Pemeliharaan Allah dalam ketersembunyiaan Menurut Kitab Ester

 

Pemeliharaan Allah dalam ketersembuyiaan
Pemeliharaan Allah menurut Kitab Ester


PEMELIHARAAN ALLAH DALAM KETERSEMBUNYIAN: MENURUT KITAB ESTER

Abstrak

Kitab Ester merupakan salah satu kitab yang telah dikanonkan sehingga termasuk dalam kitab Perjanjian Lama dan terus menjadi kitab orang Kristen yang terus dipegang saat ini. Ester juga bisa disebut sebagai kitab mengenai suatu krisis. Kitab ini merupakan suatu drama, berdasarkan kejadian sebenarnya. Kisah dalam Kitab Ester ini dipentaskan di atas panggung sejarah yang masing-masing pelakunya memainkan peranan mengenai riwayatnya masing-masing. Berkaitan dengan hal tersebut tentunya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidaklah terjadi secara kebetulan. Sama halnya dengan yang terjadi dalam Kitab Ester. Menariknya dalam Kitab Ester tidak adanya nama YHWH atau nama Allah maupun karya-Nya tidak disebutkan secara langsung. Walaupun seolah-olah Allah tidak disebut dan seperti tidak kelihatan pada dasarnya Allah selalu tidak terkalahkan. Ini merupakan pokok ajaran dari Kitab Ester. Adanya pandangan-pandangan dari oknum-oknum tertentu yang salah memahami tentang kebenaran dari Kitab Ester. Meskipun demikian, kesimpulannya Kitab Ester telah dikanonkan dan dipercaya. Serta kaitannya dengan Allah bahwa Allah tetap hadir dalam setiap adegan, peristiwa melalui pemeliharaan-Nya dan kedaulatan-Nya. 

Kata Kunci: Kitab Ester, Pemeliharaan, Kehadiran Allah.

 

Pendahuluan

Jika dapat dikatakan dalam Kitab Ester merupakan suatu drama, maka Esterlah yang memainkan peranan yang menentukan. Segala-galanya bergantung kepada hal yaitu ketika ia diangkat menjadi permaisuri dan setiap upaya yang dilakukannya. Sebab itu tepatlah jika kitab ini dinamakan Ester.[1] Dalam kitab Ester ada begitu banyak nama, tetapi hanya nama “Ester” yang paling banyak digunakan oleh orang-orang percaya. Tidak banyak anak Tuhan yang menggunakan nama seperti “Mordekhai” apalagi Ahasyweros, Wasti dan Haman. Sama halnya dengan tidak adanya nama Allah dalam Kitab Ester, kitab ini juga tidak mencatat sebuah mujizat pundalam pengertian sebagaimana yang dibaca dalam kitab-kitab lain di Perjanjian Lama seperti dalam Kitab Keluaran atau dalam Injil dan Kisah Para Rasul di Perjanjian Baru.[2]

Menjadi salah satu persoalan bahwa hanya karena tidak ada nama Tuhan atau Allah atau bahkan tidak adanya mukjizat-mukjizat maka kitab ini menyangkal bahwa tidak adanya Allah di dalamnya seperti pada kitab-kitab yang lain. Oleh karena hal yang demikian timbulnya berbagai pandangan dimanakah Allah dalam Kitab Ester, apakah Allah tetap bekerja dan sebagainya. Tidak ada hal atau kejadian yang mengindikasikan kehadiranNya atau menunjukkan sebuah referensi yang terhubung dengan pribadi atau karya-Nya. Hal inilah dilihat oleh Robert Gordis sehingga dalam tulisannya ia menuliskan, “by  all  odds,  the  major  religious  difficulty  with  Esther  is  the  total  absence  of  the  name  of  God, or any  reference  to  Him”. Dan menurut Martin Luther pun mengatakan bahwa mungkin lebih baik kitab ini tidak ada.[3]

