Pemeliharaan Allah menurut Kitab Ester |
PEMELIHARAAN ALLAH DALAM KETERSEMBUNYIAN: MENURUT KITAB ESTER
Abstrak
Kitab Ester merupakan salah satu kitab yang telah dikanonkan sehingga termasuk dalam kitab Perjanjian Lama dan terus menjadi kitab orang Kristen yang terus dipegang saat ini. Ester juga bisa disebut sebagai kitab mengenai suatu krisis. Kitab ini merupakan suatu drama, berdasarkan kejadian sebenarnya. Kisah dalam Kitab Ester ini dipentaskan di atas panggung sejarah yang masing-masing pelakunya memainkan peranan mengenai riwayatnya masing-masing. Berkaitan dengan hal tersebut tentunya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidaklah terjadi secara kebetulan. Sama halnya dengan yang terjadi dalam Kitab Ester. Menariknya dalam Kitab Ester tidak adanya nama YHWH atau nama Allah maupun karya-Nya tidak disebutkan secara langsung. Walaupun seolah-olah Allah tidak disebut dan seperti tidak kelihatan pada dasarnya Allah selalu tidak terkalahkan. Ini merupakan pokok ajaran dari Kitab Ester. Adanya pandangan-pandangan dari oknum-oknum tertentu yang salah memahami tentang kebenaran dari Kitab Ester. Meskipun demikian, kesimpulannya Kitab Ester telah dikanonkan dan dipercaya. Serta kaitannya dengan Allah bahwa Allah tetap hadir dalam setiap adegan, peristiwa melalui pemeliharaan-Nya dan kedaulatan-Nya.
Kata Kunci: Kitab Ester, Pemeliharaan, Kehadiran Allah.
Pendahuluan
Jika dapat dikatakan dalam Kitab Ester merupakan
suatu drama, maka Esterlah yang memainkan peranan yang menentukan.
Segala-galanya bergantung kepada hal yaitu ketika ia diangkat menjadi
permaisuri dan setiap upaya yang dilakukannya. Sebab itu tepatlah jika kitab
ini dinamakan Ester.[1]
Dalam kitab Ester ada begitu banyak nama, tetapi hanya nama “Ester” yang paling
banyak digunakan oleh orang-orang percaya. Tidak banyak anak Tuhan yang
menggunakan nama seperti “Mordekhai” apalagi Ahasyweros, Wasti dan Haman. Sama
halnya dengan tidak adanya nama Allah dalam Kitab Ester, kitab ini juga tidak
mencatat sebuah mujizat pundalam pengertian sebagaimana yang dibaca dalam
kitab-kitab lain di Perjanjian Lama seperti dalam Kitab Keluaran atau dalam
Injil dan Kisah Para Rasul di Perjanjian Baru.[2]
Menjadi salah satu persoalan bahwa hanya
karena tidak ada nama Tuhan atau Allah atau bahkan tidak adanya mukjizat-mukjizat
maka kitab ini menyangkal bahwa tidak adanya Allah di dalamnya seperti pada
kitab-kitab yang lain. Oleh karena hal yang demikian timbulnya berbagai
pandangan dimanakah Allah dalam Kitab Ester, apakah Allah tetap bekerja dan
sebagainya. Tidak ada hal atau
kejadian yang mengindikasikan kehadiranNya atau menunjukkan sebuah referensi
yang terhubung dengan pribadi atau karya-Nya. Hal inilah dilihat oleh Robert
Gordis sehingga dalam tulisannya ia menuliskan, “by all
odds, the major
religious difficulty with
Esther is the
total absence of
the name of
God, or any reference to Him”.
Dan menurut Martin Luther pun mengatakan bahwa mungkin lebih baik kitab ini
tidak ada.[3]
Beberapa tokoh teologi mengakui memang tidak ada kata
Allah dalam kitab Ester, namun itu tidak berarti bahwa tidak adanya
karateristik Allah dalam kitab Ester. Frederic W. Bush mengungkapkan
pendapatnya tentang kitab Ester bahwa “since God is never mentioned, it is not
possible to talk about a characterization of Him.” Joshua M.
