Kitab Ayub 1:1-22
1. Pengantar dan Jenis Sastra Kitab Ayub Selain kitab
Pengkhotbah yang sulit dimengerti, kitab Ayub juga merupakan salah satu kitab
puisi yang memiliki kesulitan tersendiri untuk dapat dipahami. Kitab Ayub menyajikan
cerita tentang penderitaan yang dialami manusia. Dalam keadaanya, Ayub sendiri
mendorong terjadinya serangkaian percakapan yang ditulis dalam bentuk puisi.
Percakapan antara Ayub dan sahabat-sahabanya serta Tuhan ini berpusat pada
pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang sulit. Oleh karena penderitaan Ayub yang
sangat luar biasa,(2:13b) dan dalam hal kehilangan segala sesuatu, kitab ini
memusatkan perhatian terhadap pertanyaan: Mengapa seorang yang saleh dan setia
seperti Ayub harus menderita? Apakah semua penderitaan disebabkan oleh dosa
manusia? Apakah Tuhan juga yang menyebabkan manusia menderita? Pada intinya,
kitab Ayub juga sebenarnya mengajak para pembaca untuk menggumuli pertanyaan
yang demikian dengan tetap berpegang pada kuasa Tuhan dan cara-Nya yang penuh
rahasia itu memang di luar dari jangkauan pengertian manusia. Namun tetap
adanya tujuan yang Allah berikan atas seizin dan kehendak-Nya. Hal ini juga
menunjukkan fakta bahwa hanya Allah saja sumber segala hikmat, Allah yang maha
besar dan tidak ada yang menyelami pikiran Allah (Rm. 11:33-36). Dalam pasal
1:1-22 merupakan bentuk narasi dari Kitab Ayub. Dalam Alkitab Ibrani, Kitab
Ayub masuk dalam kelompok “Tulisan-tulisan” atau sastra “Hikmat.” Dengan
demikian jenis sastra dalam Kitab Ayub, lebih merujuk “Hikmat Spekulatif” yaitu
kitab yang mencari hikmat yang berjenis narasi (1:1-22). Secara khusus, ini
merupakan kitab yang berisi monolog, arti kehidupan dan juga masalah
penderitan, semua ini juga dapat ditemukan dalam Kitab Ayub.
2. Konteks Pasal 1:1-22 Dalam Ayub 1:1-22 hanya terdapat satu
perikop yaitu “Kesalehan Ayub dicoba,” (Menurut LAI). Namun dalam pasal 2:1-13
masih merupakan satu kesatuan dari pasal 1:1-22 yang disebut prolog atau
pendahuluan. Dalam New International Version (NIV), bahkan memiliki perbedaan
judul perikop yang lebih dirincikan yaitu dari 1:1-5 merupakan prologue; 1:6-22
merupakan Job’s First Test (Pencobaan yang pertama) dan 2:1-10 merupakan Job’s
Second Test (Pencobaan yang kedua) serta 2:11-13, Job’ s Three Friends (Sahabat-sahabat
Ayub). Dengan demikian, konteks 1:1-22 dan 2:1-13 masih merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena berkaitan dengan pendahuluan yaitu
terdapat perkenalan tentang siapakah Ayub, kemudian diikuti dengan pencobaan
Ayub yang pertama, kemudian adanya pencobaan yang kedua dengan segala
penderitaan yang Ayub alami. Hal ini menjadi lebih jelas ketika kita membaca
Kitab Ayub secara komprehensif dan lengkap agar memudahkan dan lebih memahami
bagaimana penderitaan Ayub dan akhir kehidupannya.
3. Penjelasan Susunan Struktur Pasal yang Diselidiki Secara
keseluruhan Kitab Ayub dapat disusun dalam struktur: I. Prolog/Pendahuluan
(1:1-2:1-13) II. Perdebatan (3:1-31:40) III. Monolog/Pidato Elihu (32:1-37:24)
IV. Pernyataan/Jawaban YAHWEH (38-41) V. Pertobatan Ayub (42:1-6) VI.
Epilog/Penutup (42:7-17). Namun secara khusus dalam Ayub 1:1-22 dapat memiliki
struktur yaitu: i. Prolog 1:1-5, yaitu merupakan isi prolog bahwa penderitaan
Ayub merupakan ujian terhadap kemurnian hati Ayub. Ujian itu dilakukan oleh
setan yang telah mendapat izin khusus dari Tuhan. ii. Pencobaan Ayub yang
pertama 1:6-19. iii. Kesalehan Ayub tetap ada 1:20-22. Dalam hal ini,
sebenarnya pendahuluan kitab Ayub bisa ditemukan gerakan yang silih berganti:
Ayub : ibaratnya semasa ia kaya (1:1-5). Iblis : dusta dan tipu dayanya
(1:6-19). Ayub : ibadatnya pada permulaan sengsaranya (1:20-22). Iblis : tipu
dayanya yang selanjutnya (2:1-8) Ayub : ibadatnya pada puncak sengsaranya
(2:9-13).
4. Eksegesis Ayub 1:1-22 1:1 Dalam ayat ini, terdapat
perkenalan tentang seorang tokoh yang bernama Ayub. Ayub adalah seorang yang
saleh. Ia tidak melakukan yang jahat dan ia takut akan Tuhan. Kitab-kitab puisi
lain menyebutkan sikap seperti ini sebagai hikmat yang paling penting (Mzm.
119:99-101; Ams. 1:7; Pkh. 12:13). Di zaman kuno, adanya kepercayaan bahwa
kekayaan, keturunan yang banyak, dan kesehatan adalah tanda seorang yang
diperkenankan oleh Tuhan. Ini berkaitan dengan kebudaayaan Ibrani tentang
kemakmuran yang dianggap sebagai pertanda dari berkat Allah. Ayub memiliki
kesemua itu. Ayub tinggal di Tanah Us. Namun daerah ini, letaknya tidak
diketahui. Buku The IVP Bible Background Commentary Old Testament, menyatakan
bahwa letak tanah Us berada di Timur dekat, yang lokasinya seperti dikatakan
dalam Ratapan 4:21 di mana puteri Edom tinggal. 1:2 Alkitab menjelaskan Ayub
memiliki tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. Menurut
beberapa pendapat, angka 7 pada zaman purba angka3 dan angka 7 itu dipercaya
sebagai angka yang sempurna. Hal ini juga sebenarnya melambangkan Ayub memiliki
kehidupan yang sempurna dari segi ekonomi maupun dalam kehidupan keluarganya
ditambah lagi bahwa ia menjadi orang yang saleh dan hidup takut akan Allah. 1:3
Selain menjadi pribadi yang takut akan Allah, Ayub adalah seorang yang kaya
raya. Bahkan ia adalah orang yang paling kaya dari semua orang di sebelah timur.
1:4-5 Ayat 4 menunjukkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh anak-anak Ayub dalam aktivitas mereka yang sering mereka lakukan. Dalam hal
ini, ayat 5 menjelaskan juga bahwa Ayub akan menguduskan mereka dan
mempersembahkan korban ketika pesta berlalu. Ini juga menandakan bahwa Ayub
tidak mau keluarganya jatuh dalam dosa, melainkan ia tetap menjaga hubungan
mereka dengan Tuhan. Hal tersebut dilakukan Ayub dengan setia. Dapat
disimpulkan juga bahwa, hubungan antara Ayub dan keluarganya adalah sangat
penting, namun di satu sisi, Ayub merasa paling penting untuk tetap menjaga
relasinya bersama dengan Allah yang adalah lebih utama. Ini berkaitan juga
dengan zaman kuno pada waktu itu, bahwa setiap kepala keluarga akan
mempersembahkan kurban kepada Tuhan untuk memeliharan atau memulihkan atau
merayakan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Kej. 22:13-14; Kel. 3:18). Di
kemudian hari juga bahwa di dalam hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa
Israel terdapat juga ketentuan-ketentuan mengenai kurban untuk memohon
pengampunan (Im. 4:1-6:7; 24:30; 7:1-10).
1:6 Ayat ini adalah awal ketika ujian Ayub yang pertama kali
oleh Iblis. Adalah sangat aneh ketika mendengar bahwa dalam Alkitab adanya
percakapan antara Iblis dengan Allah. secara khusus, ayat ini terdapat kata
“anak-anak Allah” yang menghadap Allah. Di saat yang bersamaan datang juga
Iblis di waktu yang sama. Adapun kata “anak-anak Allah” di sini merupakan
terjemahan dari “sons of god.” Dalam bahasa Ibrani “anak-anak Allah” sebenarnya
memiliki arti “utusan.” Dalam hal ini, anak-anak Allah adalah bagian dari
persidangan Tuhan. Sidang yang dimaksud ialah seperti adanya sidang ilahi oleh
Tuhan. Dalam arti “utusan” kata Ibrani yang seakar dengan kata itu ialah
“malaikat.” Dalam Alkitab, Malaikat membawa pesan dari Allah kepada manusia.
Namun malaikat juga lebih dari hanya sekedar pembawa pesan Allah. mereka juga
melindungi umat Allah, bertindak sebagai wakil Allah dan melaksanakan kehendak
Allah. Bahkan dikatakan bahwa malaikat menjadi bagian dari dewan yang
mengelilingi Allah di surga dan itu dapat mengacu dalam Ayub 1:6 dan Zak. 3:7.
Sedangkan kata “Iblis” dalam bahasa Ibrani berarti “penuduh” (the accuser).
Dalam Perjanjian Lama, Iblis (Penuduh) digambarkan sebagai: (1) pembuat onar
yang menyebabkan Raja Daud menghitung jumlah orang Israel, suatu rahasia yang
hanya boleh diketahui oleh Tuhan (1 Taw. 21:1-2, 16-17); (2) yang diizinkan
untuk menimbulkan penderitaan pada Ayub 1:6-2:7) (3) maupun dalam tuduhan
terhadap imam besar Yosua Zak. 3:1-2 dan dalam Kej 3. Pada masa penciptaan.
Menurut agama Persia, ada suatu mahkluk yang menjadi lawan utam Tuhan yaitu
Iblis. Makhluk ini ditemani oleh makhluk lainnya seperti malaikat untuk
melakukan rencana jahatnya. Dalam terjemahan Septuaginta, “musuh Tuhan” ini
juga disebut diabolos yang berarti “penuduh.” Hal ini sama seperti dengan apa
yang dilakukan oleh Iblis, dengan menuduh Ayub yang sebenarnya tidak demikian karena
Ayub tetap saleh dan membuktikan bahwa Iblis salah.