Beberapa tokoh teologi mengakui memang tidak ada kata Allah dalam kitab Ester, namun itu tidak berarti bahwa tidak adanya karateristik Allah dalam kitab Ester. Frederic W. Bush mengungkapkan pendapatnya tentang kitab Ester bahwa “since God is never mentioned, it is not possible to talk about a characterization of Him. Joshua M. Wallnofer berpendapat bahwa keraguan atas kitab Ester karena ketiadaan nama Allah dalam sebenarnya bisa dijawab dengan melihat cara Allah menyatakan kehadiran-Nya di kitab Ester. Karena itu Wallnofer menambahkan bahwa, 

“Though  the  book  may  lack  the  divine  name,  God’s  presence  is found as it shows the Jewish people, chosen of God, being saved providentially from the extermination the evil anti-semite Haman and  others  in  the  Persian  court  had  planned.[4]

Namun di satu sisi ada juga yang melihat dari sisi pemeliharaan Allah. Salah satu tokohnya adalah J. Vernon Mc Gee, baginya  kitab Ester adalah “The Roman of Providence of God”.  Bush dalam pengantarnya tentang kitab Ester mengungkapkan bahwa:

As was the case in the book of Ruth, God is not one of the characters in the narrative, and it is not possible to speak in any way of a “characterization” of him. Yet, in my opinion God (or at least his providence) is present in the story in (a) the series of unlikely circumstances and extraordinary coincidences with which the book abounds and (b) the remarkable series of reversals that characterize the plot.[5]

Dari adanya J. Vernon Mc Gee kurang lebih mengatakan bahwa sama seperti kasus Rut, Allah tidak selalu diceritakan dalam bentuk narasi. Dan bukanlah satu-satunya cara yang mungkin bisa terjadi untuk tahu karakter dari Allah sendiri. Menurutnya, ini merupakan suatu pemeliharaan yang dihadirkan dalam Kitab Ester, dengan rangkaian keadaan yang tidak mungkin, kebetulan yang luar biasa serta serangkaian pembalikkan yang luar biasa yang juga menjadi ciri khas dalam kitab ini. Dengan demikian, adanya karakter Allah sebagai pemelihara sebagai bukti kehadiran-Nya. Allahlah yang mengatur setiap situasi dan kondisi yang terdapat dalam Kitab Ester. Seolah-olah tidak kelihatan, dalam ketersembunyian, namun Allah tetap menunjukkan penyertaan-Nya yaitu aoa yang disebut sebagai pemeliharaan ilahi bagi umat-Nya pada waktu itu.

Pembahasan

Masalah Tidak Adanya Nama Allah dalam Kitab Ester

Masih menjadi persoalan tentunya. Namun biar bagaimanapun Kitab Ester adalah kitab yang layak untuk dikanonkan. Dikatakan bahwa ketika mempersoalkan tidak disebutnya nama Allah, maka ketika fokus hanya pada hal tersebut kitab ini akan kehilangan intisari amanatnya. Intinya kitab ini menghendaki bahwa adanya pemeliharaan Allah dan Allah tetap hadir dalam setiap peristiwa yang terjadi dengan kuat kuasa yang tidak kelihatan.  Di samping itu, ada beberapa alasan yang kemungkinan terjadi bahwa kitab ini dituliskan bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang Persia, atau mungkin karena orang Yahudi berada jauh dari tanah airnya dan terputusnya hubungan istimewa antara umat Israel dengan Allah. Besar kemungkinan itulah sebabnya maka nama Tuhan tidak disebut-sebut dalam cerita yang bertalian dengan mereka. Namun kemungkinan, yaitu yang paling utama ialah untuk menekankan tindakan Tuhan yang tidak kelihatan dalam pemeliharaan-Nya atas umat Israel.[6] Bagi para komentator Yahudi tradisional, tidak adanya nama Tuhan tidak berarti bahwa Tuhan tidak ada dalam kitab itu. Sebaliknya, para pembaca ini melihat rangkaian kebetulan yang rumit yang mengarah pada penyelamatan orang-orang Yahudi dan penghancuran musuh-musuh mereka sebagai bukti pemeliharaan ilahi.[7]

Providensia sebagai Drama Allah Di Balik Layar

Maksud kitab Ester menunjukkan bagaimana Allah memelihara umat pilihan-Nya. Allah memberikan providensia, karunia pemeliharaan ilahi. Kuat kuasa Allah yang dinyatakan dalam pemeliharaannya lain daripada kuat kuasanya yang terlihat dalam mukjizat. Dalam providensia Tuhan mengendalikan; sedang dalam mujizat Tuhan campur tangan.