Wallnofer berpendapat bahwa keraguan atas kitab Ester karena ketiadaan nama
Allah dalam sebenarnya bisa dijawab dengan melihat cara Allah menyatakan
kehadiran-Nya di kitab Ester. Karena itu Wallnofer menambahkan
bahwa,
“Though the
book may lack
the divine name, God’s presence
is found as it shows the Jewish people, chosen of God, being saved
providentially from the extermination the evil anti-semite Haman and others
in the Persian
court had planned.[4]
Namun di satu sisi ada juga yang melihat dari sisi pemeliharaan
Allah. Salah satu tokohnya adalah J. Vernon Mc Gee, baginya kitab Ester adalah “The Roman of Providence
of God”. Bush dalam
pengantarnya tentang kitab Ester mengungkapkan bahwa:
As
was the case in the book of Ruth, God is not one of the characters in the
narrative, and it is not possible to speak in any way of a “characterization”
of him. Yet, in my opinion God (or at least his providence) is present in the
story in (a) the series of unlikely circumstances and extraordinary
coincidences with which the book abounds and (b) the remarkable series of
reversals that characterize the plot.[5]
Dari
adanya J. Vernon Mc Gee kurang lebih mengatakan bahwa sama seperti kasus Rut,
Allah tidak selalu diceritakan dalam bentuk narasi. Dan bukanlah satu-satunya
cara yang mungkin bisa terjadi untuk tahu karakter dari Allah sendiri.
Menurutnya, ini merupakan suatu pemeliharaan yang dihadirkan dalam Kitab Ester,
dengan rangkaian keadaan yang tidak mungkin, kebetulan yang luar biasa serta serangkaian
pembalikkan yang luar biasa yang juga menjadi ciri khas dalam kitab ini. Dengan demikian, adanya karakter Allah sebagai
pemelihara sebagai bukti kehadiran-Nya. Allahlah yang mengatur setiap situasi
dan kondisi yang terdapat dalam Kitab Ester. Seolah-olah tidak kelihatan, dalam
ketersembunyian, namun Allah tetap menunjukkan penyertaan-Nya yaitu aoa yang
disebut sebagai pemeliharaan ilahi bagi umat-Nya pada waktu itu.
Pembahasan
Masalah Tidak Adanya Nama Allah dalam Kitab Ester
Masih menjadi persoalan tentunya. Namun biar bagaimanapun Kitab Ester adalah kitab yang layak untuk dikanonkan. Dikatakan bahwa ketika mempersoalkan tidak disebutnya nama Allah, maka ketika fokus hanya pada hal tersebut kitab ini akan kehilangan intisari amanatnya. Intinya kitab ini menghendaki bahwa adanya pemeliharaan Allah dan Allah tetap hadir dalam setiap peristiwa yang terjadi dengan kuat kuasa yang tidak kelihatan. Di samping itu, ada beberapa alasan yang kemungkinan terjadi bahwa kitab ini dituliskan bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang Persia, atau mungkin karena orang Yahudi berada jauh dari tanah airnya dan terputusnya hubungan istimewa antara umat Israel dengan Allah. Besar kemungkinan itulah sebabnya maka nama Tuhan tidak disebut-sebut dalam cerita yang bertalian dengan mereka. Namun kemungkinan, yaitu yang paling utama ialah untuk menekankan tindakan Tuhan yang tidak kelihatan dalam pemeliharaan-Nya atas umat Israel.[6] Bagi para komentator Yahudi tradisional, tidak adanya nama Tuhan tidak berarti bahwa Tuhan tidak ada dalam kitab itu. Sebaliknya, para pembaca ini melihat rangkaian kebetulan yang rumit yang mengarah pada penyelamatan orang-orang Yahudi dan penghancuran musuh-musuh mereka sebagai bukti pemeliharaan ilahi.[7]
Providensia sebagai Drama Allah Di Balik Layar
Maksud kitab Ester menunjukkan bagaimana
Allah memelihara umat pilihan-Nya. Allah memberikan providensia, karunia
pemeliharaan ilahi. Kuat kuasa Allah yang dinyatakan dalam pemeliharaannya lain
daripada kuat kuasanya yang terlihat dalam mukjizat. Dalam providensia Tuhan mengendalikan;
sedang dalam mujizat Tuhan campur tangan.
