang lain dan tanah yang dibelinya pindah ke keluarga lain pula.[8] “Allahmulah Allahku” Rupanya Naomi telah menyalurkan imannya pada Tuhan Allah melalui teladan dan ajaran kepada Rut (bd. Ul. 11:18-19). Iman Rut pada Allah membuatnya tetap setia dalam kasihnya kepada Naomi. Rut menjadi contoh dari prinsip ilahi bahwa “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 10:39; bd. Rut. 4:13-17).[9]

Pada ayatnya yang ke-17 Rut memperlihatkan kesetiaan lebih dalam lagi kepada Naomi “dimana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan labih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (Rut. 1:17). Rut bersumpah bahwa hanya mautlah yang dapat memisahkan mereka berdua. Jika Rut melanggar sumpah itu, ia siap dihukum seberat-beratnya.[10] Di dalam pernyataan ini Rut dengan sungguh-sungguh menegaskan keinginannya untuk setia kepada Naomi sepanjang hidupnya. Kata-katanya tersebut merupakan sebuah ikrar yang serius yang bisa disadur menjadi, “Kiranya aku dihukum dengan berat jika tidak setia terhadap sumpahku.”[11]

Bagian ini tidak hanya berfokus pada kesetiaan Rut kepada Naomi saja, tetapi juga kesetiaanya kepada masyarakat Yahudi. Dia mengakui bahwa bangsa dan Allah Naomi adalah bangsa dan Allahnya juga. Selanjutnya, dia menyimpulkan perkataannya dengan menyatakan sumpah setianya dengan cara apa pun.[12]

Ayat 16 dan 17 sekarang menjadi bukti betapa Rut telah memutuskan untuk mempertaruhkan kesetiaannya kepada Allah Israel yang dikenalnya melalui hidup dan kesaksian suaminya dan Naomi. Kata-kata yang dicatat dalam ayat 16, 17 menyatakan kesetiaan yang luhur dan pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri. Ia menyatukan dirinya dengan Naomi, dan bahkan mengikat dirinya dengan sumpah akan setia kepadanya hingga akhir hayatnya, sumpah itu “Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu…”

Kesetiaan Rut dalam Melaksanakan Rencana Naomi

Beberapa waktu kemudian, Naomi, mertuanya  berkata kepadanya, “Nak, aku harus mengupayakan tumpuan hidup bagimu supaya engkau bahagia. Begini, Boas kerabat kita dan engkau pernah bersama pekerja-pekerjanya perempuan. Malam ini akan menampi jelai di tempat pengirikan. Karena itu, mandilah, pakailah minyak wangi, kenakanlah pakaian terbaikmu dan pergilah ke tempat pengirikan. Ketika ia terbaring tidur, perhatikanlah tempat ia berbaring di situ. Ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan”. Rut berkata kepadanya, “Semua yang engkau katakan itu akan kulakukan”.[13]

Rut bukan hanya setuju, tetapi ia akan melaksanakan ‘segala’ yang dikatakan Naomi. Ia taat kepada orang yang lebih tua. Ia menanti nasihat untuk bekerja di ladangnya (2:8, 23). Ia menanti usul Naomi yang menyetujui nasihat Boas (2:22, 23). Ini berarti Rut setuju untuk menikah dengan Boas. Sebaliknya nasihat Naomi timbul setelah tahu bahwa Rut mendapat kebaikan Boas. Dengan demikian nasihat Naomi juga melalui pertimbangan yang bijak.[14]

  1. Boas itu baik (kesan ini diperoleh dari Rut dan hasil kerja Rut).
  2. Rut telah kenal Boas. Bahkan Rut terkesan kepada kebaikan Boas (2:21).
  3. Boas termasuk salah seorang penebus (2:20).
Bagian terpenting dari Rut 3:6-16a terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:[15]

  1. Ayat 6-7: Rut melaksanakan seluruh petunjuk Naomi yang disebutkan dalam ayat 3-4.
  2. Ayat 8-13: ini merupakan bagian cerita yang sangat penting karena semua yang diharapkan oleh Naomi dan Rut berawal dari sini, kecuali ayat 12. Di ayat 12, Boas menyebutkan bahwa ada lagi seorang penebus yang lebih dekat dengan keluarga Elimelekh. Hal ini tentu saja mempengaruhi babak berikutnya dalam cerita Rut, yaitu proses menebus keluarga Elimelekh yang dilakukan sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi pada zaman itu (4:1-12). Meski demikian, bagian kedua ini ditutup dengan jaminan bahwa Boas pasti akan menebus Rut di ayat 13.
  3. Ayat 14-16a: Bagian terakhir ini menutup proses bagaimana Rut melakukan seluruh petunjuk Naomi, yaitu meminta agar Boas menebus dia dan keluarganya. Selain itu, bagian ini juga menjadi bukti dari maksud hati Boas sebenarnya. Boas membuktikan niatnya dengan memberikan enam takar jelai kepada Rut di ayat 15. Ini tampaknya menjadi unsur penting yang membuat Naomi meyakinkan Rut bahwa Boas akan menyelesaikan urusan penebusan ini secepatnya.

