Sikap doa
Sikap Doa yang Berkenan di Hadapan Tuhan
Sikap adalah tingkah
laku yang dilakukan atau ditunjukan
seseorang. Sesuatu yang ditunjukan melalui tingkah laku secara langsung atau
bagaimana tingkah atau sikap yang di tunjukan untuk menunjukan sikap hormat
kepada Tuhan. Bagaimana sikap yang benar di mata Tuhan. setiap orang pasti memiliki sikap doa yang
berbeda-beda saat berdoa dihadapan Tuhan. Tidak semuanya berkenan di mata Tuhan
apalagi zaman sekarang banyak orang yang berdoa dengan sikap yang tidak
berkenan dihadapan Tuhan.
Doa adalah suatu fakta
yang suci dan menyucikan. Karena itu orang yang berdoa kepada Tuhan harus suci
(bersih) hatinya: di situ tidak boleh ada amarah dan hal-hal lain yang
menodainya. Dalam arti ini harus memahami nasihat rasul Paulus, yaitu bahwa
tangan yang ditadahkan ke atas haruslah “tangan yang suci”, artinya tangan yang
diuntukkan bagi Tuhan dan yang tidak digunakan untuk perselisihan dan hal-hal
lain yang mendatangkan amarah. Sikap
ini yaitu berdoa dengan menadahkan tangan ke atas.
Suatu sikap yang
lain lagi, Disamping “berdoa sambil berdiri dan berdoa dengan menadahkan tangan
ke atas” ialah berdoa sambil berlutut.[1] Doa
meletakkan tangannya pada Allah yang mahakuasa dan menggerakkan Dia untuk
melakukan hal yang enggan dilakukan-Nya dengan cara lain jika doa tidak dipanjatkan.
Doa mewujudkan banyak hal yang tak pernah akan terjadi dengan cara lain. Doa
adalah kuasa ajaib yang ditempatkan Tuhan Yang Mahakuasa ke dalam tangan para
orang kudus-Nya. Doa adalah nafas jiwa yang bergelora untuk Tuhan dan bergelora
untuk manusia. Doa membuka pintu pemberitaan Injil, menciptakan peluang, dan
membuka pintu pengabaran Injil.[2]
Beberapa
orang berfikir bahwa harus penuh hormat ketika berdoa, menutup mata,
menundukkan kepala dan menggunakan bahasa yang tepat. Yang lain berfikir bahwa
seharunya menghampiri Tuhan dengan lebih biasa saja, seolah-olah sedang bertemu
dengan seorang teman di tempat umum. [3]
SIKAP WAKTU BERDOA
Tentang
hal ini kesaksian Perjanjian Baru tidak sama. Sungguhpun demikian sikap yang
paling banyak ditemui dalam Perjanjian Baru ialah berdoa sambil berdiri,
ampunilah dahulu sekiranya engkau mempunyai sesuatu (dalam hatimu) terhadap
seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.
Ungkapan “berdiri untuk berdoa” dalam nas ini dapat mempunyai arti yang sama
dengan “berdoa” saja. Karena “berdiri”
pada saat berdoa adalah sikap yang umum yang digunakan oleh tiap-tiap
orang percaya pada waktu Perjanjian Baru. Hal itu di baca juga umpamanya dalam
Lukas 18:11 dan 13: “Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini …
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah
ke langit melainkan memukul diri dan berkata…”
Berdoa
sambil berdiri, seperti yang dikatakan di atas adalah sikap umum yang digunakan
oleh tiap-tiap orang. Orang-orang Farisi selalu berdoa sambil berdiri. Salah
satu Nas yang menyatakan hal ini ialah Matius 6:5 “Apabila kamu berdoa,
janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka Suka mengucapkan doanya dengan
berdiri di rumah-rumah ibadat dan tikungan-tikungan jalan raya, supaya dilihat
orang.” Kesalahan orang-orang farisi ialah bukan karena mereka berdoa sambil
berdiri, tetapi karena melakukan hal itu rumah-rumah ibadat dan
tikungan-tikungan jalan, supaya dilihat orang dan dipuji sebagai orang-orang
yang saleh. Demonstrasi kesalehan yang demikian, menurut Yesus adalah perbuatan
orang-orang munafik.