1:7 Tuhan sendirilah yang bertanya pada Iblis. Hal ini
menunjukkan seolah-olah Tuhan itu tidaklah maha tahu dalam segala hal. Namun
bukan berarti demikian. Oleh karena Ayub adalah kitab puisi, maka ini juga
kemungkinan besar dipengaruhi oleh jenis sastra kitab dan juga gaya bahasa
penulisan, yang bersifat narasi dan adanya dialog atau pun monolog, sehingga
penulis Kitab Ayub menuliskan hal yang demikian adanya. 1:8 Tuhan bertanya
untuk yang kedua kalinya kepada Iblis. Sepertinya Tuhan ingin mempromosikan
Ayub sebagai hamba-Nya yang benar-benar takut akan Dia dan menjauhi kejahatan.
Hal tersebut menjadi lebih nyata ketika Tuhan Allah sendiri yang mengizinkan
Iblis untuk mencobai Ayub. Ini juga menunjukkan bahwa Allah sebenarnya percaya
kepada Ayub yang tentunya akan tetap setia pada-Nya. Allah pasti sudah tahu apa
yang sebenarnya Ia lakukan. Adalah hal yang masuk akal jika dipikirkan,
meskipun tidak diketahui secara pasti mengapa penderitaan bisa terjadi. Namun
bagaimana mungkin ketika Allah sendiri yang mempromosikan Ayub sebagai
hamba-Nya yang saleh dan ketika ia dicobai dan mengutuki Allah sendiri maka itu
sepertinya tidak menjamin apa yang Allah katakan sebelumnya kepada Iblis. Oleh
karena itu, Allah pasti sudah tahu bagaimana akhirnya nanti dan dakwaan Iblis
sebenarnya tidaklah benar tentang Ayub.
1:9-10 Dalam ayat ini, Iblis pun pasti mengenal siapa Ayub
sebenarnya. Ayat ini juga berisi tentang dakwaan atau tuduhan Iblis kepada
Ayub. Bahwa ketika Ayub tidak mendapat apa-apa dalam artian pahala atau berkat
maka ia akan mengutuki Allah atau tidak menjadi saleh lagi. Iblis juga tahu
bahwa tentunya semua yang ada pada Ayub adalah pemberian Allah. 1:10 -11 Dalam
ayat inilah yang dimaksud dengan iman yang diuji. Iblis sangat yakin ketika
Ayub kehilangan segala sesuatu, entah itu hartanya maupun keluarganya maka ia
akan mengutuki Allah. Sehingga Iblis berkata kepada Tuhan agar dapat
mengulurkan tangan-Nya dan menjamah segala yang Ayub miliki. Dalam zaman kuno
juga, ada keyakinan bahwa Allah memberikan kesehatan dan dan kekayaan kepada
orang yang saleh, dan menghukum orang yang jahat yakni dengan mendatangkan
bencana, penyakit dan kemiskinan (4:7-9). Keyakinan inilah yang sangat
mempengaruhi percakapan dalam Kitab Ayub (Ayub dan ketiga sahabatnya; Elifas,
Bildad dan Zofar). 1:12 Sulit dipahami ketika sepertinya dan seolah-olah Allah
menuruti apa yang Iblis mau. Akan tetapi, perlu diyakini Allah yang mengizinkan
hal itu terjadi dan tentunya Ia pasti tahu apa yang akan Ia lakukan. Dari hal
inilah dapat juga dikatakan bahwa Iblis dipermalukan dan menyatakan bahwa Iblis
sebenarnya salah, yang dapat dilihat dari kehidupan Ayub yang meskipun
menderita dengan sangat berat namun ia tetap setia dan saleh kepada Allah.
1:13-19 Dari ayat 13-19 merupakan puncak dari penderitaan
Ayub yang pertama. Bermula dari adanya seorang pesuruh yang mengatakan bahwa
Ayub telah kehilangan segala ternaknya. Kedua, datangnya orang lain yang
kembali mengatakan bahwa adanya api yang menyambar dari langit dan membakar
ternak dan juga penjaga-penjaganya. Ketiga, datang lagi orang lain yang
mengatakan adanya orang Kasdim yang merampas unta-unta dan juga memukul
penjaganya. Serta keempat ada orang lain lagi yang mengatakan bahwa meninggalnya
orang-orang muda, anak-anak Ayub meninggal. Sesungguhnya hal ini pun menjadi
misteri. Empat masalah yang bertubi-tubi datang dan terjadi pada kehidupan Ayub
merupakan hal yang sangat berat. Apalagi hal ini terjadi secara bersamaan yang
diberitahu oleh orang lain secara berturut-turut ketika satu demi satu masalah
dibicarakan. 1:20-22 Sangatlah jarang bahkan hampir tidak ada ketika orang yang
menderita dengan sangat berat namun masih dapat menyembah Allah. Dan
satu-satunya tokoh yang memperlihatkan hal tersebut adalah Ayub sendiri.
Setelah merendahkan diri dengan mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya yang
menandakan tanda dukacita atau penyesalan atas dosa. Ayub sangat sedih atas
kehilangan semuanya namun ia tetap menyembah Allah, Ayub mengakui bahwa segala
sesuatu adalah berasal dari pada Allah dan kembali menyembah Allah. Jika
ditanya tentang tokoh atau orang yang paling lulus dalam menghadapi penderitaan
yang paling berat sekali pun dan bisa dilewatinya, maka jawabannya adalah
seorang tokoh yang bernama Ayub. Bahkan dalam kesemuanya itu, Alkitab mencatat
bahwa Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang tidak patut.
Dapat dikatakan bahwa adanya iman dalam kesalehan Ayub benar-benar murni dan
terbukti ketika ia mengalami penderitaan yang sangat berat sekali pun.
Bagaimana tidak? Ayub bahkan bisa lulus dalam ujian terberat yang ia hadapi.
5. Kesimpulan Kitab Ayub 1:1-22 Kitab Ayub adalah
satu-satunya kitab, yang sebenarnya juga mengajarkan bahwa pengalaman dan sikap
hidup seseorang tidaklah dapat menentukan kehidupan seseorang untuk terus
baik-baik saja. Seperti Amsal juga mengatakan, “Langkah orang ditentukan oleh
Tuhan, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya.” Ayub saja,
yang adalah orang yang saleh, jujur, menjauhi kejahatan dan hidup takut akan
Allah pun mengalami apa yang namanya penderitaan. Bahkan penderitaan yang
terjadi adalah penderitaan yang sangat berat dan sulit bahkan tidak bisa
dipahami mengapa hal itu bisa terjadi pada orang sesaleh Ayub. Bagaimana pun, Ayub
tetap menunjukkan hidup yang saleh dengan tidak mempersalahkan entah itu
keadaan, orang lain atau mengutuki Allah dan tidak menuduh Allah yang tidak
patut.
Dengan demikian, selain Kristus, Ayub menjadi salah satu
teladan yang paling baik ketika seseorang mengalami pencobaan atas kehidupan.
Ayub berhasil membuktikan bahwa dakwaan Iblis salah dan kehilangan segala
sesuatu mengajarkan manusia agar tidak meninggalkan Allah dalam hal sesulit apa
pun seperti yang Ayub alami. Dengan kemurnian hati Ayub dan kesalehannya, ini
menunjukkan bukti bahwa Ayub juga memiliki iman dan pengharapan dalam Tuhan
yang dapat dilihat dari sikap hidupnya ketika ia menghadapi cobaan. Pada
akhirnya, Tuhan tetap memulihkan keadaan Ayub dan memberikan dua kali lipat
dari apa yang Ayub miliki sebelumnya. Dari hal inilah, Allah tetap berperan
dalam kehidupan manusia, bahkan dalam penderitaan sekali pun. Sesungguhnya
semuanya tetap dalam kontrol dan penyertaan Allah yang membawa pada
tujuan-tujuan Allah sendiri. Allah yang maha tahu dan sumber segala hikmat,
pastilah melakukan segala sesuatu dengan tujuan, termasuk penderitaan yang Ia
izinkan terjadi dalam kehidupan umat yang percaya kepada-Nya. Entah tujuan-Nya
untuk menguji iman kita, menguji seberapa jauh ketaatan terlebih kesetiaan kita
sebagai orang yang percaya dan lain sebagainya. Namun Ia juga pasti tahu yang
terbaik dan bagaimana kehidupan bisa berjalan seturut dengan kehendak dan untuk
kemuliaan Allah.
Ricky Pianto Randa (20190121) dan Yumina Bili (20190131)
ReplyDeleteAYUB 5:1-27
Jenis Sastra
Dalam kitab Ayub, terdapat berbagai macam gaya sastra, diantaranya ada dialog, percakapan seorang diri, wacana, narasi, dan nyanyian atau pujian. Bentuk-bentuk sastra ini adalah umum bagi sastra hikmat, tetapi jarang sekali dipadu secara demikian indah dan mahir sebagaimana yang dijumpai dalam kitab Ayub. Secara khusus Ayub pasal 5 ini menggunakan gaya sastra hikmat dalam bentuk dialog.
Konteks Pasal
Ayub 4-31 berisi tentang percakapan Ayub dengan sahabat-sahabatnya. Secara konteks pasal, Ayub pasal 5 ini adalah kesatuan dari Ayub 4-5 yang berisi tentang teguran Elisfas kepada Ayub.
Struktur Pasal
Struktur Ayub 5:1-27 adalah sebagai berikut.
