Janji Setia Allah dalam Kitab Yosua

Janji setia Allah
Janji setia Allah

 

Janji Setia Allah dalam Kitab Yosua dan Relevansinya Bagi Orang Kristen Masa Kini


ABSTRAK


Kitab Yosua merupakan kitab yang pertama dan terkemuka yang berisi penuturan sejarah mengenai bagaimana Allah setia menepati janji-Nya untuk membawa umat-Nya ke tanah perjanjian. Tema tersebut dapat ditemukan dalam Yosua 1:11: “Menduduki negeri yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu…” Dalam Kitab Yosua mengajarkan bahwa Allah setia menepati janji-Nya. Allah telah menjanjikan tanah tersebut kepada Musa (Kel. 6:4) dan berjanji bahwa Yosua akan memimpin bangsanya memasuki tanah perjanjian tersebut (Ul. 3:27,28). Yosua merupakan penggenap Ulangan 11:22-25 (Lihat Mzm. 18:30, Yos. 23:14). Yosua adalah orang kepercayaan Musa sehingga beberapa kali Yosua dipercayakan untuk melakukan beberapa tugas penting seperti mengintai tanah Kanaan yang akan dimasuki orang Israel (Bil. 13). Yosua Akhirnya dipilih oleh Allah untuk menggantikan Musa memimpin orang Israel masuk ke tanah Kanaan/Tanah Perjanjian (Ul. 31:1-8). Walaupun Yosua merupakan sebuah Kitab Sejarah, isinya banyak berbicara juga bagi orang Kristen masa kini. Dalam Ibrani 4:1-11 menunjukan bahwa Kitab Yosua dimaksudkan sebagai sarana untuk memberi semangat kepada orang Kristen, sehingga tidak kehilangan apa yang sebetulnya ingin Allah berikan. Meskipun Kitab Yosua berbicara mengenai peperangan dan daerah geografis, namun orang Kristen masa kini dapat menerapkan prinsip-prinsip yang dipakai Allah pada masa sebelumnya dalam menghadapi peperangan rohani yang sedang dihadapi saat ini.

Kata kunci: Allah, Setia, Janji, Kitab Yosua.

 

PENDAHULUAN

            Bangsa Israel terbentuk menjadi sebuah bangsa diawali dengan adanya panggilan Allah kepada Abraham. Allah menghendaki Israel yang hadir sebagai bangsa tersebut akan memberikan model bagi bangsa-bangsa disekitarnya sehingga bangsa yang disekitarnya akan mengenal Allah Israel yang sesungguhnya dan menghidupi model yang takut akan Allah. Dengan kata lain, Israel karena inisiatif Allah dan karena Allah ingin menggenapi rencana-Nya bagi dunia. Sejarah mencatat bahwa bangsa Israel adalah sebuah bangsa yang selalu menghadapi peperangan dari bangsa-bangsa disekitarnya, tetapi bangsa Israel tidak pernah hancur dan berakhir. Mengapa? Karena sebagai bangsa, Israel hadir untuk menggenapi rencana Allah yang kekal sampai kedatangan-Nya yang kedua kali. Allah berjanji akan memberikan Tanah Kanaan kepada bangsa Israel. Sehingga tanah Kanaan disebut juga dengan “Tanah Perjanjian”. Kanaan adalah tempat atau lokasi yang dijanjikan Allah untuk diberikan kepada Abraham dan keturunannya/Bangsa Israel (lih. Kej. 9:22-27). Kanaan merupakan negeri yang sudah memiliki sistem dan terorganisasi dengan baik. Tanah Kanaan dikuasai oleh Mesir dengan mengangkat pemimpin lokal. Catatan-catatan Mesir dan berbagai penemuan arkelogi menggambarkan Kanaan sebagai suatu negara (kota) yang padat populasinya, terutama di daerah pusat bagian-bagian yang paling subur.[1] Allah tetap setia menepati janji-nya kepada bangsa Israel. Oleh karena itu, dalam Kitab Yosua menceritakan perjalanan orang Israel menyeberangi Sungai Yordan menuju ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan Allah dengan bersumpah kepada nenek moyang Israel (Yos. 1-5). Kitab Yosua juga mengisahkan kepemimpinan Yosua dalam memimpin umat Israel dan penaklukan terhadap 31 raja yang ada di wilayah tersebut (Yos. 6-12). Selain itu, kitab Yosua juga mencatat tentang pembagian tanah atas daerah-daerah yang direbut kepada suku-suku Israel (Yos. 13-24).[2]

 

BANGSA ISRAEL MEMASUKI TANAH KANAAN
SEBAGAI BUKTI KESETIAAN ALLAH MENEPATI JANJINYA
(Pasal 1-5)

1)      Yosua Menerima Tugas (Pasal 1)

            Kitab Yosua melanjutkan berita tentang sejarah umat Israel, sebagaimana sejarah tersebut diceritakan dalam kitab-kitab Musa. Kitab Ulangan berakhir dengan kematian Musa, sekarang Kitab Yosua meneruskan ceritanya (Ul. 34:5,9). Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya melainkan Dia tetap setia menepati janji-Nya dan menyertai umat-Nya dengan berfirman kepada Yosua bin Nun dari suku Efraim (Bil. 13:8). Yosua sudah ditunjuk sebagai pengganti Musa dalam Bilangan 27:18-23. Akan tetapi, di sini Yosua belum diberi nama hamba Tuhan, seperti Musa sendiri. Yosua hanya disebut abdi Musa atau pelayan Musa. Baru sesudah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, Yosua pun diberi nama hamba Tuhan (Yos. 24:29).[3]