Sikap “berdiri” adalah sikap yang
umum dipakai semua orang pada waktu Perjanjian Baru. Seluruh hidup pada waktu
itu berlangsung dalam sikap berdiri. Orang berdiri waktu berapat atau
bersidang. Orang berdiri waktu menyelesaikan soal-soal hukum. Orang berdiri
waktu beribadah. Hanya pempimpin ibadah saja yang duduk. Karena itu tidak usah
heran, bahwa pada waktu Perjanjian Baru doa berlangsung di tengah-tengah hidup
orang-orang percaya : di tengah-tengah hidup sehari-hari. Berdoa sambil berdiri
pada waktu Perjanjian Baru mempunyai arti yang sama dengan “berdoa sambil
duduk” yang dilakukan pada wakti ini.
Selain berdoa sambil berdiri, dalam
Perjanjian Baru yang membaca tentang suatu sikap yang lain, yaitu berdoa dengan
menadahkan tangan ke atas. Salah satu nas yang menyebut sikap ini ialah I
Timotius 2:8: “Aku (Paulus) ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa
dengan menadahkan tangannya yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.”
Berdoa dengan menadahkan tangan ke atas terletak suatu lambing atau simbol yang
lebih jelas dari pada “berdoa sambil berdiri”. Orang yang demikian menyatakan
kepercayaannya yang kokoh kepada Allah. Ia seolah-olah mengulurkan tangannya
untuk menyambut anugerah Allah sebagai pemenuhan dari apa yang ia mohonkan
kepadaNya. Sikap ini yaitu berdoa sambil berlutut mempunyai latar belakang
Perjanjian Lama. Di banyak tempat dalam Perjanjian Lama membaca tentang sikap
ini.
Sikap berdoa dengan menadahkan tangan
ke atas mempunyai arti simbolis. Melukiskan perendahan diri dari orang yang
berdoa kecil dibandingkan dengan Allah yang maha besar; hanya karena
anugerahNya saja menerima apa yang didoakan. Perendahan diri ini mencapai
puncaknya dalam sikap orang yang “berdoa sambil tersungkur di hadapan Allah.”
Sikap ini menyatakan bahwa orang yang berdoa demikian merasa dirinya kecil dan
hina di hadapan Allah. Sebagai contoh dari sikap ini mau menyebutkan apa yang
rasul Paulus lukiskan dalam I Korintus 14 sebagai reaksi seorang yang tidak
beriman terhadap nubuat yang di dengar dalam ibadah jemaat: “Segala rahasia
yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga akan sujud menyembah
Allah dan mengaku: Sungguh Allah ada di tengah-tengah kamu!” Dalam surat Wahyu
kepada Yohanes sikap ini selalu kita temui berbarengan dengan “penyembahan
kepada Allah.”
Banyak ahli merasa saying, bahwa
sikap-sikap berdoa yang kita bahas terutama dikap-sikap berdoa yang mempunyai
arti simbolis, tidak begitu banyak lagi mendapat perhatian dari Gereja-gereja.
Hal itu menurut mereka sangat merugikan. Mereka mengingatkan bahwa dalam
Perjanjian Baru, demikian pula dalam Perjanjian Lama doa bukan hanya soal kata-kata, teteapi lebih
dari pada itu: doa adalah soal seluruh tubuh. Seluruh manusia menurut kesaksian
Alkitab, terlibat dalam doa yang orang ucapkan.[4] Dalam
I Korintus 14:40 rasul Paulus mengingatkan anggota-anggota jemaat, bahwa
“segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”. Peringatan ini
berlaku juga bagi doa anggota-anggota jemaat. Bahwa doa harus dipersembahkan
kepada Allah dengan sopan dan secara teratur. Jadi bukan hanya sekali-kali
saja, kalau mempunyai waktu untuk itu atau kalau membutuhkannya. Hal itu
bertentangan dengan kesaksian Perjanjian Baru tentang doa dan berdoa.[5]
Di sini Tuhan memberitahukan tentang
doa yang sungguh atau doa yang sungguh diperkenankan Tuhan yang ditinjau dari
dua segi yaitu: segi pertama adalah segi negatifnya, yaitu agar janganlah
berdoa seperti orang yang suka berdoa di rumah-rumah ibadah dan dipersimpangan
jalan. Pada mulanya penulis membaca bagian ini tidak mengerti maksud Tuhan,
mengapa berdoa di rumah ibadah dan dipersimpangan jalan tidak boleh. Tuhan
bukan mempermasalahkan tempat doanya, melainkan motivasi doanya. Sengaja berdoa
di tempat-tempat ramai, maksudnya untuk dilihat orang, tujuan agar orang melihat,
lalu memuji dengan menyebut sebagai orang rohani, orang yang saleh dan
sebagainya. Dengan kata lain, doanya bukan untuk dilihat oleh Tuhan, melainkan
untuk dilihat oleh manusia; bukan untuk didengar oleh Tuhan, melainkan untuk
didengar oleh manusia. Bukan untuk mendapat pujian dari Tuhan, melainkan untuk
mendapatkan pujian manusia.