5:1-7 Wacana: Nasib Orang Bodoh
5:8-16 Wacana: Perlakuan Kontras Tuhan dengan orang benar dan orang jahat
5:17-26 Wacana: Nasib
5:27 Perorasi/Penutup yang Benar
Eksegesis singkat
5:1-7 Andaikata Elifas telah menerapkan sendiri pesan tentang hikmat, transenden Allah dan kurangnya hikmat manusia yang diberikan kepadanya dalam penglihatan pada malam hari itu, tentu dia tidak akan mengutarakan dengan begitu dogmatis penjelasan tentang sikap Allah terhadap Ayub. Bukan dari debu terbit bencana … melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya (ay. 6a, 7a). Elifas menandaskan bahwa sekalipun merupakan hamba Allah, Ayub tetap merupakan makhluk fana yang jatuh dalam dosa. Oleh karena itu, semua kesukaran Ayub itu timbul bukan dari tanah bagaikan tuaian ajaib dari apa yang tidak pernah ditabur; semua kesukaran itu adalah buah-buah berduri dari dosanya. Karena itu, baik manusia maupun malaikat tidak dapat memperhatikan dengan penuh simpati akan seruan Ayub (ay.1). Orang bodoh dibunuh oleh sakit hati (ay. 2a). Menunjukkan kebencian terhadap pemeliharaan Allah adalah lebih buruk daripada sia-sia; sikap semacam itu mengundang penderitaan sampai mati. Aku sendiri pernah melihat orang bodoh (ay. 3a). Kembali Elifas mengacu kepada pengalaman. Sketsa yang dibuatnya dengan sembarangan tentang kutukan terhadap rumah, ladang dan anak-anak dari orang bodoh (ay. 3-5), sekalipun mengingatkan orang pada serangkaian malapetaka yang dialami Ayub, sangat mungkin telah membuat Ayub berpikir apakah Elifas menganggap dirinya orang bodoh semacam itu.
5:8-16 Tetapi aku, aku akan mencari Allah (ay. 8). Tokoh berhikmat yang belum pernah terjamah kesulitan itu dengan tidak ragu-ragu menyatakan apa yang akan dilakukan olehnya jika dirinya dicobai seperti Ayub. Nasihatnya jelas jitu, uraiannya tentang kebaikan pemeliharaan Allah dan perhatian khusus Allah kepada orang miskin yang meratap sangat bagus. Namun kesalahannya menafsirkan penderitaan luar biasa Ayub dan sikapnya yang tidak menyenangkan membuat Ayub tidak bisa memetik manfaat dari uraian itu.
5:17 Berbahagialah manusia yang ditegur Allah. Elifas mengetahui perbedaan antara hajaran dan hukuman, dan dia m,enghargai manfaat dari tindakan hajaran kebapakan yang di lakukan oleh Allah. Namun, pemahamannya tentang hubungan antara dosa dan penderitaan tidak memberikan tempat bagi naksud lain dari penderitaan, seperti pencobaan dan kesaksian, yang di alami oleh orang benar.
Delete5:18-26 Hasil bertani dan ternak dipulihkan (ay. 23, 24), jumlah keturunan yang banyak (ay. 25), umur panjang (ay. 26), memang akan di alami Ayub. Elifas mengucapkan kebenaran tanpa ia sadari, juga ketika ia mengatakan bahwa Ayub akan terlindung dari cemiti lidah (ay. 21), sementara pembaca, yang menyadari fitnahan iblis dan salah penilaian rekan-rekan Ayub itu, memahami betul kebenaran ucapan tersebut. Keterampilan sang penulis tampak jelas dalam antisipasi akan hasil yang sesungguhnya, yang disajikan dalam bentuk ramalan berdasarkan salah pengertian yang demikian besar. Karena Elifas salah waktu ia beranggapan bahwa pembaharuan kemakmuran akan senantiasa mengikuti pertobatan. Di dalam hidup ini, penderitaan tidak diberikan setara dengan dosa dan demikian pula kemakmuran tidak diberikan setara dengan kesalehan. Semuanya tergantung pada perkenaan Allah.
5:8-27 Elifas mendesak sang korban yang menggerutu itu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Konsep inti dari nasihatnya adalah ucapan bahagia bagi manusia yang ditegur dan dididik oleh Allah (ay. 17). Elifas melukiskan kebaikan dari cara-cara ajaib Allah (ay. 8-16), menubuatkan kebahagiaan yang akan mengikuti pertobatan (ay. 18-26) dan menambahkan suatu jaminan penuh keyakinan akan hikmat yang telah ia sampaikan (ay. 27).
Kesimpulan
Elifas dalam pidatonya ini dimaksudkan untuk menawarkan Ayub apa-apa selain jaminan dan dorongan untuk kesabaran. Untuk tujuan ini, dia membandingkan Ayub dengan orang jahat dan mengarahkan perhatian Ayub pada kuasa Allah untuk membalikkan nasib. Dalam semua yang dia katakana, dia telah memanfaatkan pengalaman, baik pengalamannya sendiri maupun pengalaman para guru kebijaksanaan sebagai suatu kelompok.
Pada intinya, bagian ini menjelaskan atau berisi tentang Elifas yang menegur Ayub. Dan isi dari tegurannya tersebut berupa dorongan dan juga dakwaan. Di tingkat atas, pasal-pasal ini menyajikan pidato dorongan kepada Ayub; pada tingkat yang lebih dalam, mereka adalah dakwaan kekejaman dogma yang sempit.
Nama Kelompok :
ReplyDelete1. Hana Ayu Wandira 20190109
2. Yunita Rebeka 20190132
Ayub 17:1-16
1. Jenis Sastra kitab ayub pertanyaan ini tidak dapat di jawab dengan meyakinkan, sebagaimana terlihat dari contoh-contoh dibawah ini. pertama, keluhan dan pemulihan keadaan kadang-kadang dikenal sebagai jenis sastra sendiri yang mengikuti pola ludlulbel nemeqi dari babel. Kedua, westerman 1981 dan yang lain berpendapat tulang punggung kitab ayub yaitu sama dengan mazmur ratapan (keluhan). Ketiga, gemser dan yang lain menganggap perbantahan tentang hukum sebagai kunci kepada bentuk kitab ini. keempat, pernah dikatakan kitab ayub adalah suatu kuliah yang mengambarkan usaha dari guru besar untuk menanggani pertanyaan-pertanyaan murid-muridnya tentang pengawasan Allah terhadap orang benar dan orang jahat. Kelima, diusulkan bahwa kitab ayub merupakan perdebatan filsafat yang dapat dipola menurut dialog-dialog plato. Keenam, bentuk tragedi menurut pola yunani sering diusulkan. Ketujuh, kitab ayub dapat dianggap sebagai komedi berdasarkan pengertian mengenai keganjilan dan ironi dan alur dasarnyayang akhirnya membawa pada kebahagiaan pahlawan. Kedelapan, ialah bentuk perumpamaan. Kesembilan, jenis epic atau sejarah kepahlawanan sering diutarakan.
begitu penting, lagi sulit didefinisikan sehingga kita harus hati-hati agar tidak terlalu cepat menarik kesimpulan tentang jenisnya atau memaksakannya ke dalam satu jenis tertentu. Kitab ini mengandung tangisan pada waktu ada keluhan, bantahan pada waktu pertengkaran pengajaran yang teliti dan tepat, kegembiraan dengan adanya komedi.
Delete2. Prolog 1:1-2:13
Putaran pembicaraan-pembicaraan pertama 3:1-14:22
Putaran pembicaraan-pembicaraan kedua 15:1-21:34
3. Prolog 1:1-2:13
Putaran pembicaraan-pembicaraan pertama 3:1-14:22
Putaran pembicaraan-pembicaraan kedua 15:1-21:34
Putaran pembicaraan-pembicaraan ketiga 22:1-31:40
Bagian mengenai Elihu 32:1-37:42
Tuhan menjawab ayub 38:1-41:25
Jawaban Ayub terhadap firman ilahi 42:1-6
Epilog 42:7-17
4. Ayat 3 : “membuat persetujuan” secara harafiah : bertampar tangan. Ini sebuah tindakan hukum, Ams 6:1;17:18;22:26; sir 29:14-20. Penanggung orang yang berutang memberi jaminan sebagai pengganti orang itu, supaya milik orang yang berutang jangan disita. Rupanya Ayub mohon semoga Allah sendiri menjadi penanggungnya, sebab sahabat-sahabat Ayub ternyata bersikap masa bodoh.
DeleteAyat 6 : “dijadikan sindiran” begitulah menurut terjemahan-terjemahan kuno. Dalam naskah Ibrani tertulis: dijadikan berkuasa.
Ayat 8: “tercengan karena hal itu” memang dalam Alkitab sering kali dikatakan bahwa orang benar “tercengang” menyaksikan hukuman dari Allah yang mendatangi orang fasik, lalu mereka bertambah takwa. Begitulah sahabat-sahabat Ayub: menyaksikan kemalangan yang menimpa Ayub mereka tercengang, mengaggumi keadilan Allah dan tambah takwa, serta “naik pitam” terhadap Ayub yang menurut penilaian mereka haruslah orang fasik.
Ayat 12: “terang” mengenai terang dan gelap sebagai lambing kebahagiaan dan kemalangan bdk Maz 17:15; Yoh 8:12.
Ayat 13: “di dalam kegelapan” Artinya di dalam dunia orang mati yang gelap, Ayub 10:22.
Ayat 15: “adanya harapan bagiku” dalam terjemahan Yunani terbaca: kebahagiaanku.
Ayat 16: “dasar dunia orang mati” dalam naskah Ibrani tertulis: palang-palang dunia orang mati. Himbauan itu bertambah kuat apabila ia mengingat bahwa tahun-tahun hayatnya memacu ke depan menuju liang bakar.
5. Kesimpulan dari kitab Ayub Merupakan babak kedua percakapan antara Ayub dengan ketiga sahabatnya, yang dicatat dalam pasal 15 sampai 21. Mereka mengembangkan apa yang telah mereka katakan sebelumnya, hanya dengan lebih gigih lagi. Ayub dengan tabah berpaut kepada Allah, sedangkan pada saat bersamaan mempertahankan ketidaksalahannya serta tetap menegaskan bahwa penderitaannya itu tidak adil.
Nama Kelompok: Dandi dan Masan
ReplyDeleteMeneliti Kitab Ayub 23:1-17
1. Jenis Sastra Kitab Ayub
Para ahli Perjanjian Lama menggolongkan kitab Ayub ini ke dalam jenis sastra “hikmat” sama seperti Kitab Amsal dan Pengkhotbah. Kitab Ayub juga sering disebut sebagai cerita berbingkai. Inti kitab Ayub dibungkus oleh apa yang biasa disebut sebagai prolog (pasal 1 dan 2) dan epilog (42:7-17). Prolog dan epilog inilah yang biasa disebut sebagai bingkai cerita kitab Ayub.