            Waktu kematian Musa dan perebutan tanah perjanjian oleh Yosua dapat ditentukan kira-kira tahun 1.200 SM. Namun Tuhan atau dalam bahasa Ibrani YHWH (dengan huruf-huruf hidup mungkin sekali harus diucapkan Yahweh) adalah nama Allah yang bersekutu dengan umat Israel (tentang artinya, lihat Kel. 3:13, 14; 6:2-7). Nama Yosua (bahasa Ibrani: Yehosyua) berarti “Tuhan (Yahweh) adalah keselamatan”, Dalam bahasa Yunani, nama tersebut diberi bentuk “Yesus”.

             Dalam Pasal 1:2, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk menyeberangi Sungai Yordan. Sebab itu bersiaplah sekarang karena Musa sendiri tidak diperkenankan oleh TUHAN membawa umat Israel masuk ke tanah suci (Bil. 20:12; Ul. 34:4). Dalam ayat tersebut tidak ada soal perebutan tanah suci dengan kekerasan. Tuhan akan memberikan atau menurut teks asli: seakan-akan Tuhan menunjukkan Sungai Yordan itu kepada Yosua. Yosua segera mulai untuk mempersiapkan penyeberangan Sungai Yordan. Rintangan pertama adalah kota Yerikho kuno yang berbenteng kuat, tidak jauh dari sungai tersebut.[4] (Pasal 1:3,4) Sebenarnya Tuhan sudah memberikan tanah atau negeri tersebut kepada umat Israel, seperti yang telah difirmankan-Nya kepada Musa; Bangsa Isarel tinggal menginjak tanah tersebut. Dalam ayat 4 batas-batas tanah diberikan Tuhan tersebut ditentukan dengan luas sekali: dari padang gurun, tempat Yosua dan bangsa Israel berada pada waktu itu; jadi padang gurun, di sebelah tenggara tanah Kanaan, sampai ke sungai Efrat, yang jauh disebelah utara dan sampai ke Laut Besar, yaitu Laut Tengah di debelah barat dan termasuk Gunung Libanon; (nama tersebut meliputi pegunungan yang disebut Libanon dan Antilibanon oleh orang Yunani). Batas-batas daerah tersebut kira-kira bertepatan dengan batas-batas Kerajaan Israel Raya pada zaman Daud dan Salomo. Tanah suci sendiri merupakan intinya, tetapi daerah-daerah di sekitar inti tersebut diberikan kepada umat Israel, asalkan umat Israel melangkahkan kaki ke sana. Daerah tersebut diberi nama seluruh tanah orang Het. Pusat kerajaan Het ada di Asia Kecil (sampai kira-kira 1200 SM, kemudian lenyap), tetapi ada banyak orang Het yang tersebar di Asia Barat Daya pada waktu itu. Nama bangsa Het mewakili semua bangsa kafir di negeri tersebut. Walaupun negeri tersebut diduduki bangsa-bangsa kafir, semuanya itu akan menjadi daerahmu.[5]

            Dalam pasal 1:5-6 sesudah tanah suci disebut tanah kepunyaan orang Het, timbul pertanyaan, “Bagaimanakah umat Israel dapat menduduki tanah yang dikuasai bangsa lain?” Tuhan kemudian menerangkan: bangsa kafir itu tidaka akan dapat bertahan menghadapi Yosua. Seumur hidupnya Yosua akan menang. Mengapa? Karena Tuhan menyertai Yosua, seperti dahulu Tuhan menyertai Musa (bnd. Ul. 31:6-8). Immanuel! Tuhan menyertai Yosua dan umat Israel yang dipimpin Yosua. Akan tetapi, Yosua harus bersikap kuat dan teguh. Anjuran tersebut diulangi sampai empat kali dalam bagian tersbut (ayat 6, 7, 9 dan 18). Yang dituntut oleh Tuhan di sini bukan suatu keberanian menurut kodrat manusia, melainkan suatu kepercayaan penuh terhadap janji-janji Tuhan. Jikalau Yosua kecut dan tawar hati (ayat 9) hal tersebut berarti bahwa ia kurang percaya akan firman Tuhan. Ada dasar yang kuat bagi Yosua untuk percaya kepada Tuhan karena Yosua diangkat oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel memiliki negeri yang suci tersebut. Di bawah dasar tersbut terletaklah dasar yang lebih kuat lagi, yaitu janji Tuhan dengan bersumpah untuk memberikan negeri tersebut kepada nenek moyang bangsa Israel (lih. Kej. 15:18; 24:7; Kel. 32:13). Janji dengan bersumpah: pada hakikatnya janji Tuhan sudah cukup kuat, tetapi Tuhan berkenan menguatkan janji-Nya  dengan bersumpah supaya lebih kuat lagi (bnd. Ibr. 6: 13-18).