Adapun kata “pemeliharaan” dalam bahasa latin 'provideo' berarti aku melihat suatu perkara sebelum terjadi (pro: sebelumnya; video: aku melihat). Jadi, perkataan “pemeliharaan” arti dasarnya ialah sudah melihat sebelumnya.[8] oleh karena hal melihat sebelumnya senantiasa menimbulkan tindakan yang bertalian dengan yang dilihat sebelumnya itu, maka pemeliharaan ilahi itu sendiri bertambah satu unsur lagi: yaitu tindakan yang timbul karena melihat sebelumnya. Secara tegas dapat dikatakan, bahwa Satu saja yang melihat terlebih dahulu dan hanya Allah saja yang dapat bertindak demikian yaitu atas dasar karena Allahlah yang mahatahu atau mengetahui hal yang sebelumnya. Jadi pada hakekatnya, pemeliharaan ilahi adalah sifat MAHA TAHU dari Allah (tahu sebelumnya) ditambah dengan tindakan-tindakan illahi berdasarkan apa yang diketahui sebelumnya itu. Maka dalam pengertian providensia implisit bahwa Allah menaruh kekuasaan mutlak atas segala karya-Nya.[9]

Berkaitan dengan hal tersebut, susunan kitab Ester akan membantu bagaimana melihat akan kehadiran Allah yang sebenarnya tidak kelihatan namun tetap menunjukkan pemeliharaan-Nya. Secara sederhana susunan kitab Ester yaitu:

1.      Bahaya yang Dahsyat (1-5)

·         Ester menjadi ratu (1-2)

·         Komplotan Haman terhadap orang Yahudi (3)

·         Mordekahi dan Ester mulai bertindak (4-5)

2.      Penyelamatan yang Ajaib (6-10)

·         Penghormatan Mordekhai dan kejatuhan Haman (6-7)

·         Penyelamatan orang Yahudi (8-9)

·         Kebesaran Mordekhai (10)[10]

Melalui susunan yang ada, tampak beberapa tokoh disebutkan yang dapat dikatakan bahwa adanya kuasa dan kehadiran Allah bekerja melalui kehidupan lima orang untuk melaksanakan kehendak-Nya yaitu diantaranya: (1) seorang raja yang bernama Ahasyweros (1:1-3). Dimana ia adalah seorang raja yang sangat berkuasa. Dari Susan ibukotanya, ia memerintah kerajaan Persia yang luas, dari India sampai ke Etiopia, lebih dari 127 daerah. Tidak ada pria lain yang lebih berkuasa di bumi pada masa itu daripada raja Ahasyweros.[11] (2) Seorang ratu yang bernama Wasti (1:9). Dikatakan bahwa ia pribadi yang berkemauan keras, berpikiran mandiri yang tidak takut untuk bersikap menentang keinginan suaminya, sang raja sehingga menimbulkan konflik pada waktu itu. (3) Seorang pegawai jahat yang bernama Haman (3:1). Pegawai yang kaya dan berpengaruh di dalam istana raja, namun congkak, licik dan membenci bangsa Semit.[12] (4) Seorang Yahudi yang saleh bernama Mordekhai (2:5-6). Mordekhai adalah seorang keturunan dari salah seorang Yahudi yang diasinkan. Ia adalah seorang pria yang saleh dan perannya yang paling penting adalah hubungannya dengan tokoh kelima, yaitu (5) Seorang Wanita bernama Ester (2:7). Ester memiliki kecantikan baik bagian dalam hati maupun luar dirinya[13]