2. Konteks Pasal 23:1-17
Dalam pasal 23, disana Ayub menjawab pertanyaan Elifas sahabatnya. Pada pasal tersebut, Ayub sepertinya tidak tau harus bagimana lagi menjawab dakwaan Elifas. Ayub merasa tidak ada gunannya lagi berbantah-bantahan lagi dengan sahabatnya itu, Ayub mengarahkan pengharapannya kepada Allah.
Dalam pasal tersebut juga menggambarkan iman, kejujuran, integritas Ayub. Dalam pasal 23 dapat dijumpai bahwa Ayub percaya Tuhan berdaulat, bahkan atas kondisinya yang tak menyenangkan, Tuhan adil dan tidak berubah. Melalui berbagai pencobaan berat, Ayub tetap memiliki ketaatan dan iman yang kokoh kepada Tuhan yang disembahnya.
3. Struktur Kitab Ayub 23:1-17
I. Pembukaan (prosa) (Ayb 1-2)
II. Ratapan Ayub (puisi) (Ayb 3)
III. Dialog antara Ayub dan ketiga sahabatnya (puisi) (Ayb 4-27)
IV. Syair tentang hikmat (puisi) (Ayb 28)
V. Keluhan Ayub (puisi) (Ayb 29-30)
VI. Perkataan Elihu (pusi) (Ayb 32-37)
VII. Jawaban Allah kepada Ayub (puisi) (Ayb 38-42:6)
VIII. Penutup (prosa) (Ayb 42:7-17
Pada pasal yang diberikan adalah tahap dimana Ayub merindukan persekutuan dengan Allah dan disana dialog antara Ayub dan ketiga sahabatnya.
Ay 1-7 Ayub merindukan persekutuan dengan Allah.
Ay 8-17 Kemustahilan Allah untuk dihampiri.
4. Eksegese
ReplyDeleteAy 1-2. Kalbu Ayub dibukakan. Ayub bukanlah seorang pemberontak melawan Allah, dia mengeluh bukanlah karena kegembiraan mengadakan keluhan. Ay 2, Ia telah berusaha dengan sungguh untuk membatasi jeritan-jeritan protesnya, tapi kesengsaraanya telah meremas-remas kemampuannya. Tangan-Nya. LXX dan PL dalam bahasa Siria mencatat, ‘tanganku’. Ini akan menghasilkan terjemahan, ‘Tanganku adalah berat atas pengaduhanku’, yakni ‘Aku mencoba mengendalikannya’. (TNBC, 1994).
Ay 3-7. Sepanjang pengalaman dalam penderitaannya, Ayub memiliki kerinduan terbesar adalah kehadiran Tuhan.
Ayub jarang menyebut kehilangan kekayaan; ia hampir tidak juga menyinggung kesedihan dan penyesalan akan kehilangan harta, anak dan istrinya tetapi yang sangat diratapi oleh Ayub adalah kehadiran Allah. ditengah-tengah kesengsaraannya ia ingin bertemu dengan Allah dan berhubungan dengan Allah (Ayb 13;24; 16:19-21; 29:2-5).
Kerinduan akan Allah semacam ini seharusnya menjadi ciri khas semua orang percaya sejati. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Maz. 42:2-3). Kemudian, "Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair" (Mzm. 63:1)
Ayub mengharapkan Allah bersedia mendengarkan seruan dari dalam dirinya, bahkan supaya Allah menjawab pula permohonannya.
Ay 8:12. Persoalan yang muncul disini adalah adanya perbedaan kepastian antara Ayub dengan anak tersebut. Kekecewaan dan kegelisahan rasa rindunya Ayub untuk menemukan Allah terungkap. Usaha-usaha yang begitu bergelora untuk mewujudkan pertemuan yang diinginkannya tidak berhasil,tetapi Allah sebenarnya mengetahui keadaan dan isi hati Ayub.
“SEANDAINYA IA MENGUJI” (ay 10-12)
(versi Inggris NIV -- apabila Ia telah menguji aku). Ayub yakin bahwa Allah masih memperdulikan hidupnya dan tahu bahwa tidak ada kesengsaraan yang dapat membuat Ayub berbalik dari kesetiaan kepada-Nya. (Sabda Alkitab)
1) Ayub melihat penderitaannya sebagai ujian iman dan kasihnya kepada Tuhan.
2) Yesus sendiri diuji oleh semua penderitaan yang dialami-Nya (Ibr 5:8), dan hasilnya ialah bahwa Dia kini menjadi pola dan teladan kita (1Pet 2:21); selaku pengikutnya kita diminta mengikuti jejak-Nya (Ibr 13:12-13).
3) Keyakinan Ayub yang kokoh bahwa dia akan lulus ujian dan tidak akan meninggalkan Tuhannya berlandaskan
(a) ketaatannya yang setia pada masa lalu (ayat Ayub 23:11-12),
(b) kasihnya akan firman Allah (ayat Ayub 23:12), dan
(c) hormat dan takutnya akan Allah (ayat Ayub 23:13-15).
Ay 13-17. Ayub merasa dirinya susah untuk mencapai pemilihan dan penentuan dari semula oleh Allah. “Itulah sebabnya hatiku gemetar menghadapi Dia” (ay 15), menggambarkan suatu ketakutan dan kegelisahan hati Ayub kepada Allah, sebab Allah tau apa yang menjadi keluhan yang sedang dihadapi oleh Ayub. Dan apapun yang Ayub bayangkan, menjadi sebuah ketakutan dalam dirinya. Kemudian pada ayatnya yang ke-16, disana Ayub mengatakan bahwa Allah telah membuat dia putus asa, dan bahwa Tuhanlah yang telah membuat hatinya gemetar. Ayub 23:17, Ayub percaya bukan karena kegelapan dia akan binasa. Tetapi karena Allah lh yang meberikan ia hidup dan mati. Kematian ada dalam tanggan-Nya.
Kesimpulan
ReplyDeleteAyat yang menarik ketika meneliti kitab Ayub terkhususnya pada pasalnya yang ke-23 ada pada ayatnya yang ke-10 “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
Penderitaan atau masalah yang dialami oleh seseorang tentu ada beberapa penyebab: IBLIS
KETIDAKTAATAN
PROSES
Jika saat ini kita mengalami proses dari Tuhan, bersyukurlah. Itu artinya Tuhan punya rencana indah untuk kita kedepan. Tuhan hendak membersihkan, memurnikan, menguji kualitas hidup kita. Jangan sekali-kali kita memberontak dan menolak akan proses yang Tuhan berikan kepada kita. Bertaha, kuatkan dan tegukan hati kita. Bila kita mampu melewati proses-Nya berdoa dan percayalah, bahwaTuhan pasti akan menguatkan dan Tuhan akan memberikan kita kekuatan dalam setiap proses yang kita alami.
Andre dan Sabu
ReplyDeleteTugas Syair Kitab Ayub 25:1-6
1 Jenis sastra dalam pasal ini
Dalam Ayub 25: 1-6 ini Sebagaimana halnya dengan beberapa kitab Syair yang lainnya berisi berbagai jenis sastra. Dalam Ayub 25 ini ditulis dalam bentuk jenis sastra argumentasi. Dimana seorang Bildad memberikan argumentasi berkaitan dengan penderitaan yang dialami oleh Ayub pada waktu itu. Ia memberikan argumen bahwa tidak ada seorangpun yang benar di hadapan Allah.
2 konteks dalam pasal
Dalam Konteks ini, bukanlah argumentasi untuk menjawab pembelaan Ayub di dalam pasal sebelumnya (Ayub 23-24). pasal 25: 1-6 lebih merupakan pengulangan dari pasal-pasal sebelumnya (Ayub 4:17-21; 15: 14-16). Bildad sahabat Ayub hanya menegaskan kondisi manusia secara umum, bahwa tidak ada manusia yang benar di hadapan Tuhan bahkan seluruh ciptaan tidak lebih terang/cerah di hadapan Tuhan. Konsep Bildad ini menekankan tentang hal esensi dari penciptaan dan kejatuahan manusia. Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan suci. manusia yang hidup di dalam dunia pasca kejatuhan adalah manusia yang penuh dosa. segala kebaikan yang dilakukan manusia telah tercemar dosa. dalam pandangan manusia kebaikan itu bisa menjadi kebaikan moral semata-mata. Yang hanya dapat dinilai dalam kontek manusia, dan bukan di hadapan Tuhan, tidak ada seorangpun yang benar di hadapan TUHAN yang mahasuci dan kudus.
3 struktur pasal
ayat 1. Judul
Ayat 2-6 Argumen Bildad, bahwa tidak seorangpun berlaku baik di depan Allah
4 menafsir ayat
Dalam (ayat 1) penulis menuliskan dengan kata depannya “Maka” kata maka ini biasanya digunakan sebagai kata penghubung untuk menyatakan hubungan akibat. Berarti Bildad menjawab pembelaan ayub di pasal sebelumnya yaitu Ayub ingin membela diri di hadapan Allah dan menganggap Allah seakan-akan acu tak acu terhadap kejahatan. Bildad orang Suah, menjawab:
Ayat 2, 3, 5. Ini menekankan Kekuasaan dan kedasyatan ada pada Allah. Dengan menerima pembicaraan ini sebagaimana tertulis, Bildad berusaha membawa Ayub bersembah sujud di depan kekuasaan Allah. Kini Bidad mengutarakan pemikiran yang sebenarnya juga telah ditegaskan Ayub sebelumnya dan yang kelak akan dinyatakan Allah sendiri kepada Ayub secara luas dan dalam. Dalam susunan puitis yang yang indah, Bildad memaparkan tentang kebesaran Allah dan keterbatasan manusia. Kebesaran Allah ditekankan dalam dua bagian paralel.
ReplyDeleteAyat 4 dan 6. Lalu keterbatasan dan ketidakberaartian manusia diparalelkan. dengan kata lain dihadapan Allah yang maha besar, manusia kecil dan tidak berarti, karena itu tidak dapat membenarkan diri sendiri.