            Dalam pasal 1:7-8, Yosua dapat menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan dengan menjalankan seluruh hukum yang sudah diperintahkan kepadanya oleh Musa. Kata “seluruh hukum” atau “seluruh Taurat” mungkin sekali suatu sisipan karena tidak terdapat dalam LXX. Jadi, menurut maksudnya yang mula-mula, Yosua harus menepati semua perintah Musa. Akan tetapi, kemudian perintah Musa tersebut disamakan dengan hukum Taurat, bahkan dalam ayat 8 disamakan dengan kitab Taurat. Pada zaman Yosua sudah barang tentu belum ada Kitab Taurat. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa pengarang atau redaktur Kitab Yosua mengingat publiknya, yaitu bangsa Israel pada zaman raja-raja dan zaman Pembuangan. Perintah Tuhan kepada Yosua adalah perintah Tuhan kepada umat Israel! Dan Yosua menjadi contoh untuk umat Israel. Yosua harus berlaku sesuai segalah petunjuk hukum Taurat dan tidak boleh menyimpang (ayat 7), bahkan janganlah ia lupa memperkatakan kitab Taurat tersebut, yakni dalam segala perkataannya harus selalu ia memegangnya dan harus ia renungkan siang dan malam. Ingatlah akan gambaran orang benar dalam Mazmur 1:2. Kalau Yosua bertindak begitu, pastilah dirinya akan berhasil dalam perjalanannya. Isi ayat 8 hampir sama dengan ayat 7. Mungkin juga redaktur yang menyisipkan perkataan “seluruh Taurat” dalam ayat itu, menambahkan pula ayat 8. Bagaimanapun, maksudnya jelas: Yosua dan bangsa Israel pada zaman dahulu dan di kemudian hari harus meneguhkan hatri dengan jalan menepati petunjuk-petunjuk Tuarat Musa. Taurat tersebut harus dijalankan dengan perkataan, pikiran dan tindakan.

            Dalam pasal 1:9 sekali lagi diulangi perintah supaya Yosua berhati kuat dan teguh dan jangalah ia takut. Begitu juga diulangi jaminan bahwa Tuhan Allah akan menyertai Yosua. Jaminan itulah kata terakhir dari Firman Tuhan. Dalam 1:10-11, tanpa ragu-ragu sedikit pun Yosua menjalankan perintah Tuhan. Perintah tersebut diteruskan pada bangsa Israel melalui pengatur-pengatur pasukan bangsa tersebut atau pegawai-pegawai atau juga penilik-penilik. Menurut keterangan Yosua tiga hari sudah cukup untuk meneyediakan bekal. Tidak akan terjadi perjalanan yang sukar atau perang yang hebat, hanya operasi-operasi yang ringan dalam menduduki negeri suci karena negeri tersebut akan diberikan (atau sedang diberikan, bnd. Ayat 2) oleh Tuhan kepada umat-Nya.

            Dalam pasal 1:12, sesudah Yosua memberi perintah kepada seluruh bangsa Israel untuk bersiap-siap menyeberangi Sungai Yordan, kemudian Yosua berkata khusus kepada orang Ruben, orang Gad dan suku Manasye yang setengah tersebut. Dua setengah suku tersebut dahulu diberi izin oleh nabi Musa untuk menetap di sebelah timur Sungai Yordan, tetapi dengan syarat orang-orang tersebut harus ikut serta dengan suku-suku lain untuk merebut tanah perjanjian. (Bil. 32). Kemudian dalam pasal 1:13-15, Yosua mengingatkan kedua setengah suku tersebut akan perintah Musa. TUHAN sudah mengaruniakan keamanan kepada mereka, mendahului suku-suku lain (lih. Yos. 21:43-45) dan sudah memberikan tanah diseberang Sungai Yordan kepada mereka. Perkataan diseberang sungai Yordan (ayat 14 dan 15), di sebelah matahari terbit atau dengan kata lain, di sebelah timur sungai Yordan, dilihat dari sudut pandang pengarang, bukan dari sudut Yosua karena Yosua pada waktu itu belum menyeberangi Sungai Yordan masuk ke tanah perjanjian di sebelah barat sungai tersebut. Perempuan dan anak-anak boleh tinggal di tempatnya, tetapi semua orang yang berlatih untuk berperang dengan bersenjata lengkap haruslah ikut menyeberangi Sungai Yordan, bahkan orang-orang tersebut harus menyeberang di depan saudara-saudara mereka. Barulah sesudah suku-suku lain juga dikaruniai keamanan, kedua setengah suku tersebut boleh pulang dan menetap dalam negerinya sendiri. Tanah suci seluruhnya adalah karunia Tuhan kepada umat Israel seluruhnya.[6]

            Dalam ayat-ayat tersebut sekali lagi dapat dilihat bahwa tindakan Tuhan yang mengaruniakan tanah suci dan tindakan umat Israel, yang harus memperjuangkannya. Dalam pasal 1:16-18, dari pihak suku Ruben, suku Gad dan suku Manasye yang setengah tersebut ada kesediaan tanpa ragu-ragu untuk mentaati perintah Yosua. Seperti perintah Musah dahulu, demikianlah perintah Yosua umat Israel terima sebagi perintah Tuhan sendiri; tiap orang yang tidak mendengarkan perkataan Yosua, patut dihukum mati (bnd. Ul. 17:21). Dilain pihak, kedua setengah suku tersebut mendoakan Yosua supaya ia selalu disertai Tuhan (ayat 17b) dan suku tersebut juga berseru supaya Yosua sendiri juga berhati kuat dan teguh (ayat 18b, lihat ayat 6).