Adapun kata “pemeliharaan” dalam bahasa latin
'provideo' berarti aku melihat suatu perkara sebelum terjadi (pro: sebelumnya;
video: aku melihat). Jadi, perkataan “pemeliharaan” arti dasarnya ialah sudah melihat
sebelumnya.[8] oleh
karena hal melihat sebelumnya senantiasa menimbulkan tindakan yang bertalian
dengan yang dilihat sebelumnya itu, maka pemeliharaan ilahi itu sendiri
bertambah satu unsur lagi: yaitu tindakan yang timbul karena melihat
sebelumnya. Secara tegas dapat dikatakan, bahwa Satu saja yang melihat terlebih
dahulu dan hanya Allah saja yang dapat bertindak demikian yaitu atas dasar
karena Allahlah yang mahatahu atau mengetahui hal yang sebelumnya. Jadi pada
hakekatnya, pemeliharaan ilahi adalah sifat MAHA TAHU dari Allah (tahu
sebelumnya) ditambah dengan tindakan-tindakan illahi berdasarkan apa yang
diketahui sebelumnya itu. Maka dalam pengertian providensia implisit bahwa
Allah menaruh kekuasaan mutlak atas segala karya-Nya.[9]
Berkaitan
dengan hal tersebut, susunan kitab Ester akan membantu bagaimana melihat akan
kehadiran Allah yang sebenarnya tidak kelihatan namun tetap menunjukkan
pemeliharaan-Nya. Secara sederhana susunan kitab Ester yaitu:
1.
Bahaya
yang Dahsyat (1-5)
·
Ester
menjadi ratu (1-2)
·
Komplotan
Haman terhadap orang Yahudi (3)
·
Mordekahi
dan Ester mulai bertindak (4-5)
2.
Penyelamatan
yang Ajaib (6-10)
·
Penghormatan
Mordekhai dan kejatuhan Haman (6-7)
·
Penyelamatan
orang Yahudi (8-9)
·
Kebesaran
Mordekhai (10)[10]
Melalui
susunan yang ada, tampak beberapa tokoh disebutkan yang dapat dikatakan bahwa adanya
kuasa dan kehadiran Allah bekerja melalui kehidupan lima orang untuk
melaksanakan kehendak-Nya yaitu diantaranya: (1) seorang raja yang bernama
Ahasyweros (1:1-3). Dimana ia adalah seorang raja yang sangat berkuasa. Dari Susan
ibukotanya, ia memerintah kerajaan Persia yang luas, dari India sampai ke
Etiopia, lebih dari 127 daerah. Tidak ada pria lain yang lebih berkuasa di bumi
pada masa itu daripada raja Ahasyweros.[11] (2)
Seorang ratu yang bernama Wasti (1:9). Dikatakan bahwa ia pribadi yang
berkemauan keras, berpikiran mandiri yang tidak takut untuk bersikap menentang
keinginan suaminya, sang raja sehingga menimbulkan konflik pada waktu itu. (3)
Seorang pegawai jahat yang bernama Haman (3:1). Pegawai yang kaya dan
berpengaruh di dalam istana raja, namun congkak, licik dan membenci bangsa
Semit.[12] (4)
Seorang Yahudi yang saleh bernama Mordekhai (2:5-6). Mordekhai adalah seorang
keturunan dari salah seorang Yahudi yang diasinkan. Ia adalah seorang pria yang
saleh dan perannya yang paling penting adalah hubungannya dengan tokoh kelima,
yaitu (5) Seorang Wanita bernama Ester (2:7). Ester memiliki kecantikan baik
bagian dalam hati maupun luar dirinya[13]
“Ester”
yang merupakan nama Persia dari wanita muda ini, berarti “bintang. Nama ini
kelihatannya sesuai, karena eksternal merupakan bintang dari pertunjukan ini
yaitu pahlawan dalam kitab Ester sendiri. Adapun tangan Allah Yang kekal, tidak
kelihatan, dan maha bijaksana sedang bekerja di balik peristiwa-peristiwa, yang