Dalam tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleaki, Bilamana makhluk-makhluk sorgawi harus gemetar di depan hadirat-Nya, tunduk dan dijatuhi hukuman, bagaimanakah seorang manusia yang tidak berarti dan beraib dapat beraharap untuk melihat ke atas, dan tidak takut terhadap apa yang dapat disingkapkan oleh terang itu? band. 4: 17 dan 15: 14. Ada suatu makna dalam pembicaraan itu, tapi dalam arti yang dimaksudkan oleh Bildad, dan ternyata tidak dapat menolong Ayub. Ayub tidak pernah berkata bahwa tidak ada kegelapan dalam dirinya, tapi hanya bukan kegelapan seperti yang diduga oleh kawan-kawannya.
Argumen Bildad adalah dengan mengkontraskan manusia dengan makhluk-makhluk sorgawi. Apabila terang makhluk-makhluk surgawi menjadi suram dibandingkan dengan terang kemuliaan Allah, maka siapakah dari isi bumi ini yang dapat menyatakan dirinya benar. Menurut Bildad, manusia hanya seperti cancing yang hina dan tidak berarti. Kesimpulan ini bertentangan dengan dipahami Ayub dan didengungkan Pemazmur pasal 8 dan yang ditegaskan Allah kelak di kahir kitab ini. Justru karena Allah maha besar dan manusia terbatas maka Allah dapat memberikan perhatian tanpa batas pada manusia. Di dalam perhatian serta kasih sayang Allah itulah, manusia menemukan arti bagi dirinya dan makna bagi hidupnya. Manusia memang terbatas dan telah jatuh ke dalam dosa, namun itu tidak berarti bahwa manusia turun status menjadi binatang.
Kesimpulan:
Kita melihat dalam nast ini bahwa ada seorang yang bernama Bildad, ia memberikan argumen yang pada awalnya cukup menarik namun dalam ayat terakhir Bildad mencoba menyamakan manusia dengan cacing.
Dalam kehidupan orang Kristen kususnya yang sering memberikan pengajaran atau nasehat terkadang tidak semuanya benar. Ada saja orang yang memebrikan nasehat karena irih, dengki, dan biasanya bertentangan dengan Firman Tuhan. Oleh sebab itu sebagai orang Kristen yang sejati penting sekali melihat setiap argumentasi, nasehat, pengajaran dengan hikmat Allah agar tidak salah kapra dalam mengambil keputusan.
Pemahaman teologis yang sempit dan kepalang tanggung tidak dapat memahami realitas hidup dengan benar dan tidak mungkin memberikan harapan bagi orang yang menderita.
Ayu dan Geri Gehotman
ReplyDeleteMeneliti Kitab Ayub 1:1-22
1. Pengantar dan Jenis Sastra Kitab Ayub
Selain kitab Pengkhotbah yang sulit dimengerti, kitab Ayub juga merupakan salah satu kitab puisi yang memiliki kesulitan tersendiri untuk dapat dipahami. Kitab Ayub menyajikan cerita tentang penderitaan yang dialami manusia. Dalam keadaanya, Ayub sendiri mendorong terjadinya serangkaian percakapan yang ditulis dalam bentuk puisi. Percakapan antara Ayub dan sahabat-sahabanya serta Tuhan ini berpusat pada pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang sulit. Oleh karena penderitaan Ayub yang sangat luar biasa,(2:13b) dan dalam hal kehilangan segala sesuatu, kitab ini memusatkan perhatian terhadap pertanyaan: Mengapa seorang yang saleh dan setia seperti Ayub harus menderita? Apakah semua penderitaan disebabkan oleh dosa manusia? Apakah Tuhan juga yang menyebabkan manusia menderita? Pada intinya, kitab Ayub juga sebenarnya mengajak para pembaca untuk menggumuli pertanyaan yang demikian dengan tetap berpegang pada kuasa Tuhan dan cara-Nya yang penuh rahasia itu memang di luar dari jangkauan pengertian manusia. Namun tetap adanya tujuan yang Allah berikan atas seizin dan kehendak-Nya. Hal ini juga menunjukkan fakta bahwa hanya Allah saja sumber segala hikmat, Allah yang maha besar dan tidak ada yang menyelami pikiran Allah (Rm. 11:33-36).
Dalam pasal 1:1-22 merupakan bentuk narasi dari Kitab Ayub. Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Ayub masuk dalam kelompok “Tulisan-tulisan” atau sastra “Hikmat.” Dengan demikian jenis sastra dalam Kitab Ayub, lebih merujuk “Hikmat Spekulatif” yaitu kitab yang mencari hikmat yang berjenis narasi (1:1-22). Secara khusus, ini merupakan kitab yang berisi monolog, arti kehidupan dan juga masalah penderitan, semua ini juga dapat ditemukan dalam Kitab Ayub.
2. Konteks Pasal 1:1-22
ReplyDeleteDalam Ayub 1:1-22 hanya terdapat satu perikop yaitu “Kesalehan Ayub dicoba,” (Menurut LAI). Namun dalam pasal 2:1-13 masih merupakan satu kesatuan dari pasal 1:1-22 yang disebut prolog atau pendahuluan. Dalam New International Version (NIV), bahkan memiliki perbedaan judul perikop yang lebih dirincikan yaitu dari 1:1-5 merupakan prologue; 1:6-22 merupakan Job’s First Test (Pencobaan yang pertama) dan 2:1-10 merupakan Job’s Second Test (Pencobaan yang kedua) serta 2:11-13, Job’ s Three Friends (Sahabat-sahabat Ayub). Dengan demikian, konteks 1:1-22 dan 2:1-13 masih merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena berkaitan dengan pendahuluan yaitu terdapat perkenalan tentang siapakah Ayub, kemudian diikuti dengan pencobaan Ayub yang pertama, kemudian adanya pencobaan yang kedua dengan segala penderitaan yang Ayub alami. Hal ini menjadi lebih jelas ketika kita membaca Kitab Ayub secara komprehensif dan lengkap agar memudahkan dan lebih memahami bagaimana penderitaan Ayub dan akhir kehidupannya.
3. Penjelasan Susunan Struktur Pasal yang Diselidiki
ReplyDeleteSecara keseluruhan Kitab Ayub dapat disusun dalam struktur:
I. Prolog/Pendahuluan (1:1-2:1-13)
II. Perdebatan (3:1-31:40)
III. Monolog/Pidato Elihu (32:1-37:24)
IV. Pernyataan/Jawaban YAHWEH (38-41)
V. Pertobatan Ayub (42:1-6)
VI. Epilog/Penutup (42:7-17).
Namun secara khusus dalam Ayub 1:1-22 dapat memiliki struktur yaitu:
i. Prolog 1:1-5, yaitu merupakan isi prolog bahwa penderitaan Ayub merupakan ujian terhadap kemurnian hati Ayub. Ujian itu dilakukan oleh setan yang telah mendapat izin khusus dari Tuhan.
ii. Pencobaan Ayub yang pertama 1:6-19.
iii. Kesalehan Ayub tetap ada 1:20-22.
Dalam hal ini, sebenarnya pendahuluan kitab Ayub bisa ditemukan gerakan yang silih berganti:
Ayub : ibaratnya semasa ia kaya (1:1-5).
Iblis : dusta dan tipu dayanya (1:6-19).
Ayub : ibadatnya pada permulaan sengsaranya (1:20-22).
Iblis : tipu dayanya yang selanjutnya (2:1-8)
Ayub : ibadatnya pada puncak sengsaranya (2:9-13).
ReplyDelete4. Eksegesis Ayub 1:1-22
1:1 Dalam ayat ini, terdapat perkenalan tentang seorang tokoh yang bernama Ayub. Ayub adalah seorang yang saleh. Ia tidak melakukan yang jahat dan ia takut akan Tuhan. Kitab-kitab puisi lain menyebutkan sikap seperti ini sebagai hikmat yang paling penting (Mzm. 119:99-101; Ams. 1:7; Pkh. 12:13). Di zaman kuno, adanya kepercayaan bahwa kekayaan, keturunan yang banyak, dan kesehatan adalah tanda seorang yang diperkenankan oleh Tuhan. Ini berkaitan dengan kebudaayaan Ibrani tentang kemakmuran yang dianggap sebagai pertanda dari berkat Allah. Ayub memiliki kesemua itu.
Ayub tinggal di Tanah Us. Namun daerah ini, letaknya tidak diketahui. Buku The IVP Bible Background Commentary Old Testament, menyatakan bahwa letak tanah Us berada di Timur dekat, yang lokasinya seperti dikatakan dalam Ratapan 4:21 di mana puteri Edom tinggal.
1:2 Alkitab menjelaskan Ayub memiliki tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. Menurut beberapa pendapat, angka 7 pada zaman purba angka3 dan angka 7 itu dipercaya sebagai angka yang sempurna. Hal ini juga sebenarnya melambangkan Ayub memiliki kehidupan yang sempurna dari segi ekonomi maupun dalam kehidupan keluarganya ditambah lagi bahwa ia menjadi orang yang saleh dan hidup takut akan Allah.
1:3 Selain menjadi pribadi yang takut akan Allah, Ayub adalah seorang yang kaya raya. Bahkan ia adalah orang yang paling kaya dari semua orang di sebelah timur.
1:4-5 Ayat 4 menunjukkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak Ayub dalam aktivitas mereka yang sering mereka lakukan. Dalam hal ini, ayat 5 menjelaskan juga bahwa Ayub akan menguduskan mereka dan mempersembahkan korban ketika pesta berlalu. Ini juga menandakan bahwa Ayub tidak mau keluarganya jatuh dalam dosa, melainkan ia tetap menjaga hubungan mereka dengan Tuhan. Hal tersebut dilakukan Ayub dengan setia. Dapat disimpulkan juga bahwa, hubungan antara Ayub dan keluarganya adalah sangat penting, namun di satu sisi, Ayub merasa paling penting untuk tetap menjaga relasinya bersama dengan Allah yang adalah lebih utama. Ini berkaitan juga dengan zaman kuno pada waktu itu, bahwa setiap kepala keluarga akan mempersembahkan kurban kepada Tuhan untuk memeliharan atau memulihkan atau merayakan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Kej. 22:13-14; Kel. 3:18). Di kemudian hari juga bahwa di dalam hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel terdapat juga ketentuan-ketentuan mengenai kurban untuk memohon pengampunan (Im. 4:1-6:7; 24:30; 7:1-10).