2)      Menyiasiati Yerikho

            Yosua menyuruh 2 orang pengintai ke Yerikho. Karena Yerikho merupakan banteng pertahanan wilayah tengah negeri Kanaan.[7] Tidak diketahui dengan pasti letaknya, tetapi jelaslah tempat tersebut di sebelah timur Sungai Yordan. Kota Yerikho meguasai tempat masuk tanah suci, yang melalui Sungai Yordan di sebelah utara Laut Mati. Kalau Yosua berhasil merebut kota tersebut, pintu untuk masuk ke tanah suci sudah terbuka lebar. Di antara kota Yerikho dan Sungai Yordan terletak Gilgal (lih. Yos. 4:19). Yosua mengutus dua pengintai dengan diam-diam. Rasanya Yosua teringat akan kedua belas pengntai, yang pernah disuruh Musa (Bil. 13), tetapi pengintaian tersebut justru membingungkan umat Israel. Pada waktu itu Yosua sendiri juga ikut. Demi menghadiri terulangnya peristiwa tersebut, sekarang dua pengintai diutus dengan diam-diam. Menurut pasal 1, hati Yosua diteguhkan oleh Firman Tuhan dan kesediaan umat Israel seluruhnya, sekarang diteguhkan lagi oleh berita tentang ketakutan bangsa Kanaan. Umat Tuhan tidak usah takut untuk memasuki kerajaan Tuhan. Musuh-musuh, bagaimanapun kuatnya dan banyaknya, tidak berdaya apa-apa mengahadapi kekuatan Tuhan.


3)      Menyeberangi Sungai Yordan

            Dua kali diberitakan bahwa bangsa Israel sudah selesai menyeberangi Sungai Yordan (3:17 dan 4:1, 4:10, 11) dan dua kali juga tabut Tuhan naik dari sungai tersebut (4:11; 4:15-18). Hal tersebut menunjukkan bahwa Tuhan membuka pintu-masuk tanah Kanaan sehingga umat Tuhan dapat memasuki tanpa rintangan. Dalam tradisi bangsa Israel, penyeberangan Sungai Yordan adalah hal yang penting sekali, walaupun kalah pentingnya dengan keluaran dari Mesir. Penyeberangan digambarkan sebagai tindakan Tuhan semata-mata, bangsa Israel sendiri tidak berjasa apa pun, kecuali percaya dan menerima. Memang begitulah sifat kerajaan Allah, yaitu suatu karunia yang dibuka pintu masuknya oleh Allah sendiri. Sering kita temukan gambaran seakan-akan Sungai Yordan mengibaratkan sungai maut, yang harus diseberangi orang sebelum masuk ke surge. Akan tetapi, gambaran tersebut tidak tepat. Tanah Kanaan tidak mengibaratkan surga, tetapi Kerajaan Allah pada zaman Perjanjian Baru. Sungai Yordan (dan Laut Kolzom dahulu) lebih dekat dengan air batisan daripada sungai maut!. Keajaiban Tuhan bukanlah hanya peristiwa saman lampau, melainkan juga selalu harus diperingati umat Tuhan dan diberitakan angakatn tua kepada angakatan muda supaya umat Tuhan yang kuat tangan-Nya.


4)      Mendirikan Peringatan

            Batu-batu di sungai Yordan merupakan kesaksian iman tentang kuasa dan kesetiaan Tuhan. Harus ada 2 batu peringatan. Satu, sebelah barat sungai Yordan (4:3) dan satu lagi di dalam sungai itu sendiri (4:9). Masing-masing terdiri dari 12 batu besar yang merupakan lambang ke-12 suku Isarel. Kedua peringatan tersebut mengandung arti simbolis. Keduanya menyaksikan bagaimana Tuhan memimpin umat-Nya melalui sungai dan masuk ke tempat yang berkelimpahan berkat. Perkataan “melalui” dua artinya, yaitu masuk dan keluar. Bila sudah masuk dan keluar, baru boleh disebut melalui. Jadi kedua peringatan tersebut menyaksikan tentang dua kejadian: masuk ke dalam Sungai Yordan dan keluar dari dalamnya. Israel benar-benar telah sampai ke dasar Yordan, sebab kalau bukan demikian, bagaimana tiang batu yang besar tersebut dapat berada di tengah-tengah sungai? Israel benar-benar telah keluar dari Yordan dan masuk Kanaan. Itulah sebabnya mengapa batu-batu peringatan didirikan di Gilgal. [8]


5)      Menduduki Gilgal

            Bangsa Israel diperintahkan bersunat sebagai materai perjanjian Tuhan dengan umat-Nya. Setiap orang Israel harus mempunyai tanda pada tubuh-Nya, yang telah menyatakan bahwa ia telah diasingkan bagi Tuhan. Meskipun kepbanyakan lambang tidak diterangkan artinya kepada orang Israel, namun mengenai persunatan tidak demikian halnya. Musa telah menerangkan artinya demikian, “Sunatlah hatimu dan janglah lagi kamu tegar tengkuk” (Ul. 10:16), “Dan Tuhan Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engaku mengasihi TUHAN, Allah-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu” (Ul. 30:6). Keterangan yang lebih jelas mengenai sunat dipaparkan dalam Kol 2:11-13, di mana dikatakan bahwa sunat ialah “penanggalan akan tubuh yang berdosa”. Berarti nafsu dan keinginan daging yang masih melekat pada jiwa seseorang yang sedang ditempa dan dibentuk oleh Tuha, harus disunat.