“Ester” yang merupakan nama Persia dari wanita muda ini, berarti “bintang. Nama ini kelihatannya sesuai, karena eksternal merupakan bintang dari pertunjukan ini yaitu pahlawan dalam kitab Ester sendiri. Adapun tangan Allah Yang kekal, tidak kelihatan, dan maha bijaksana sedang bekerja di balik peristiwa-peristiwa, yang tersembunyi dari mata manusia. Hanya Pribadi yang Pemurah dan Maha mengetahui seperti itu yang akan meletakkan tangannya pada anak yatim-piatu tertentu yang terlupakan seorang gadis kecil yang telah kehilangan ibu dan ayahnya. Hanya Pemelihara yang seperti itu yang akan bekerja di dalam kehidupan seorang Yahudi rendahan yang hidup dalam pengasingan di tanah Persia yang luas di mana ahli waris memerintah dengan kekuasaan dan kejam dan halaman yang mementingkan diri sendiri memimpin dengan tipu muslihat yang jahat.[14]

Dari setiap peristiwa yang ada, providensia inilah yang didemonstrasikan dalam kitab Ester. Adanya krisis yang diceritakan dalam kitab ini telah diketahui sebelumnya, lalu diatasi tepat pada waktunya. Bukan dengan menggunakan mukjizat; segala kejadian dalam kitab ini adalah akibat daripada keadaan biasa dalam urutan yang wajar. Meskipun tidak menceritakan suatu mukjizat, tapi seluruh kejadian boleh dinamakan mukjizat yang hebat karena demikianlah Allah Yang Maha kuasa mengolah segala peristiwa yang bukan mukjizat sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang telah ditentukannya terlebih dahulu.[15]

Pemeliharaan Allah dalam Titik Historitas Kitab Ester

Cerita kitab ini terjadi di kota Susan, ibu kota kerajaan Persia pada zaman Ahasyweros (Sasta I), yang menyusul Koresy dan Darius sebagai raja. Kisah ini menceritakan sebuah komplotan untuk melenyapkan semua orang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia pada waktu itu dan bagaimana mereka diselamatkan dengan cara yang ajaib. Penyelamatan mereka dirayakan di seluruh kerajaan Persia pada waktu itu dan masih dirayakan tiapa tahun sampai sekarang oleh orang Yahudi di setiap penjuru dunia, yaitu pada Hari Raya Purim (Ester 3:7; 9:24-32).[16] Gulungan kitab Ester dibacakan tiap tahun pada hari itu, sehingga kita ingin dibikin orang Yahudi daripada semua kisah lain titik apalagi, apabila orang Yahudi mengalami penganiayaan sejak waktu itu, kitab Ester inilah yang menghibur dan meyakinkan mereka akan pembebasan serta mendorong cita-cita kebangsaan mereka titik oleh karena itu kitab ini sangat disenangi orang Yahudi.[17]

Cerita dalam kisah ini dibentangkan dalam 10 pasal yang pendek-pendek. Semua yang tersebut dalam 5 pasal pertama menuju ke suatu titik krisis. Kejadian-kejadian berjalan cepat menuju kepada kebinasaan yang mengancam. Bahkan pada akhir pasal 5 telah didirikan tiang gantungan bagi Mordekhai dan nampaknya seakan-akan tidak ada lagi yang dapat menahan petaka yang sedang mengancam. Tetapi dalam pasal 6 keadaan terbalik tiba-tiba. Krisis itu ditahan oleh pemeliharaan Tuhan dan dapat teratasi.[18] Oleh karena hal tersebut keadaan menjadi sebaliknya. Umat Tuhan diselamatkan dan dituntut pembalasannya. Bahaya berubah menjadi kemenangan dan sukacita. Drama providensia Tuhan ini terdiri dari dua babak. Pasal 1-5 menceritakan krisis yang memuncak; dan pasal 6-10 krisis dikendalikan. Jadi dalam sejarah ini dapat dilihat adanya kenyataan: Allah mengetahui lebih dahulu, kemudian Allah sendiri yang memelihara dan perpaduan kedua hal inilah yang providensia.