ReplyDelete1:6 Ayat ini adalah awal ketika ujian Ayub yang pertama kali oleh Iblis. Adalah sangat aneh ketika mendengar bahwa dalam Alkitab adanya percakapan antara Iblis dengan Allah. secara khusus, ayat ini terdapat kata “anak-anak Allah” yang menghadap Allah. Di saat yang bersamaan datang juga Iblis di waktu yang sama. Adapun kata “anak-anak Allah” di sini merupakan terjemahan dari “sons of god.” Dalam bahasa Ibrani “anak-anak Allah” sebenarnya memiliki arti “utusan.” Dalam hal ini, anak-anak Allah adalah bagian dari persidangan Tuhan. Sidang yang dimaksud ialah seperti adanya sidang ilahi oleh Tuhan. Dalam arti “utusan” kata Ibrani yang seakar dengan kata itu ialah “malaikat.” Dalam Alkitab, Malaikat membawa pesan dari Allah kepada manusia. Namun malaikat juga lebih dari hanya sekedar pembawa pesan Allah. mereka juga melindungi umat Allah, bertindak sebagai wakil Allah dan melaksanakan kehendak Allah. Bahkan dikatakan bahwa malaikat menjadi bagian dari dewan yang mengelilingi Allah di surga dan itu dapat mengacu dalam Ayub 1:6 dan Zak. 3:7.
ReplyDeleteSedangkan kata “Iblis” dalam bahasa Ibrani berarti “penuduh” (the accuser). Dalam Perjanjian Lama, Iblis (Penuduh) digambarkan sebagai: (1) pembuat onar yang menyebabkan Raja Daud menghitung jumlah orang Israel, suatu rahasia yang hanya boleh diketahui oleh Tuhan (1 Taw. 21:1-2, 16-17); (2) yang diizinkan untuk menimbulkan penderitaan pada Ayub 1:6-2:7) (3) maupun dalam tuduhan terhadap imam besar Yosua Zak. 3:1-2 dan dalam Kej 3. Pada masa penciptaan.
Menurut agama Persia, ada suatu mahkluk yang menjadi lawan utam Tuhan yaitu Iblis. Makhluk ini ditemani oleh makhluk lainnya seperti malaikat untuk melakukan rencana jahatnya. Dalam terjemahan Septuaginta, “musuh Tuhan” ini juga disebut diabolos yang berarti “penuduh.” Hal ini sama seperti dengan apa yang dilakukan oleh Iblis, dengan menuduh Ayub yang sebenarnya tidak demikian karena Ayub tetap saleh dan membuktikan bahwa Iblis salah.
1:7 Tuhan sendirilah yang bertanya pada Iblis. Hal ini menunjukkan seolah-olah Tuhan itu tidaklah maha tahu dalam segala hal. Namun bukan berarti demikian. Oleh karena Ayub adalah kitab puisi, maka ini juga kemungkinan besar dipengaruhi oleh jenis sastra kitab dan juga gaya bahasa penulisan, yang bersifat narasi dan adanya dialog atau pun monolog, sehingga penulis Kitab Ayub menuliskan hal yang demikian adanya.
ReplyDelete1:8 Tuhan bertanya untuk yang kedua kalinya kepada Iblis. Sepertinya Tuhan ingin mempromosikan Ayub sebagai hamba-Nya yang benar-benar takut akan Dia dan menjauhi kejahatan. Hal tersebut menjadi lebih nyata ketika Tuhan Allah sendiri yang mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub. Ini juga menunjukkan bahwa Allah sebenarnya percaya kepada Ayub yang tentunya akan tetap setia pada-Nya. Allah pasti sudah tahu apa yang sebenarnya Ia lakukan. Adalah hal yang masuk akal jika dipikirkan, meskipun tidak diketahui secara pasti mengapa penderitaan bisa terjadi. Namun bagaimana mungkin ketika Allah sendiri yang mempromosikan Ayub sebagai hamba-Nya yang saleh dan ketika ia dicobai dan mengutuki Allah sendiri maka itu sepertinya tidak menjamin apa yang Allah katakan sebelumnya kepada Iblis. Oleh karena itu, Allah pasti sudah tahu bagaimana akhirnya nanti dan dakwaan Iblis sebenarnya tidaklah benar tentang Ayub.
1:9-10 Dalam ayat ini, Iblis pun pasti mengenal siapa Ayub sebenarnya. Ayat ini juga berisi tentang dakwaan atau tuduhan Iblis kepada Ayub. Bahwa ketika Ayub tidak mendapat apa-apa dalam artian pahala atau berkat maka ia akan mengutuki Allah atau tidak menjadi saleh lagi. Iblis juga tahu bahwa tentunya semua yang ada pada Ayub adalah pemberian Allah.
ReplyDelete1:10 -11 Dalam ayat inilah yang dimaksud dengan iman yang diuji. Iblis sangat yakin ketika Ayub kehilangan segala sesuatu, entah itu hartanya maupun keluarganya maka ia akan mengutuki Allah. Sehingga Iblis berkata kepada Tuhan agar dapat mengulurkan tangan-Nya dan menjamah segala yang Ayub miliki. Dalam zaman kuno juga, ada keyakinan bahwa Allah memberikan kesehatan dan dan kekayaan kepada orang yang saleh, dan menghukum orang yang jahat yakni dengan mendatangkan bencana, penyakit dan kemiskinan (4:7-9). Keyakinan inilah yang sangat mempengaruhi percakapan dalam Kitab Ayub (Ayub dan ketiga sahabatnya; Elifas, Bildad dan Zofar).
1:12 Sulit dipahami ketika sepertinya dan seolah-olah Allah menuruti apa yang Iblis mau. Akan tetapi, perlu diyakini Allah yang mengizinkan hal itu terjadi dan tentunya Ia pasti tahu apa yang akan Ia lakukan. Dari hal inilah dapat juga dikatakan bahwa Iblis dipermalukan dan menyatakan bahwa Iblis sebenarnya salah, yang dapat dilihat dari kehidupan Ayub yang meskipun menderita dengan sangat berat namun ia tetap setia dan saleh kepada Allah.
1:13-19 Dari ayat 13-19 merupakan puncak dari penderitaan Ayub yang pertama. Bermula dari adanya seorang pesuruh yang mengatakan bahwa Ayub telah kehilangan segala ternaknya. Kedua, datangnya orang lain yang kembali mengatakan bahwa adanya api yang menyambar dari langit dan membakar ternak dan juga penjaga-penjaganya. Ketiga, datang lagi orang lain yang mengatakan adanya orang Kasdim yang merampas unta-unta dan juga memukul penjaganya. Serta keempat ada orang lain lagi yang mengatakan bahwa meninggalnya orang-orang muda, anak-anak Ayub meninggal.
ReplyDeleteSesungguhnya hal ini pun menjadi misteri. Empat masalah yang bertubi-tubi datang dan terjadi pada kehidupan Ayub merupakan hal yang sangat berat. Apalagi hal ini terjadi secara bersamaan yang diberitahu oleh orang lain secara berturut-turut ketika satu demi satu masalah dibicarakan.
1:20-22 Sangatlah jarang bahkan hampir tidak ada ketika orang yang menderita dengan sangat berat namun masih dapat menyembah Allah. Dan satu-satunya tokoh yang memperlihatkan hal tersebut adalah Ayub sendiri. Setelah merendahkan diri dengan mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya yang menandakan tanda dukacita atau penyesalan atas dosa. Ayub sangat sedih atas kehilangan semuanya namun ia tetap menyembah Allah, Ayub mengakui bahwa segala sesuatu adalah berasal dari pada Allah dan kembali menyembah Allah. Jika ditanya tentang tokoh atau orang yang paling lulus dalam menghadapi penderitaan yang paling berat sekali pun dan bisa dilewatinya, maka jawabannya adalah seorang tokoh yang bernama Ayub. Bahkan dalam kesemuanya itu, Alkitab mencatat bahwa Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang tidak patut. Dapat dikatakan bahwa adanya iman dalam kesalehan Ayub benar-benar murni dan terbukti ketika ia mengalami penderitaan yang sangat berat sekali pun. Bagaimana tidak? Ayub bahkan bisa lulus dalam ujian terberat yang ia hadapi.
5. Kesimpulan Kitab Ayub 1:1-22
ReplyDeleteKitab Ayub adalah satu-satunya kitab, yang sebenarnya juga mengajarkan bahwa pengalaman dan sikap hidup seseorang tidaklah dapat menentukan kehidupan seseorang untuk terus baik-baik saja. Seperti Amsal juga mengatakan, “Langkah orang ditentukan oleh Tuhan, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya.” Ayub saja, yang adalah orang yang saleh, jujur, menjauhi kejahatan dan hidup takut akan Allah pun mengalami apa yang namanya penderitaan. Bahkan penderitaan yang terjadi adalah penderitaan yang sangat berat dan sulit bahkan tidak bisa dipahami mengapa hal itu bisa terjadi pada orang sesaleh Ayub. Bagaimana pun, Ayub tetap menunjukkan hidup yang saleh dengan tidak mempersalahkan entah itu keadaan, orang lain atau mengutuki Allah dan tidak menuduh Allah yang tidak patut.
Dengan demikian, selain Kristus, Ayub menjadi salah satu teladan yang paling baik ketika seseorang mengalami pencobaan atas kehidupan. Ayub berhasil membuktikan bahwa dakwaan Iblis salah dan kehilangan segala sesuatu mengajarkan manusia agar tidak meninggalkan Allah dalam hal sesulit apa pun seperti yang Ayub alami. Dengan kemurnian hati Ayub dan kesalehannya, ini menunjukkan bukti bahwa Ayub juga memiliki iman dan pengharapan dalam Tuhan yang dapat dilihat dari sikap hidupnya ketika ia menghadapi cobaan. Pada akhirnya, Tuhan tetap memulihkan keadaan Ayub dan memberikan dua kali lipat dari apa yang Ayub miliki sebelumnya. Dari hal inilah, Allah tetap berperan dalam kehidupan manusia, bahkan dalam penderitaan sekali pun. Sesungguhnya semuanya tetap dalam kontrol dan penyertaan Allah yang membawa pada tujuan-tujuan Allah sendiri. Allah yang maha tahu dan sumber segala hikmat, pastilah melakukan segala sesuatu dengan tujuan, termasuk penderitaan yang Ia izinkan terjadi dalam kehidupan umat yang percaya kepada-Nya. Entah tujuan-Nya untuk menguji iman kita, menguji seberapa jauh ketaatan terlebih kesetiaan kita sebagai orang yang percaya dan lain sebagainya. Namun Ia juga pasti tahu yang terbaik dan bagaimana kehidupan bisa berjalan seturut dengan kehendak dan untuk kemuliaan Allah.