            Pengalaman di Yordan harus pula disusul dengan pengalaman lain di Gilgal, karena pengalaman Yordan belum cukup. Israel harus memiliki tanda yang kekal pada tubuhnya selaku tanda bahwa umat tersebut di asingkan bagi Tuhan. Sesudah orang Israel bersunat di Gilgal, umat tersebut merayakan paskah dan hal tersebut berarti masuk ke dalam persekutuan baru dengan Tuhan (5:10). Sesudah itu makanan orang Isarel diganti, dari manna menjadi lazim terdapat di negeri Kanaan (5:12). Manna di padang gurun dan roti di Kanaan, kedua-duanya merupakan lambang Tuhan Yesus. Tuhan Yesus akan menjadi manna dan roti bagi jiwa kita sesuai keadaan rohani umat-Nya. Tuhan Yesus baru dapat menjadi roti yang indah (hasil Tanah Perjanjian) bagi umat-Nya, apabila umat-Nya telah menyeberangi Yordan dan telah diasingkan bener-benar bagi Dia.

 

MENAKLUKKAN TANAH KANAAN
SEBAGAI BUKTI KESETIAAN ALLAH MENEPATI JANJINYA
(Pasal 6-12)

1)      Kejatuhan Yerikho

            Sesudah bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan, bangsa tersebut menghadapi kota Yerikho yang mempunyai kedudukan kunci karena menguasai jalan naik dari Lembah Yordan ke Pegunungan Yehuda dan Efraim. Kota tersebut merupakan banteng yang kuat sekali.[9]

            Kota Yerikho adalah banteng perlawanan yang paling kuat, yang dihadapi umat Tuhan dalam menduduki tanah suci. Secara manusiawi tidak ada harapan untuk merobohkan kota tersebut. Akan tetapi, Tuhan sendiri bertindak dengan setia, dan dari pihak bangsa Israel hanya dituntut supaya percaya. Perjuangan Tuhan memakai bentuk pesta liturgis untuk bangsa Israel. Orang percaya tidak usah takut terhadap perlawanan yang menentang Kerajaan Allah. Tuhan sendiri sudah bertindak dan akan bertindak lagi. Akhirnya perlawanan tersebut akan dilenyapkan. Keterangan dalam Wahyu 18 mengenai jatuhnya kota Babel yang besar tersebut boleh dibandingkan dengan jatuhnya kota Yerikho dalam Yosua 6.[10] Disebut sebagai kemenangan besar karena dengan sekali pukul negeri Yerikho hancur rata dengan tanah, sedang pada pihak Israel tidak terdapat kerugian apa pun dan tidak seorang pun yang gugur.[11]


2)      Dosa Akhan

            Tidak berapa lama setelah Yerikho jatuh, orang Israel mengalami kekalahan. Meskipun keadaan dapat segera dipulihkan kembali, namun telah menelan banyak korban. Bukan karena iman orang Israel telah hilang, melainkan iman orang Israel telah dilumpuhkan oleh kompromi yang orang Isarel telah lakukan secara diam-diam. Orang Israel dikalahkan dan melarikan diri. Sebanyak 36 orang menjadi korban. Selama 7 tahun masa peperangan, baru sekali bangsa Israel mengalami kekalahan. Penyebab kekalahan tersebut diutarakan secara mencolok sehingga menjadi pengajaran bagi orang Israel. Tali persekutuan yang menhubungkan Allah dengan Israel terputus karena orang Israel “menga,bil barang-barang yang dikhususkan” (Yos. 22.20). Hal tersebut mengakibatkan aliran kuasa Tuhan berhenti. Mula-mula bangsa Israel cenderung menyalahkan Tuhan daripada mawas diri. Tapi segera kejahatan bangsa tersebut terbongkar. Setelah ada pengakuan, pengkhianat pu dihukum. Barang yang diambil Akhan tidak seberapa nilainya, tapi mengambil yang telah dilarang oleh Allah adalah kejahatan rohani yang besar. Itu berate berkompromi dengan perbuatan yang terlarang. Tentu Allah berduka bahwa Ia terpaksa mengizinkan orang Ai mengalahkan orang Israel. Umat Tuhan harus belajar melalui kesakitan dan penderitaan, bahwa setiap dosa harus mendapat hukuman dan harus ditinggalkan sebelum orang Israel dapat maju lagi, demi kesucian nama Tuhan. Setiap kekalahan yang dialami di negeri karunia tersebut adalah akibat kesalahan dalam diri sendiri. Kesalahan demikian tidak terjadi begitu saja. Tuhan Yesus, pemimpin besar orang percaya, lebih berduka dari pada diri kita karena perbuatan dosa kita., karena kompromi dengan dosa berarti pemutusan tali persekutuan dengan Tuhan dan akibatnya ialah iman dilumpuhkan.[12]

            Suatu penyelewangan pada permulaan masa baru adalah berat karena dapat mempunyai pengaruh yang jauh sekali. Demikian pula dosa Akhan: baru saja umat Israel menginjak tanah suci dan baru saja Tuhan berbuat keajaiban besar, lalu Akhan melanggar perjanjian Tuhan.