tersembunyi dari mata manusia. Hanya Pribadi yang Pemurah dan Maha mengetahui
seperti itu yang akan meletakkan tangannya pada anak yatim-piatu tertentu yang
terlupakan seorang gadis kecil yang telah kehilangan ibu dan ayahnya. Hanya Pemelihara
yang seperti itu yang akan bekerja di dalam kehidupan seorang Yahudi rendahan
yang hidup dalam pengasingan di tanah Persia yang luas di mana ahli waris
memerintah dengan kekuasaan dan kejam dan halaman yang mementingkan diri
sendiri memimpin dengan tipu muslihat yang jahat.[14]
Dari
setiap peristiwa yang ada, providensia inilah yang didemonstrasikan dalam kitab
Ester. Adanya krisis yang diceritakan dalam kitab ini telah diketahui
sebelumnya, lalu diatasi tepat pada waktunya. Bukan dengan menggunakan
mukjizat; segala kejadian dalam kitab ini adalah akibat daripada keadaan biasa
dalam urutan yang wajar. Meskipun tidak menceritakan suatu mukjizat, tapi
seluruh kejadian boleh dinamakan mukjizat yang hebat karena demikianlah Allah
Yang Maha kuasa mengolah segala peristiwa yang bukan mukjizat sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang telah ditentukannya terlebih dahulu.[15]
Pemeliharaan Allah dalam Titik Historitas Kitab Ester
Cerita
kitab ini terjadi di kota Susan, ibu kota kerajaan Persia pada zaman Ahasyweros
(Sasta I), yang menyusul Koresy dan Darius sebagai raja. Kisah ini menceritakan
sebuah komplotan untuk melenyapkan semua orang Yahudi yang tinggal di kerajaan
Persia pada waktu itu dan bagaimana mereka diselamatkan dengan cara yang ajaib.
Penyelamatan mereka dirayakan di seluruh kerajaan Persia pada waktu itu dan
masih dirayakan tiapa tahun sampai sekarang oleh orang Yahudi di setiap penjuru
dunia, yaitu pada Hari Raya Purim (Ester 3:7; 9:24-32).[16]
Gulungan kitab Ester dibacakan tiap tahun pada hari itu, sehingga kita ingin
dibikin orang Yahudi daripada semua kisah lain titik apalagi, apabila orang
Yahudi mengalami penganiayaan sejak waktu itu, kitab Ester inilah yang menghibur
dan meyakinkan mereka akan pembebasan serta mendorong cita-cita kebangsaan
mereka titik oleh karena itu kitab ini sangat disenangi orang Yahudi.[17]
Cerita
dalam kisah ini dibentangkan dalam 10 pasal yang pendek-pendek. Semua yang
tersebut dalam 5 pasal pertama menuju ke suatu titik krisis. Kejadian-kejadian
berjalan cepat menuju kepada kebinasaan yang mengancam. Bahkan pada akhir pasal
5 telah didirikan tiang gantungan bagi Mordekhai dan nampaknya seakan-akan
tidak ada lagi yang dapat menahan petaka yang sedang mengancam. Tetapi dalam
pasal 6 keadaan terbalik tiba-tiba. Krisis itu ditahan oleh pemeliharaan Tuhan
dan dapat teratasi.[18] Oleh
karena hal tersebut keadaan menjadi sebaliknya. Umat Tuhan diselamatkan dan
dituntut pembalasannya. Bahaya berubah menjadi kemenangan dan sukacita. Drama
providensia Tuhan ini terdiri dari dua babak. Pasal 1-5 menceritakan krisis
yang memuncak; dan pasal 6-10 krisis dikendalikan. Jadi dalam
sejarah ini dapat dilihat adanya kenyataan: Allah mengetahui lebih dahulu,
kemudian Allah sendiri yang memelihara dan perpaduan kedua hal inilah yang providensia.