Kesetiaan Rut Terhadap Realisasi Rencana Naomi

Setelah bertemu dengan kaum penebus yang memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan keluarga Elimelekh tidak bersedia menebus Rut (4:6). Maka, Boas memenuhi janji yang telah disampaikannya kepada Rut pada malam itu. Di hadapan para tua-tua dan semua orang di pintu gerbang itu, Boas menebus semua milik pusaka Elimelekh beserta mengambil Rut sebagai istrinya (4:7-10). Rut menikah dengan orang yang merupakan inisiasi Naomi. Setelah melalui masa-masa yang sulit dalam kehidupannnya yang diuraikan di awal narasi (1:1-5). Kini Naomi menikmati kebahagaian melalui kelahiran Obed yang dilahirkan oleh Rut (4:15b). Dengan demikian melalui perkawinan Boas dan Rut, keturunan Mahlon dapat ditegakkan.[16]

Rut melaksanakan rencana yang diberikan oleh Naomi, yang mana pada malam hari, Rut berbaring di samping Boas di tempat Boas berbaring, maka terjadilah pengikatan perjanjian tentang penebus. Jika penebus yang seharusnya menebus tidak menebusnya, maka Boas dilandaskan dengan “demi Tuhan yang hidup” sebagai jaminan bagi Rut (3:8-15). Dan memang benar, Boas menepati janjinya secara konsisten (4:1-9).[17]

Sikap moral Rut yang berlaku setia mengabdi dan melayani Naomi mertuanya, menjadikan ia diberkati Tuhan dengan luar biasa. Ia memperoleh suami dari kerabatnya sesuai hukum Tuhan dan ia adalah orang kaya. Setelah Rut menikah, Rut diberkati dengan melahirkan anak lelaki, dan dari garis keturunan Rutlah raja Daud berasal. Hidup yang susah tetapi tetap setia pada Tuhan akhirnya diberkati berlimpah, yang namanya tidak akan terhapus dalam sejarah Israel dan tetap tertulis dalam Alkitab.

GARIS BESAR KITAB RUT [18]

  1. Pengungsian dan tragedi keluarga Elimelekh (1:1-5).
  2. Naomi dan Rut kembali ke Betlehem (1:6-22).
  3. Rut bertemu dengan Boas (2).
  4. Rencana Naomi dan keberhasilannya (3).
  5. Perkawinan Rut dan Boas dan kelahirannya seorang anak laki-laki (4:1-17).
  6. Silsilah Perez (4:18-22)

ETIKA MORAL RUT DAN NAOMI

          Nilai-nilai etika moral dalam kehidupan Rut dan Naomi.[19]
  1. Naomi bersikap bijak terhadap kedua menantu perempuannya.
  2. Naomi menyesali hidupnya yang penuh kepahitan, dan mengangap itu datang dari Allah.
  3. Naomi memikirkan masa depan Rut dengan mengatur perkawinan levirate  dengan Boas.
  4. Rut berkeras hati menemani Naomi sampai mati, cermin dari menantu yang setia pada mertuanya.
  5. Rut wataknya rajin bekerja dan patuh pada Naomi.
  6. Rut meninggalkan semua ilahnya, dan percaya pada Allahnya Naomi orang Israel.
  7. Rut karakternya sopan dan ramah kepada orang lain.
  8. Rut mempunyai sikap toleransi suku bangsa, yang bersedia masuk total pada keluarga suaminya.


TEOLOGI KITAB RUT

Kata Ibrani hesed, yang terdapat dalam 1:8, 2:20 dan 3:10 adalah karya dalam makna. Sifat ini terutama adalah sifat Allah sendiri: TUHAN kiranya menunjukan kasih-Nya kepadamu (1:8); ‘TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati’ (2:20). Perkataan ini berhubungan dengan perjanjian, karena dalam perjanjian nampak amat jelas penghampiran yang ramah dari Allah kepada manusia yang berdosa.[20]

Berhubungan dengan kesetiaan pada perjanjian Tuhan, maka istilah hesed  mengandung semua implikasi yang sangat jauh jangkauannya sehubungan dengan kesetiaan Yahweh pada perjanjian-Nya Versi Alkitab King James berulang-ulang menerjemahkan istilah tersebut sebagai ‘kemurahan’, sementara versi New American Standard memilih istilah majemuk “kasih setia”. Kedua istilah ini baru mulai memperkenalkan bermacam-macam cara yang berbeda-beda yang dipakai Allah untuk menunjukan kesetiaan-Nya pada perjanjian. Keanekaragaman ini dicerminkan dalam keputusan yang diambil oleh para penerjemah New Internasional Version yang mempergunakan serentetan istilah: kebaikan, kasih, kesetiaan dan masih banyak lagi.[21]