Yang kedua jangan bertele-tele. Yang dimaksud bertele-tele boleh juga berarti mengulang-ulang atau memperpanjang-panjang. Kecenderungan orang berdoa mengulang-ngulang karena kebiasaan; diperpanjang agar enak didengar dan sebagainya sehingga doanya bukan lagi bersungguh-sungguh pada Tuhan. Segi positifnya : waktu berdoa perlu di ketahui bahwa Tuhan Mahatau. Apapun isi doa bukan saja yang sudah disampaikan bahkan yang belumpun Tuhan sudah tahu. Kesadaran akan menolong agar doa bukan saja tidak munafik, tidak bertele-tele dan akan langsung disampaikan sesuai maksud yang sebenarnya. Doa Bapa Kami yang diajarkan, merupakan satu contoh konkret, bagaimana menyampaikan doa yang benar. Meskipun “Doa Bapa Kami” singkat dan tegas, tetapi sudah mengandung unsur yang berkaitan dengan ibadah, hidup dan kehidupan.[6] Bagaimana kita berdoa lebih penting daripada bagaimana atau di mana berdoa. Jika berdoa kepada yang benar dan berdoa dengan cara yang tepat, maka tidaklah penting apakah kita di dalam gedung, sedang berjalan atau sedang bekerja. Apa yang di dalam batin lebih penting daripada keadaan lingkungan. Ajaran Kristus tentang Doa yaitu berdoa seorang diri dan secara sederhana dan berdoa setiap waktu.[7]
Sikap pada waktu berdoa, “Tetapi jika
engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada
Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya.” Matius 6:6 dan Matius 18:19,20. Ketika Tuhan
Yesus mendengar pendapat perempuan Samaria, yang telah mendengar dari
nenek-moyangnya bahwa ada satu tempat yang khusus kemana orang pergi untuk
bersembahyang dan bahwa antara orang Samaria dan orang Yahudi tidak ada
persesuaian pendapat mengenai tempat untuk bersembahyang itu, lalu Tuhan Yesus
menerangkan kepadanya : “Percayalah KepadaKu, hai perempuan saatnya akan tiba,
bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu Menyembah apa yang tidak kamu kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa
Yahudi.” (Yoh. 4:21, 22). Demikian pula Tuhan Yesus inginkan dari
murid-muridNya agar tidak meniru teladan dan kebiasaan orang-orang kafir dalam
perjalanan agamanya.
Ada banyak orang yang amat bergantung
kepada orang lain dalam hal doa-doanya, dalam perjanjian baru tidak mengenal
jabatan imam-imam. Yang khusus dilayani oleh orang-orang tertentu, seperti
halnya dalam jabatan bani Israel yang ditugaskan khusus kepada suku Lewi.
Tiap-tiap anak Allah adalah imam-imam dan berhak mengerjakan pekerjaan sembahyang
atau berdoa. Petrus menerangkan bahwa “Kamu . . . . . . . . . . . imamat yang
rajani” (1 Petrus 2:9). Mengucap syukur bahwa tidak tergantung kepada manusia
atau tempat untuk dapat berdoa, karena Rohulkudus dalam hal perhubungan antara
manusia dengan Bapa didalam Surga.
Tuhan Yesus berkata bahwa mempunyai
satu Bapa yang tidak kelihatan oleh mata manusia, tetapi yang melihat dan
mengetahui perbuatan yang sekalipun tidak dilihat oleh mata manusia lainnya.
Hendaklah memegang prinsip ini, supaya akan merasa bebas untuk mengadakan
perhubungan melalui doa itu dengan Tuhan, dimana saja berada. Sikap yang tepat
adalah sikap itu yang menggambarkan sifat atau keadaan hati. Hati yang
terpenting dalam doa. Keadaan hati seorang yang sedang susah atau menderita
dengan sendirinya akan menggerakkan orang itu kepada sikap berlutut akan
merendahkan diri dihadapan Tuhan dan memohon pertolongan daripadaNya.