ReplyDeleteNama / NIM : 1. Hafaahakhododo Gulo / 20190108
ReplyDelete2. Yaliper Yogosam / 20190127
KITAB AYUB pasal 15
1. Jenis Sastra
Para penulis LXX asli merasakan bahwa teks ini sulit sekali dipahami sehingga hampir seperempatnya hilang. Terdapat beberapa perikop dalam teks Ibrani purba yang tidak dapat diterjemahkan, sebagaimana terdapat dalam teks Massoretik. Berbagai perkataan yang dipakai membuat beberapa orang membayangkan, bahwa Kitab ini pada aslinya tertulis dalam bahasa Arab atau dalam bahasa Edom dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani.
Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu Kitab hikmat dan syair dalam PL: hikmat karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; syair karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair.
Ayub meliputi baik syair maupun prosa. Prolog dan epilognya tertulis dalam bentuk prosa, sementara bagian yang terbesar terdiri dari tiga rangkaian dialog dalam bentuk syair. Ayub mempunyai hubungan yang dekat dengan kepustakaan hikmat Ibrani, tapi Kitab ini tak dapat diberi jenis yang tepat. Ayub mempunyai tempat yang istimewa dalam tragedi-tragedi besar dalam sejarah mulai dari zaman Yunani hingga zaman modern sekarang ini.
2. Kontes Ayub pasal 15
Untuk kedua kalinya Elifas berbicara kepada Ayub. Isi pembicaraanya sedikit lebih pendek dari nasihat pertamanya, namun tetap dengan keyakinan yang sama: Ayub telah berdosa dan Tuhan sedang menghukumnya! Elifas malah menegur Ayub dengan keras. Sayangnya, teguran yang keras ini tidak mengenai sasaran dan malah makin memperdalam luka pada hati Ayub.
Ayub bukanlah orang yang sempurna, namun ia bukanlah orang yang tidak takut kepada Allah. Ayub tetap berusaha untuk hidup takut kepada Tuhan dan tidak bermulut licik.
3. Struktur Ayub pasal 15
Pembicaraan Elifas yang kedua (ay. 1 35)
Sikap Ayub dikritik (ay. 1 16), Elifas menegur Ayub karena kesalehan dalam membela dirinya.
Nasib orang jahat (ay. 17 35), Dia menunjukkan kebiasaan orang jahat yang tidak diam.
4. Eksegesis ayat per ayat
Ay. 1 Maka Elifas, orang teman, menjawab:
Ay. 2 Apakah orang yang mempunyai hikmat menjawab dengan pengetahuan kosong, dan mengisi pikirannya dengan angin.
Pengetahuan kosong (ay. 2a). Harfiahnya, pengetahuan yang isinya angin (ay.2b). berbagai klaim Ayub tentang hikmat yang dimilikinya diingkari oleh ucapan-ucapannya yang tidak berfaedah (ay. 3).
Ay. 4 Lagipula engkau melenyapkan rasa takut dan mengurangi rasa hormat kepada Allah. Luapan-luapan emosional Ayub yang tidak senonoh itu lebih buruk daripada ungkapan emosional yang tidak terkendali sebab mengurangi nilai takut akan Allah dan karenanya merusak agama.
Ay. 5 Bahasa orang licik. Mungkin kiasan untuk kelicinan (kata yang sama) ular pada Kej. 3:1. Kesalahan Ayub terungkap melalui kata-katanya (ay. 5a), dan kata-katanya itu membuktikan bahwa dirinya bersalah (ay. 6).
Ay. 6 Mulutmu sendirilah. Pernyataan bahwa tidak bersalah, sebenarnya bermaksud menyembunyikan kesalahan.
Ay. 7 Manusia pertama. Pernyataan pertama yang dilontarkan Elifas memperlawankan Ayub dengan manusia pertama. Manusia pertama memang berhak berlaku sebagai guru hikmat bdk Yes. 28:12-13.
Keberanian Ayub justru sebaliknya, ia tidak sezaman dengan adam maupun makhluk perbakala lainnya.
Lebih dahulu dari pada bukit-bukit. Pernyataan kedua ini rupanya mau memperlawankan Ayub dengan hikmat Allah sendiri, yang lahir sebelum gunung-gunung dan bukit-bukit (Ams. 8:25), dan sejak awal mula hadir pada Allah sebagai penasehat-Nya (Ams. 8:1-31).
Ayub juga tidak memiliki pengetahuan rahasia yang khusus tentang ketetapan-ketetapan Allah
ReplyDeleteMungkin ayat 10 khusus mengacu kepada Elifas.
Ay. 11 Kurangkah artinya bagimu penghiburan Allah?. Suatu gambaran yang agak baik tentang nasihat para sahabat Ayub, namun selaras dengan apa yang diduga sebagai penyataan khusus Elifas yang sekarang dikemukakannya (ay. 14-16; bdk. 4:17-19).
Maksud dari pengulangan ini terungkap dengan membandingkan 15:16 dengan 4:19, Elifas berusaha mengungkapkan penilaian yang sudah dibaharui tentang Ayub sebagai orang yang secara menjijikkan ingin mengejar dosa.
Ay. 17 35. Ketika hanya kepada mereka negeri itu diberikan (ay. 19a). Di samping pandangan pribadi rekan-rekan sezaman yang paling tua (ay. 17; bdk ay. 10), Elifas meminta persetujuan dari tradisi yang paling murni (ay. 18, 19) untuk mendukung dogmanya mengenai hukuman dan menentang ajaran Ayub yang sesat , bahwa orang yang tidak saleh seringkali makmur hidupnya (bdk 12:6). Kemakmuran orang fasik hanya bersifat khayal saja (ay. 20 35).
Ay. 22a Ia tidak percaya, bahwa ia akan kembali dari kegelapan. Kesejahteraannya dihancurkan oleh firasat tentang malapetaka yang tidak dapat ditolong (ay. 20-24), yaitu berbagai firasat yang menyiksa dari nurani yang tercemar oleh kenikmatan duniawi dan penghinaan kepada Allah (ay. 25-28).
Setiap usahanya yang menjanjikan kemakmuran terbukti gagal (ay. 29-34) sesuai dengan hukum pembalasan (ay. 35) yang mungkin tertunda namun tidak bisa dielakkan.
Disini Elifas mengutarakan kunci para konselor itu untuk ronde perdebatan kedua.
5. Kesimpulan
Perkataan-perkataan yang tidak berguna, yang tidak bermanfaat untuk Allah, untuk lingkungan kita, ataupun untuk diri kita sendiri, lebih baik tidak diucapkan. Jika di tengah masalah kita berserah di dalam doa dan penyembahan, kita akan lebih sedikit cenderung untuk mengeluarkan kata-kata yang menyebabkan orang lain meragukan ketulusan dan kesetiaan iman kita.
Nama Kelompok:
ReplyDelete• Rina Totuongo/20190122
• Sekol Selak/20190124
MENELITI KITAB AYUB 3:1-26
Jenis Sastra
Karya sastra menurut ragam dibedakan atas “prosa, puisi dan drama”. Dalam ketiga jenis sastar ini ada banyak permasalahan yang dijumpai “ masalah politik, ekonomi, dan budaya”. Kitab ini berisi aneka ragam gaya sastra, termasuk dialog, percakan seorang diri, wacana, narasi dan nyanyian pujian. Bentuk sastra ini adalah umum bagi sastra hikmat, tetapi jarang sekali menjumpai sedemikian indah dan mahir seperti yang dijumpai dalam Kitab Ayub. Sastra hikmat dari Timur Dekat Kuno menamplkan beberapa karanagn yang berpusat pada soal-soal filosofi umum yang sam. Sastra dari Mesopotamia menunjukan beberapa kesamaan umum dalam bentuk dan isi dengan kitab Ayub, kitab tersebut memiliki tingkat penalaran yang jauh lebih tinggi, baik dalam bentuk sastra, filosofi dan integritas. Ditetapkan atas dasar korelasi dengan karya-karya orang Mesopotamia ini.
Nama Kelompok
ReplyDeleteYohanis Triwira Djahi Dopong
Hadison Tafonao
Tugas meneliti Kitab Ayub, yang di ampu Oleh Pak Robi Prianto
AYUB 11:1-20
JENIS SATRA
Kitab Ayub merupakan bentuk baru yang unik dari sastra hikmat karena dalam ayat-ayatnya ditampilkan perdebatan yang besar, rumit dank keras (www.andrafarm.co.id). Satra hikmat merupakan karya sastra yang jumlah mengandung pengalaman-pengalaman hidup dan pengajaran-pengajaran yang ditampilakan secara ringkas dalam bentuk pepatah dan aforisme. Biasa sastra hikmat dituliskan dalam bentuk puisi. (Menurut Buku Maire-Claire Barth-Frommel), mengatakan bahwa Kitab Ayub termasuk Sastra Timur Tengah Kuno dimana cerita orang benbar yang ditimpa celaka diangkat sejak milemium kedua sebelum Masehi. Dan juga Kitab Ayub adalah karya yang memberi bentuk sastra pada pengalaman yang dihayahati banyak orang dan hidup mereka sendiri, juga pada masa kini. Kitab ini terisi oleh dua bagian utama: suatau bingkai dalam bentuk prosa, dan bagian tengah dalam bentuk puisi.
KONTEKS PASAL 11:1-20
Konteks dalam pasal ini adalah sebuah nasihat yang diberikan Zofar kepada Ayub. Zofar adalah pembicara ketiga. Zofar berlagak pintar. Ia menganggap rendah orang lain, karena menurut dia orang lain itu tidak sepintar dia. Dan dalam tingka lakunya ia keterlaluan. Ia menganggap telah menguasai suatu, pada hal ia sama sekali tidak tau apa-apa, sikapnya berlagak tahu semuanya.
STUKTUR PASAL
Zofar menegur Ayub (1-5)
Zofar memuliakan hikmat Allah atau Hikmat Allah diagungkan (6-12)
Seruan untuk Pertobatan (13-20)
Ayat 1 maka berbicaralah Zofar, orang Naama.