Berkaitan
dengan hal itu, Ester menduduki tempat istimewa dalam himpunan firman Tuhan,
yang justru karena cirinya yang khas itu yakni menceritakan providensia Tuhan
itu sendiri. Juga karena amanat rohaninya yang pokok yakni Tuhan berdiri di
latar belakang, mencegah orang-orang yang menjadi miliknya. Allah memperhatikan
orang-orang miliknya, mengetahui segala-galanya dan memelihara mereka.[19] Hal
raja Ahasyweros mengadakan perjamuan bagi segala penghulu dan pegawainya; hal
ketika ia mabuk dan memerintahkan sesuatu yang tidak pantas pada ratunya; hal
ratu Wasti menolak perintah itu sehingga dikucilkan dari atas tahta: semuanya
seolah-olah tidak mempunyai hubungan dengan ancaman bahwa atas keselamatan
orang Yahudi yang terjadi kemudian dan yang dilancarkan oleh aman si anti-Yahudi
pegawai tinggi istana itu.dengan demikian jauh sebelum itu Tuhan telah
memberikan kecantikan yang luar biasa kepada Ester kemenakan merdeka itu betapa
indahnya perencanaan Di Muka providensia Tuhan yang begitu luar biasa.[20] Seperi
yang dikatakan dalam pemazmur bahwa “Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak
tertidur Penjaga Israel (Mazmur 121:4).[21]
Tak ada yang Kebetulan: Kedaulatan Pemeliharaan-Nya
Salah
satu titik historitas yang dinyatakan dalam kitab Ester yaitu terdapat dalam
Ester 2:5 yang mencatat, “ Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan seorang
Yahudi, yang bernama Mordekhai bin Yair bin Simei, bin Kish, seorang Benyamin.”
Ketika krisis terjadi dalam rumah tangga raja Ahasyweros tepat pada waktu itu Mordekhai
sedang bekerja di dalam istana.[22] Ayat
5 ini dimulai dengan 3 kata, “Pada waktu itu.”ketika kata ini muncul 3 kali
dalam kitab Ester yang mengindikasikan seringnya terjadi coincidence, seolah-olah
terjadi benturan, tetapi sebenarnya bukan kebetulan. Ketika Bigtan dan Teresh
hendak membunuh raja, “ Pada waktu itu” Mordekhai sedang duduk di pintu gerbang
istana raja (2:21). Kemudian, ketika Mordekhai
akan dimuliakan oleh raja, “Pada waktu itu” Haman baru datang ke dalam istana
raja (6:4). [23]
Hal-hal
yang terlihat seperti kebetulan, sesungguhnya sudah berada dalam pengaturan
Allah yang berdaulat dan hal-hal tersebut mendatangkan sukacita. Billy Graham
berkata, “Salah satu sukacita sorgawi adalah menemukan cara-cara tersembunyi
yang diperbuat Allah dalam kedaulatan-Nya sepanjang kehidupan manusia untuk
melindungi dan menuntun manusia yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya,
bahkan di dalam segala kelemahan manusia.[24]
Mordekhai
dan Ester berada pada waktu yanh tepat dan tempat yang tepat ketika krisis
terjadi dalam istana Ahasyweros. Sesungguhnya, inilah kebaikan Allah. Meskipun
merdeka Ia adalah orang buangan dan meskipun Ester adalah anak yatim-piatu
namun Allah yang berdaulat sanggup memakai mereka untuk melaksanakan
kehendak-Nya, bagi kemuliaan-Nya dan guna menjadi berkat bagi banyak orang
lain. Dari sini ini dapat dipahami kehadiran Mordekhai dan Ester pada waktu dan
tempat yang tepat bukanlah suatu kebetulan melainkan telah dipersiapkan Allah
sebelumnya untuk dipakai bagi pekerjaan baik yang dikehendaki Allah.[25] Selain
itu, oleh karena kedaulatan Allah juga terjadi apa yang dikenal dalam ilmu
literatur sebagai peripeteia. Dalam kaitan dengan literatur naratif,
istilah ini berarti “suatu pembalikan situasi yang mendadak atau yang tak
diharapkan” (Bryan Gregory).cara penggambaran ini merupakan ciri khas kitab
Ester secara mendadak, ratu wasti jatuh dan Ester diangkat menjadi ratu, secara
tiba-tiba Haman jatuh dan Mordekhai diangkat menggantikan Haman. Segala sesuatu
kembali tampaknya berlangsung secara kebetulan padahal sebenarnya tidak karena
sudah berada dalam pengaturan Allah.[26]
Kesimpulan
Kitab
Ester adalah kitab sejarah yang begitu luar biasa yang walaupun tidak menunjukkan
adanya nama Tuhan atau Allah sama sekali. Dengan hal itu, kitab ini menunjukkan
bahwa Allah Israel adalah Allah yang tertinggi atas seluruh manusia dan segala
bangsa. Walaupun umat pilihan Allah tinggal jauh dari negeri asal mereka namun
Allah tetap berkuasa dan dapat menyelamatkan mereka dari segala ancaman atau
bahaya. Itulah keunikan kitab Ester dari kitab-kita yang lain dalam PL maupun
dalam PB.