Ada beberapa orang yang jatuh dibawah
kaki Yesus serta memohon pertolongan Tuhan, karena keadaannya yang sangat gawat
atau mendesak. Hendak anjurkan agar berlutut, bila berdoa di rumah, di dalam
kamar, mula-mula memang sukar untuk melakukannya. Sehingga tidak tahan berdoa
lama, ada orang yang memakai bantal untuk menahan lututnya. Dalam Alkitab
istimewa dalam Perjanjian Lama orang yang tersungkur dengan muka sampai ke bumi
pada waktu berdoa kepada Tuhan. ada orang-orang yang berdoa dalam sikap duduk
bahkan dengan memangku kaki. Mungkin menurut kebiasaan dan adat hal demikian
umum dan tidak menunjukan kepada sikap angkuh. Kembali kepada prinsip yang
terpenting dan yang dilihat dan diperhatikan Tuhan yaitu hatinya pada waktu
berdoa.
Apakah harus berdoa dengan suara nyaring atau tanpa suara, ini merupakan suatu pertanyaan bagi banyak orang. Mengucap syukur bahwa doa bukan bergantung kepada suara manusia, melainkan kepada suara hati. Bilamana datang dihadapan Tuhan sebaiknya menyatakan segala keinginan hati, baik dengan suara terdengar atau dengan diam-diam, karena Tuhan selalu dapat mengetahui dan menangkapnya. Itulah suatu perhubungan yang ajaib sekali antara dengan Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus. Berdoa bersama-sama, bilamana dua orang atau lebih berdoa bersama-sama. Baik di dalam rumah tinggal ataupun di gedung gereja atau di tempat lainnya, hendaklah diperhatikan penjelasan yang Tuhan Yesus berikan, kataNya: “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga.” (Mat. 18:19).
Seringkali
tidak perhatikan kondisi tersebut pada waktu berdoa bersama-sama. Tuhan
menunjuk kepada “Sepakat meminta apapun juga.” Hal ini berarti, bahwa bila ada
lebih dari satu orang yang mempunyai keyakinan dan iman yang sama tentang
barang atau hal yang hendak di doakan, bahwa hal itu adalah seturut dengan
kehendak Allah atas dasar pimpinan Roh Kudus yang meyakinkan soal itu. Maka
bersama-sama akan merupakan pemohonan-pemohonan yang kuat untuk satu hal itu.
Bilamana orang-orang yang berdoa bersama-sama itu tidak ada dalam kondisi hati
yang demikian, maka doa bersama tidak dapat; dikategorikan sebagai doa sebagai
doa bersama dalam pengertian Tuhan Yesus.[8]
KESIMPULAN
Setiap orang dapat berdoa dan wajib
berdoa. Tuhan Yesus menerangkan bahwa orang yang hendak berdoa seorang diri,
baiklah memperhatikan tempat dimana harus berdoa. Bukan ditempat umum agar dilihat manusia dan agar dipuji
orang, melainkan masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kalau hendak berdoa
kepada Bapa Surgawi-Nya. Tempat yang tertutup bahkan yang terkunci, dimaksudkan
agar persekutuan Dengan Bapa tidak terganggu. Sekalipun demikian hal itu bukan
berarti bahwa kita tiap kali harus berada dalam kamar tertutup untuk dapat
berdoa. Di semua tempat dapat berdoa, asal jangan melakukan tugas itu untuk
pertunjukkan se-mata-mata. Sikap berdoa juga bukan identik dengan lipat tangan,
tutup mata tetapi bagaimana orang berdoa dengan hati yang sungguh-sungguh
meskipun hanya diucapkan dalam hati. Apabila sungguh-sungguh percaya akan kuasa
Tuhan maka apapun yang kita ucapkan dalam doa menjadi berkat dan berkenan
dihadapan Tuhan sehingga doa itu
memiliki kuasa yang ajaib.
Sikap pada waktu berdoa, “Tetapi jika
engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada
Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya” (Mat. 6:6). (By. HAW)
[1] J.L.Ch. Abineno, Doa Menurut kesaksian Perjanjian Baru (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2017), 104.
[2] E. M. Bounds, Daya jangkau Doa (Jakarta: Yayasan Pekabaran
Injil “Immanuel”, 1994), 31-43.
[3] Elemer L. Towns, Doa tanpa kata (Malang: Gandum Mas,
2010),
[4] J.L.Ch. Abineno, Doa Menurut kesaksian Perjanjian Baru (Jakarta:
Gunung Mulia, 2017), 102-105.
[5] Ibid, 101.
[6] Paulus Daun, “5 Menit di Hadirat Allah” (Manado :
Yayasan Daun Family, 1998), 43-44.
[7] “Doa Sekolah” Berdoa kepada Siapa (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1995), 14-15.
[8] Nehemiah Mimery, Rahasia tentang Doa (tnp tempat : Mimery
Press, 1969), 74-78.
Post a Comment for " Sikap Doa yang Berkenan di Hadapan Tuhan"