3)      Menumpaskan Kota Ai

            Dalam berita tentang perebutan negeri suci, hanya tentang dua kota yang ceritanya dipanjanglebarkan, yaitu kota Yerikho dan Ai, Tentang Yerikho, kota tersebut merupakan kota kunci dan ibarat pertentangan orang-orang kafir terhadap Tuhan. Tentang Ai, kota tersebut diberitakan dengan panjang lebar karena harus jelas bahwa perjuangan dalam Kerajaan Allah hanya berjalan baik jika orang-orang percaya menyerahkan diri serratus persen kepada pimpinan Tuhan. Jika orang percaya memakai jalannya dan siasat sendiri, pastilah ia akan mengalami kegagalan. (Yos. 7:2-5). Dalam pasal 8, Yosua mengikuti perintah-perintah Tuhan dengan teliti. Alhasil, Tuhan menyerahkan kota Ai ke dalam tangannya. Bangsa Israel harus bergerak, tetapi yang membuat orang Israel menang jelas Tuhan sendiri. Pasal 8 meneceritakan iman yang dikuatkan kembali dan maju untuk mendapatkan kemenangan lagi seperti semula. Pengakuan dasa telah diadakan dan hukuman telah dijatuhkan. Sekarang tali persekutuan dipulihkan kembali dan kuasa Tuhan mulai lagi mengalir. Pemimpin yang tidak kelihatan berfirman kepada Yosua, “Janganlah takut dan jangalah tawar hati; bawalah seluruh tantara dan bersiaplah majulah ke Ai. Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya” (Yos. 8:1). Inilah yang merupakan lambang iman yang dipulihkan kembali sesudah penghukuman diri sendiri.[13]


4)    Tipuan Orang Gibeon

      Dalam cerita Akhan, bangsa Israel mengalami penyelewangan dari dalam. Dalam cerita mengenai bangsa Gibeon, bangsa Israel mengalami penyelundupan atau infiltrasi dari luar. Dalam hal tersebut, perjuangan bangsa Israel menjadi contoh semua perjuangan dalam Kerajaan Allah. Jika cerita Akhan ada kesamaannya dengan cerita tentang Ananias dan Safira (Kis. 5:1-11), cerita tersebut ada kesamannya dengan cerita mengenai Simon Magus (Kis. 8:9-25). Dosa Israel sendiri yang membuka pimtu untuk infiltrasi tersebut. Israel tidak mempergunakan senjata yang cukup kua, yaitu Firman Tuhan. Akan tetapi, sesudah dosa tersebut terlanjur terjadi, pemimpin-pemimpin Israel memilih jalan yang lurus. Para pemimpin tidak menutup atau mengatasi dosa dengan dosa yang baru, tetapi para pemimpin tersebut memikul konsekuensi dan membatasi pengaruhnya. Dengan jalan tersebut akhirnya Tuhan memakai dosa bangsa Israel untuk mendatangkan hal yang baik, yaitu bangsa Gibeon yang kafir tersebut mengikuti Tuhan dan menjadi suatu berkat untuk umat Tuhan (2 Sam. 21:3).[14]

            Tipuan orang Gibeon melambangkan tipuan Iblis. Orang Gibeon menyadari sepenuhnya bahwa mereka tidak sanggup melawan kuasa yang berada dibelakang orang Israel. Karena itu orang Gibeon melakukan tipu muslihat. Beberapa orang Gibeon mengenakan pakaian yang amat buruk dan berbuat seolah-olah orang Gibeon tersbut baru datang dari negeri yang sangat jauh. Dalam keadaan demikian orang Gibeon datang ke perkemahan orang Isarel dan berkata “Dari negeri yang sangat jauh hamba-hamba tersebut datang karena nama TUHAN, Allah-mu, sebab kami telah mendengar kabar tentang Dia, yakni segala yang dilakukan-Nya di Mesir…maka sekarang ikatlah perjanjian dengan kami” (Yos. 9:9,11). Ajarang yang amat penting dalam kejadian tersebut ialah, bahsa orang Israel tidak bertanya lebih dahulu kepada Tuhan (ay. 14). Selain kuas Roh untuk melawan musuh raksasa orang Kristen masa kini juga memerlukan hikmat Roh untuk melawan kelicikan tipu daya!. Iblis yang memakai perlengkapan bani enak lebih mudah dikalahkan daripada orang Gibeon yang datang menyamar dengan sikap meminta-minta. Tipu daya Iblis lebih berbahaya darpada serangannya secara terbuka. Iblis berbahaya dalam keadaan seperti “malaikat terang” (2 Kor. 11:14) daripada seperti “singa yang mengaum” (1 Pet 5:8). Perjanjian dengan orang-orang Kanaan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan jahat dan membahayakan iman orang Israel. Bukan karena orang Israel mundur daripada iman, melainkan iman orang Israel bisa lepas daripada yang melindunginya. Dengan demikian dalam pasal 9 menceritakan tentang iman yang terancam bahaya karena tidak terlebih dahulu bertanya kepada Tuhan.[15]