Kisah dalam kitab Rut adalah kisah kasih setia, yaitu kasih setia Tuhan kepada umat-Nya dan kasih setia manusia kepada sesama manusia. Kasih setia (khesed) adalah komitmen untuk mengasihi yang diwujudnyatakan dalam sikap/tindakan setia dalam mengasihi.[22]

Secara teologis, ingin menunjukkan bahwa  Allah dalam rencana-Nya tidak pernah berubah, Ia tetap setia. Ia pasti memelihara janji-Nya dengan kuasa-Nya, sampai tergenapi. Walaupun terjadi kelaparan, penderitaan bahkan yang paling pahit pun, itu semua terjadi di dalam rencana-Nya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, kepercayaan kepada Allah akan diperhadapkan dengan banyak hal yang gelap dan menakutkan, iman yang masih teguh akan menuntun kepada kepastian dan sukacita dalam jaminan pemeliharaan Allah, oleh karena rencana-Nya.


KESIMPULAN

Kesetiaan merupakan salah satu penekanan teologi dalam kitab Rut. Dari awal sampai akhir narasi Kitab Rut hal itu sangat nampak. Salah satu teladan kesetiaan terdapat dalam contoh tokoh Rut kepada Naomi. Kesetiaan Rut tetap konsisten hingga berakhirnya seluruh narasi ini. Kesatuan antara menantu dan mertua ini pun selalu berjalan beriringan. Rut terus menyertai dengan setia dari sejak Naomi mengalami masa-masa kesulitan hingga kesulitan tersebut digantikan dengan kebahagian. Rut bertindak sesuai dengan kasih yang ada dalam hatinya. Rut adalah menantu yang menjadi penghiburan bagi mertua. 

Bukti kasih setia Allah nyata dalam kehidupan Rut yang memercayai Allah Naomi. Hal itu ditunjukkan dengan kesetiaannya mengikuti Naomi sekalipun dalam keadaan duka, penderitaan, dan kepahitan mertuanya, dia tetap setia mengikuti Naomi. Kesetiaan Allah dinyatakan melalui kehadiran Rut, yang mana ia juga setia mengikuti Naomi. Kesetiaan Rut membuat ia mengalami hidup baru dimana ia bisa mengenal Allah. Kesetiaan Allah memelihara umat-Nya dinyatakan melalui kesetiaan Rut dan di dalamnya terdapat karya penyelamatan, ketika Rut telah menerima Allah.

Melalui kisah dalam Kitab Rut, terlihat sebuah Teologi bahwa, kasih dan kesetiaan Allah merupakan milik Allah dan diberikan kepada umat-Nya. Dalam hal ini Allah menunjukkan kepada umat-Nya kasih karunia, padahal sebenarnya umat-Nya tidak layak menerimannya. Ada juga hukum supaya umat-Nya mengasihi Allah, tetapi hal ini bukan kasih sayang yang mendalam kepada pribadi Allah, melainkan lebih ditekankan kepada perintah untuk setia kepada Allah oleh karena Dia Allah yang setia. (By. DN)


[1] Jonar Situmorang, Mengenal Dunia Perjanjian Lama: Memahami Peristiwa-peristiwa Sejarah, Politik dan Motivasi Seputar Dunia Perjanjian Lama (Yogyakarta: ANDI, 2019), 344.
[2] David M. Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2013), 154.
[3] Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 269.
[4] David M. Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, 154.
[5] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1996), 293.
[6] Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 10.
[7] Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas, 2004), 725.
[8] C. Groenen OFM, Pengantar Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 1
[9] LAI, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2005), 411.
[10] Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, 10.
[11] Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible, 726.
[12] Jan de Waard & Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab: Kitab Rut (Jakarta: Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia,1994), 25.
[13] Yonky Karman, Tafsiran Alkitab: Kitab Rut, 36.
[14] Saparman, Kupas Firman Allah: Kitab Rut (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2003), 72.
[15] Jan de Waard & Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab: Kitab, 74.
[16] Shintia Maria Kapojos &Hengki Wijaya, file:///C:/Users/Administrator/Downloads/107-327-2-PB%20(1).pdf, (Di Unduh 5 April 2021).
[17] Panel C. D. Maiaweg, Proseding Seminari Teologi Kitab Rut (Makasar: STT Jafray, 2016), 6.
[18] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 295.
[19] Law & Obedience, Etika Perjanjian Lama (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2016), 270.
[20] LAI, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1976), 429.
[21] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 297.
[22] Panel C. D. Maiaweg, Proseding Seminari Teologi Kitab, 14.


Post a Comment for "Bukti Kasih Setia Allah Terhadap Kesetiaan Rut"