Berkaitan dengan hal itu, Ester menduduki tempat istimewa dalam himpunan firman Tuhan, yang justru karena cirinya yang khas itu yakni menceritakan providensia Tuhan itu sendiri. Juga karena amanat rohaninya yang pokok yakni Tuhan berdiri di latar belakang, mencegah orang-orang yang menjadi miliknya. Allah memperhatikan orang-orang miliknya, mengetahui segala-galanya dan memelihara mereka.[19] Hal raja Ahasyweros mengadakan perjamuan bagi segala penghulu dan pegawainya; hal ketika ia mabuk dan memerintahkan sesuatu yang tidak pantas pada ratunya; hal ratu Wasti menolak perintah itu sehingga dikucilkan dari atas tahta: semuanya seolah-olah tidak mempunyai hubungan dengan ancaman bahwa atas keselamatan orang Yahudi yang terjadi kemudian dan yang dilancarkan oleh aman si anti-Yahudi pegawai tinggi istana itu.dengan demikian jauh sebelum itu Tuhan telah memberikan kecantikan yang luar biasa kepada Ester kemenakan merdeka itu betapa indahnya perencanaan Di Muka providensia Tuhan yang begitu luar biasa.[20] Seperi yang dikatakan dalam pemazmur bahwa “Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel (Mazmur 121:4).[21]

Tak ada yang Kebetulan: Kedaulatan Pemeliharaan-Nya

Salah satu titik historitas yang dinyatakan dalam kitab Ester yaitu terdapat dalam Ester 2:5 yang mencatat, “ Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan seorang Yahudi, yang bernama Mordekhai bin Yair bin Simei, bin Kish, seorang Benyamin.” Ketika krisis terjadi dalam rumah tangga raja Ahasyweros tepat pada waktu itu Mordekhai sedang bekerja di dalam istana.[22] Ayat 5 ini dimulai dengan 3 kata, “Pada waktu itu.”ketika kata ini muncul 3 kali dalam kitab Ester yang mengindikasikan seringnya terjadi coincidence, seolah-olah terjadi benturan, tetapi sebenarnya bukan kebetulan. Ketika Bigtan dan Teresh hendak membunuh raja, “ Pada waktu itu” Mordekhai sedang duduk di pintu gerbang istana raja (2:21).  Kemudian, ketika Mordekhai akan dimuliakan oleh raja, “Pada waktu itu” Haman baru datang ke dalam istana raja (6:4). [23]

Hal-hal yang terlihat seperti kebetulan, sesungguhnya sudah berada dalam pengaturan Allah yang berdaulat dan hal-hal tersebut mendatangkan sukacita. Billy Graham berkata, “Salah satu sukacita sorgawi adalah menemukan cara-cara tersembunyi yang diperbuat Allah dalam kedaulatan-Nya sepanjang kehidupan manusia untuk melindungi dan menuntun manusia yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya, bahkan di dalam segala kelemahan manusia.[24]

Mordekhai dan Ester berada pada waktu yanh tepat dan tempat yang tepat ketika krisis terjadi dalam istana Ahasyweros. Sesungguhnya, inilah kebaikan Allah. Meskipun merdeka Ia adalah orang buangan dan meskipun Ester adalah anak yatim-piatu namun Allah yang berdaulat sanggup memakai mereka untuk melaksanakan kehendak-Nya, bagi kemuliaan-Nya dan guna menjadi berkat bagi banyak orang lain. Dari sini ini dapat dipahami kehadiran Mordekhai dan Ester pada waktu dan tempat yang tepat bukanlah suatu kebetulan melainkan telah dipersiapkan Allah sebelumnya untuk dipakai bagi pekerjaan baik yang dikehendaki Allah.[25] Selain itu, oleh karena kedaulatan Allah juga terjadi apa yang dikenal dalam ilmu literatur sebagai peripeteia. Dalam kaitan dengan literatur naratif, istilah ini berarti “suatu pembalikan situasi yang mendadak atau yang tak diharapkan” (Bryan Gregory).cara penggambaran ini merupakan ciri khas kitab Ester secara mendadak, ratu wasti jatuh dan Ester diangkat menjadi ratu, secara tiba-tiba Haman jatuh dan Mordekhai diangkat menggantikan Haman. Segala sesuatu kembali tampaknya berlangsung secara kebetulan padahal sebenarnya tidak karena sudah berada dalam pengaturan Allah.[26]