5)     Kekalahan raja-raja Kanaan

             Dalam pasal 10 dan 11 dapat dilihat siasat perang Yosua. Yosua membuat serangan pertama dan terlebih dahulu Yerikho dan Ai dengan maksud memberikan tikaman pada jantung Kanaan. Sesudah itu, Yosua memberikan tikaman pada bagian selatan (ps 10), kemudian memberikan pukulan pada bagian utara (ps 11). Siasat Yosua terdiri dari 3 siasat penyerbuan. Mula-mula maju ke pusat (6-9), lalu bergerak ke selatan (10) dan kemudian bergerak ke utara (11). Dalam pasal 12 terdapat daftar nama raja-raja dan kota-kota besar yang dikalahkan oleh Israel. Permusuhan di antara sesama bangsa-bangsa Kanaan dihentikan untuk mengahdapi musuh bersama, yaitu orang Israel. Bangsa-bangsa yang saling bermusuhan tersebut Bersatu mengahdapi Israel, musuh yang sangat ditakuti. Walaupun para bangsa tersebut mengadakan persekutuan dengan secepat-cepatnya, namun semua usaha bangsa tersebut menjadi sia-sia. Persekutuan musuh-musuh Israel memang kukuh, tapi tidak sanggup melawan kuasa Tuhan yang berada di tengah-tengah orang Israel. Maka, inilah kemenangan yang mengalahakan dunia yaitu, iman orang percaya (1 Yoh. 5:4). Allah tetap setia menepati janji-Nya kepada umat-Nya.

MENDUDUKI TANAH KANAAN
SEBAGAI BUKTI KESETIAAN ALLAH MENEPATI JANJINYA
(Pasal 13-24)

1)      Pembagian Tanah Kanaan

            Pasal 13-19, menceritakan pembagian menceritakan pembagian wilayah kepada segenap suku bangsa. Pendudukan dilakukan suku Ruben, Gad dan setengah dari suku Manasye di Gilead (pasal 13). Dalam pasal 14 diterangkan tentang penempatan Kaleb yang setia dan telah tua di Hebron. Pasal 18-19 menceritakan pendirian Kemah Suci di Silo, disambung dengan pembagian tanah melalui undian untuk 7 suku bangsa yang belum mendapat bagian. Hal tersebut merupakan lambang pahala iman. Keyakinan orang Israel bahwa tanah Kanaan dikaruniakan Tuhan sendiri kepada bangsa Israel, baik dalam keutuhannya maupun dalam bagian-bagiannya, merupakan unsur penting dalam kepercayaan umat Israel. Mempunyai milik pusaka di tanah suci menjadi jaminan bahwa orang Israel dilindungi dan diberkati Tuhan (ingat Nabot yang tidak mau menjual milik pusakanya kepada raja Ahab, 1 Raj. 21:3). Hal tersebut memang berubah sifatnya, sesudah Kerajaan Allah mulai melampaui batas-batas tanah Kanaan dan meliputi seluruh bumi. Namun, tiap-tiap orang percaya tetap diberi tempatnya dalam Kerajaan Allah sendiri. Tuhan memberikan tempat dalam tanah suci kepada umat Israel pada umumnya dan kepada tiap suku pada khususnya. Pemberian Tuhan merupakan suatu panggilan untuk bangsa Israel sendiri: bangsa Israel harus menerima karunia Tuhan tersebut (18:3). Hal tersebut berlaku dalam Kerajaan Allah sekarang: Tuhan memberi, maka umat-Nya harus mau menerima pemberian Tuhan tersebut. Dapat dilihat dari unsur lain dalam pasal-pasal tersebut, misalnya kesetiaan Tuhan harus dibalas oleh kesetiaan umat-Nya, begitu juga kesetiaan umat-Nya akan dibalas oleh kesetiaan Tuhan. Suku Simeon, yang pernah mendurhaka (Kej. 34), diberi bagian yang kecil saja, walaupun sebenarnya suku tersebut hidup di tengah-tengah suku lain, sehingga identitasnya sebagai suku lekas hilang. Sebaliknya, Yosua, hamba Tuhan yang setia tersebut, dianugerahi miliki pusaka yang istimewa sesuai janji Tuhan. Seluruh bagian tentang pembagian tanah suci tersebut memuat kabar yang menggembirakan, suatu injil yang sungguh-sungguh, yaitu Tuhan memberikan Kerajaan-Nya kepada umat-Nya dan Tuhan memberikan tempat kepada umat-Nya masing-masing dalam Kerajaan tersebut. Kemurahan dan kesetiaan Tuhan hendaknya disambut dengan kesetiaan umat-Nya terhadap Tuhan. [16]