Kitab
ini juga menunjukkan bahwa walaupun dalam ketersembunyian, Allah tetap bekerja
dengan dibuktikan adanya pemeliharaan ilahi sebagai tanda kehadiran Allah dalam
kitan Ester. Menunjukkan kedaulatan Allah dalam setiap peristiwa yang terjadi
sehingga segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan namun hanya ada dalam
kontrol dan pengaturan Allah. Dalam pemeliharaan-Nya Allah tetap bekerja untuk
melaksanakan kehendak-Nya. Namun dalam hal ini, manusia tetap bertanggung jawab
dan harus mengambil bagiannya. Untuk itulah sebagai alat yang dipakai Allah
Mordekhai menggunakan kedudukannya di pintu gerbang istana dengan bijaksana,
sedangkan Ester memberanikan diri untuk bertindak demi penyelamatan bangsanya
dan dengan cara demikian kehendak Allah terlaksana.
Bagi
orang percaya masa kini, harus memiliki suatu keyakinan dalam menghadapi proses
kehidupan yang ada. Banyaknya anggapan bahwa Allah tidak bekerja di saat-saat tertentu
oleh karena kondisi dunia yang semakin jahat, namun tidak terlepas dari hal
itu, bahwa Allah tetap hadir meskipun terasa jauh. Allah yang selalu memelihara
meskipun terkadang sebagai manusia tidak menyadari hal itu. Sesungguhnya Allah
tidak pernah berubah, Ia akan tetap sama dalam setiap kehendak dan rencana-Nya
yang sempurna. (By. GGH)
[1]Sastro Soedirjdjo, Menggali
Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jalarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967),
455.
[2]Antomius Steven Un, Mutiara
Kebenaran dari Perjanjian Lama: Bergumul Bersama Nuh, Ishak, Ester dan Hamba
yang Menderita (Surabaya: Momentum, 2019), 39-40.
[3]Soedirjdjo, Menggali Isi
Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 457.
[4]https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kitab+Ester&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3DzA5HM8WGfVgJ (diunduh 29 April 2021).
[5]Ibid.
[6]Soedirjdjo, Menggali Isi
Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 457.
[7]https://2gvzehisuckkx7ciqguranmxgq-achv5f5yelsuduq-www-bibleodyssey-org.trapnslate.goog/en/people/related-articles/where-is-god-in-esther (diunduh 30 April 2021).
[8]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 456.
[9]Ibid.
[10]Denis Green, Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2012), 119.
[11]Charles R. Swindoll, Ester:
Wanita yang Kuat dan Mulia (Jakarta: Cipta Olah Pustaka, 2001), 25.
[12]Ibid, 26.
[13]Ibid, 27-28.
[14]Ibid.
[15]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 456-457.
[16]Green, Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2012), 117.
[17]Ibid.
[18]Soedirjdjo, Menggali Isi
Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 459.
[19]Ibid.
[20]Ibid.
[21]Lembaga Alkitab Indonesia,
(Jakarta:2002).
[22]Steven Un, Mutiara
Kebenaran dari Perjanjian Lama: Bergumul Bersama Nuh, Ishak, Ester dan Hamba
yang Menderita (Surabaya: Momentum, 2019), 45.
[23]Ibid, 46.
[24]Ibid, 47.
[25]Ibid, 47.
[26]Ibid, 52.
Post a Comment for "Pemeliharaan Allah dalam ketersembunyiaan Menurut Kitab Ester"