Kesimpulan

Kitab Ester adalah kitab sejarah yang begitu luar biasa yang walaupun tidak menunjukkan adanya nama Tuhan atau Allah sama sekali. Dengan hal itu, kitab ini menunjukkan bahwa Allah Israel adalah Allah yang tertinggi atas seluruh manusia dan segala bangsa. Walaupun umat pilihan Allah tinggal jauh dari negeri asal mereka namun Allah tetap berkuasa dan dapat menyelamatkan mereka dari segala ancaman atau bahaya. Itulah keunikan kitab Ester dari kitab-kita yang lain dalam PL maupun dalam PB.

Kitab ini juga menunjukkan bahwa walaupun dalam ketersembunyian, Allah tetap bekerja dengan dibuktikan adanya pemeliharaan ilahi sebagai tanda kehadiran Allah dalam kitan Ester. Menunjukkan kedaulatan Allah dalam setiap peristiwa yang terjadi sehingga segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan namun hanya ada dalam kontrol dan pengaturan Allah. Dalam pemeliharaan-Nya Allah tetap bekerja untuk melaksanakan kehendak-Nya. Namun dalam hal ini, manusia tetap bertanggung jawab dan harus mengambil bagiannya. Untuk itulah sebagai alat yang dipakai Allah Mordekhai menggunakan kedudukannya di pintu gerbang istana dengan bijaksana, sedangkan Ester memberanikan diri untuk bertindak demi penyelamatan bangsanya dan dengan cara demikian kehendak Allah terlaksana.

Bagi orang percaya masa kini, harus memiliki suatu keyakinan dalam menghadapi proses kehidupan yang ada. Banyaknya anggapan bahwa Allah tidak bekerja di saat-saat tertentu oleh karena kondisi dunia yang semakin jahat, namun tidak terlepas dari hal itu, bahwa Allah tetap hadir meskipun terasa jauh. Allah yang selalu memelihara meskipun terkadang sebagai manusia tidak menyadari hal itu. Sesungguhnya Allah tidak pernah berubah, Ia akan tetap sama dalam setiap kehendak dan rencana-Nya yang sempurna. (By. GGH)



[1]Sastro Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jalarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 455.

[2]Antomius Steven Un, Mutiara Kebenaran dari Perjanjian Lama: Bergumul Bersama Nuh, Ishak, Ester dan Hamba yang Menderita (Surabaya: Momentum, 2019), 39-40.

[3]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 457.

[5]Ibid.

[6]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 457.

[8]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 456.

[9]Ibid.

[10]Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2012), 119.

[11]Charles R. Swindoll, Ester: Wanita yang Kuat dan Mulia (Jakarta: Cipta Olah Pustaka, 2001), 25.

[12]Ibid, 26.

[13]Ibid, 27-28.

[14]Ibid.

[15]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 456-457.

[16]Green, Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2012), 117.

[17]Ibid.

[18]Soedirjdjo, Menggali Isi Alkitab: Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1967), 459.

[19]Ibid.

[20]Ibid.

[21]Lembaga Alkitab Indonesia, (Jakarta:2002).

[22]Steven Un, Mutiara Kebenaran dari Perjanjian Lama: Bergumul Bersama Nuh, Ishak, Ester dan Hamba yang Menderita (Surabaya: Momentum, 2019), 45.

[23]Ibid, 46.

[24]Ibid, 47.

[25]Ibid, 47.

[26]Ibid, 52.

Post a Comment for "Pemeliharaan Allah dalam ketersembunyiaan Menurut Kitab Ester"