2)      Kota-kota Perlindungan

            Ada 6 kota perlidungan; 3 di barat Sungai Yordan (Kadesy, Sihkem dan Hebron) dan 3 di timur sungai Yordan (Bezer, Ramot dan Golan). Enam kota tersebut termasuk dalam kota 48 kota yang diberikan kepada suku Lewi (Bil 35:6, 7). Maksud mengadakan kota-kota perlidungan diterangkan lebih jelas dalam Bil 35 dan Yos 20. Kota-kota tersebut disediakan selaku tempat berlindung bagi orang-orang yang berbuat kesalahan karena kekeliruan atau tidak disengaja. Banyak orang beriman dan setia akan binasa sekiranya tidak ada kota-kota perlindungan tersebut. Dalam hal tersebut Tuhan membedakan dosa dari kekeliruan. Orang yang paling suci sekalipun mungkin berbuat salah atau keliru. Tapi kekeliruan tidaklah menjadikan umat Allah kurang berlayak untuk menjalankan kehidupan yang beriman atau meniadakan hak untuk mewarisi Kerajaan Allah di dalam Kristus. Misalnya, tergerak oleh rasa kasih, seorang anak memnaskan sepatu ibunya yang basah kuyub di atas tungku, tapi akibatnya sepatu tersebut terbakar dan rusak. Perbuatan anak tersebut adalah kekeliruan dan anak tersebut tidak melakukan suatu dosa! Seseorang mungkin mempunyai hati yang baik walaupun otaknya tumpul. Kesucian mungkin terdapat dalam diri walaupun otaknya tumpul. Kesucian mungkin terdapat dalam diri seorang yang tidak pandai. Kenyataan seperti itu jangalah diabaikan dalam pergaulan hidup sehari-hari sebagai orang Kristen. Andai kata orang Kristen masa kini, tinggal di dalam negeri tersebut, tentunya juga akan banyak melakukan kesalahan tanpa menyadari, bahwa perbuatan tersebut adalah salah. Hukum Tuhan tidak dapat berbuat lain kecuali menuntut kesalahan tersebut. Tapi syukurlah bahwa dalam darah Kristus ada keampunan dan keselamatan. Kekhilafan, kesalahan karena tidak disengaja, semuanya dapat dibereskan oleh korban. Kristus sendirilah yang menjadi “Kota Perlindungan orang Kristen masa kini”. Dengan berpegang teguh kepada-Nya, umat-Nya beroleh perlindungan dan tertutuplah segalah kesalahan umat-Nya, sehingga umat-Nya dalam “Kanaan Rohani”. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana iman umat-Nya dilindungi.


3)      Mezbah Kesaksian

            Suatu mezbah yang lain di Israel! Telah dikatakan bahwa hanya ada satu mezbah saja, yaitu mezbah korban di kemah Suci yang terletak di Silo. Orang-orang yang mendirikan mezbah menerangkan, bahwa mezbah tersebut bukan merupakan tempat persembahan korban bagi persatuan anatar 21/2 suku di sebelah timur Sungai Yordan dengan suku-suku lainnya di sebelah barat sungai tersebut.


4)      Pelayanan Terakhir Yosua

            Yosua tidak menyembunyikan kekuatiran hatinya. Tujuh kali Yosua menyebut tentang bangsa penyembah berhala yang masih terdapat di tanah Kanaan. Yosua tahu bahwa penyembah berhalal tersebut merupakan perangkap bagi orang Israel. Itulah sebabnya Yosua memberikan 3 amanat guna memelihara kesejahteraan umat Allah[17]:

  •  Umat Allah harus berpegang teguh pada Firman Tuhan (23:6).
  • Umat Allah harus senantiasa waspada mengasingkan diri dari bangsa-bangsa Kanaan (23:7).
  • Umat Allah harus senantiasa berpaut pada Tuhan dengan kasih yang sesungguhnya (23:8-11).

 

KESIMPULAN

 

            Kitab Yosua mengajarkan bahwa Allah setia menepati janji-Nya. Allah telah menjanjikan tanah tersebut kepada Musa (Kel. 6:4) dan berjanji bahwa Yosua akan memimpin bangsa Israel memasuki tanah perjanjian (Ul. 3:27, 28). Yosua merupakan penggenap Ulangan 11:22-25 (lih. Mzm. 18:30, Yos. 23:14). [18] Bukti kesetiaan Allah dalam menepati janjinya dapat terlihat ketika:

1)   Bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan (Yosua 1-5).

2)   Bangsa Israel menaklukan Tanah Kanaan (Yosua 6-12).

3)   Bangsa Israel menduduki Tanah Kanaan (Yosua 13-24).

Pada zaman Yosua ada 3 macam amanat yang berguna untuk memelihara kesejahteraan umat Allah yaitu: harus berpegang teguh pada Firman Tuhan (23:6), harus senantiasa waspada mengasingkan diri dari bangsa-bangsa Kanaan (23:7) dan harus senantiasa berpaut pada Tuhan dengan kasih yang sesungguhnya (23:8-11). Demikian pula amanat tersebut masi berlaku bagi orang percaya masa kini karena:

1)   Pertama, orang percaya harus senantiasa berpegang teguh pada Firman Allah.

2)   Kedua, orang percaya harus senantiasa mengasingkan diri dari segalah sesuatu yang buruk atau jahat.

3)   Ketiga, orang percaya harus senantiasa berpaut pada Tuhan dengan kasih yang sepenuhnya.



                [1] Selveter M. Tacoy, Kamus Pintar Alkitab (Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 2012), 165.

                [2] Ibid, 415.

                [3] D. C. Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 13.

                [4] W.S. Lasor, Dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 280.

                [5] Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua, 14.

                [6]Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua, 17.

                [7] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), 245.

                [8]Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester, 247-248.

                [9] Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua, 45.

                [10] Ibid, 54.

                [11] Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester, 251.

                [12] Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester, 251.

                [13] Ibid, 251-252.

                [14] Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua, 88.

                [15] Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester, 252-253.

                [16] Mulder, Tafsiran Alkitab Kitab Yosua,175-176.

                [17] Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester, 263-264.

                [18] Jhon Balchin, dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Lama (Jakarta: Scripture Union Indonesia, 2014), 47.


Post a Comment for "Janji Setia Allah dalam Kitab Yosua"