Zofar berasal dari Naama, di lereng barat Gunung Lebanon, antara Beirut dan Damsyik. Namanya dipakai secara umum di wilayah Siria itu. Ia gusar karena perkataan Ayub.
11:1-6 Ayub dihardik. Ayat 1-2 dengan terus terang Zofar menyalakan Ayub karena ucapanya yang hampa
Ayat 3. Ia tidak dapat mengharap bahwa orang mengetahui lebih baik akan berdiam diri.
Ayat 4. Perkataan-perkataan Ayub mengandung tuntutan tentang cara berpikir yang lurur dengan cara hidup yang baik. “katamu pengajarku murni dan aku bersih diMatamu” dari perkataan ini dilihat bahwa alangkah sombongnya ia menentang pengajaran hikmat tradisional, menambah pertimbangannya dirinnya sendiri dan masih berani mengatakan bahwa pengajaranya murni, tidak dicampur dengan pikiran baru yang salah. Dari manakah ia mengetahui bahwa ia bersih dimata Allah pada hal ia pasti bersalah? Bukankah ia harus dipermalukan agar menyadari bahwa ia hanya orang yang sesat dalam hikat dan kelakuannnya? Sebaiknya, Allah sendiri berfirman padanya: “dan memberitakan kepadamu rahasia hikmat, karena itu ajaib begi pengertian. Maka engkau mengetahui bahwa Allah tidak memperhitungkan bagamu sebagian dari pada kesalahanmu.
Ayat 5-6. Bila Allah berbicara maka Ayub akan menemukan bahwa kedua tuntutan itu dihancurkan sama sekali. Himat manusiawinya yang kerdil akan menjadi layu didepan hikmat bukan hikmat ilahi yng besar dan akan ditemukanya bahwa – bahkan ternyata – Allah memberikan pengajaran yang sangat teringat atas keberdosaannya.
Ayat 7-12. Hikmat Allah di Agungkan.
DeleteAyat 7-9, makna dari perikop yang kuat dan yang terancap dalam ingatan ini dituangkan dengan baik dalam kalimat Moffatt, ‘dapatkah kau temukan hal-hal yang hakiki tentangkah Allah? dapatkah engkau mencapai jarak yang jauh dari hikmat Allah? hikmat itu jauh lebih tinggi dari langit – bagaimanakah engkau mengembaginnya? Ruang lingkupnya adalah lebih besar dari bumi, dan lebih luas dari lautan.
Ayat 10-11, hikmat ini yang menjatuhkan putusan atas orang yang sia-sia, dan putusan seperti itu haruslah tak mempunyai aib.
Ayat 12, biarlah Ayub menyerahkan dirinya kepada displin yang ingin diselenggarakan oleh hikmat ilahi, dan ada harapan bahwa proses ini menghasilkan pengertian yang murni, sekalipun, sama seperti orang-orang lain Ayub mempunyai kebodohan dalam hal membandel seperti yang dimiliki oleh anak keledai liar. Artinya ialah Zofer tidak melihat harapan lagi orang-orang bodoh lebih besar dari pada bagi seekor keledai liar untuk dilahirkan dalam bentuk manusiawi. Kebodohan dapat bisa hilang dalam kebesaran laut Wahyu ilahi.
11-13-20 Seruan untuk Pertobatan.
Ayat 13-14. Zofer berserah kepada Ayub untuk membuang segala dosa yang diketahui, yang ia mengambarkan upah pertobatan yang sangat mempesonatan
Ayat 15, salah satunya hasilnya ialah kemampuan untuk menghadapi dunia ini secara langsung tanpa kuaktir dan tanpa malu
Ayat 16-17, hal ini juga membuat orang melupakan hal-hal yang lalu yang kegelapannya akan disirnakan oleh sinar yang terang menderang dewasa.
Ayat 18-19. Dan mengantar kepada keamanannya dan pengharapan (bdg 7:6).
Ayat 20. tapi bila mana tak ada pertobatan, satu-satunya harapan yang tersisa bagi Ayub ialah menghirup nafasnya yang penghabisnya
KESIMPULAN
Dari pasal ini kita belajar dari seseorang yang bernama Zofar ada dua aib dalam dirinya, yang biasanya terdapat. Yang pertama Ia terlalu percaya pada pandangan agamaniahnya sendiri. Yang kedua ia tidak rendah hati. Hal ini bahwa Zofer mendesak Ayub supaya berlutut dalam kesadaran akan keterbatasan pengetahuan manusia. Namun apabila ia menggurui Ayub, ia lupa bahwa akal budi menilai penderitaan-penderitaan Ayub itu juga adalah terbatas. Tidak dia ketahui bahwa kesimpulan-kesimpulannya yang ditarik dari kesenngsaraan Ayub adalah cap dari anak keledai liar (11:12), dari pada jerita pilu penderitaan.
Dari pelajaran ini kita dapat mengetahui bahwa menilai orang dari satu sudut pandang saja tidak cukup, apalagi mencap orang yang menderita adalah orang yang berdosa. Karena dari penderitaan itu Allah punya tujuan yang lebih jauh dari apa yang dipikirkan.
Eksegese Singkat
ReplyDelete3-10“Mengutuki Hari Kelahiran”. Ayub sedang menderita, terhina dan sakit. Kesedihan yang besar ialah bahwa Allah tampaknya meninggalkannya. Ia mulai dengan mengikuti hari lahirnya pada keadaannya yang menyedihkan, tetapi perhatikan bahwa dalam semua ini Ayub tidak mengikuti Allah. Seruannya merupakan ungkapan penderitaan dan keputusasaanya bukan suara yang menyentang Allah. Menghampiri Allah dengan kesedihan dan dukacita untuk menjumpai serta memohon belas kasihan-Nya tidak perna salah. Apakah yang mengubah nada pujian Ayub yang menunjukan sikapnya yang tunduk kepada Allah menjadi kutuk yang tanpa kendali? Apakah ketahanan rohaninya sudah habis akibat penderitaan jasmani yang terus menerus menyerang. Maka sungguh-sungguh Ayub mencari jawaban makin sadar Dia akan tembok misteri yang meliputi dirinya. Dihantui oleh kekhawatiran yang sangat, bahwa Allah telah meninggalkan dirinya, Ayub mengutuk hidupnya terbaik itu. Baik pada saat itu maupun kemudian, Ayub tidak menenggapi nubuat iblis bahwa ia pasti akan mengutuki Allah. tetapi dengan mengutuki dirinya sendiri Ayub sebenarnya berdebat dengan yang berdaulat, yang telah menetapkan kehidupannya.
11-19. Kesulitan-kesulitan hidup dipertentangkan dengan ketidurany yang tenang dari maut. Semakin banyak Ayub berpikir tentang maut semakin menyadarinya betapa ia sangat tertarik akan maut itu. Ia memikirkan persaudaraan dalam asmara maut. 14, 15 para pembesar; 16 anak-anak yang tergugurkan; bagi dirinya atau bagi orang lain;18 hamba-hamba yang tidak lagi mendengarkan teriakan yang melengking dari tuanya; 19 orang kecil orang besar. Yang pada suatu waktu terpisah oleh ukuran dunia kini terbagi berdampingan. Bagi Ayub maut adalah pelarian dari hidup, obat bius yang membuat jiwanya melupakan kecelakaan.
20-26. Terang dari kehidupan selaku gading yang retak, hanya menjunjukan nasib sial dari seorang yang bersusah-susah dan sakit hati. dalam mata Ayub maut bukanlah merupakan raksasa teror yang harus dielakkan, tapi sebaliknya harta yang harus dicari dengan kegemaran seorang yang mencari harta karun. Terang dalam hal ini hanya dapat memperdayakan orang yang terang kehilangan perkehidupan, yang mempunyai perasaan di kepung Allah dalam segala gerak-geriknya. Ayub tidak tahu mengapa ia harus hidup bila menanggung penderitaan yang demikian berat maka kematian yang menjadi tampak yang berharga bagi dirinya yang sangat terjerat derita. Dan penderitaan itu sebandingkan dengan kesukaan yang dia alami di masa silam.
ReplyDeleteKesimpulan
Dalam Kitab Ayub 3:1-26, menciritrakan keluh kesah Ayub dimana mengalami penderitaan yang membuatnya, sangat mederita. Dan hampir-hampir tidak menerima dirinya untuk dilahirkan di dunia sebagai manusia, sehinga ia menyesali dengan mengutuki dirinya dan putus asa. Tetapi dia tidak mengutuki Allah, melainkan mengutuki dirinya, karena ia tidak menangkapi nubuat Iblis. Ini menujukan bahwa Ayub tidak memberikan peluang kepada Iblis untuk mengutuki Allah dia atas penderitaan yang dialaminya. Karena Atyb adalah yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Terkadang dalam setiap kehidupan manusia, ketika mengalami penderitaan yang sedemikian halnya, unggapan atau kata-kata Ayub ini bukan hal yang baru, dan sangat sering diucapkan oleh seseorang yang megalami penderitaan, baik itu secara, fisik, sikis mental dll. Samahalnya Yesus sendiripun perna mengalami-Nya (Mat.26:39;42. Luk.22:42). Dari semuanya ini mengajarkan orang percaya bahwa, ketika mengalami penderitaan janganlah kita mengambil keputusan dan menyalahkan Tuhan, tetapi kita percaya dan yakin bahwa dibalik semuanya itu ada rencana Allah yang terbaik bagi kita, asalakan kita sadar bahwa semua yang kita alami dan miliki adalah milik Tuhan saja.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama: Degrius Dale
ReplyDeleteWilliams Jefferson Bill Walimema
Ayub 19:1-29
1. Tentukan Jenis sastranya:
sastra yang digunakan dalam pasal ini yaitu “hikmat”.
2. konteks pasal yang disilidki:
Konteks pada Ayub 19 adalah dimana Ayub yang didalam penderitaannya, dan sahabatnya yang bernama Bildad yang memberinya nasihat namun Ayub dengan imannya yakin bahwa Allah akan menolongnya. Dan pada akhirnya sahabatnya melihatnya.
3. Strutur pasal
Ayub 19:1 = Judul
Ayub 19:2-29 = Argumen Bildad, bahwa orang fasik pasti akan binasa
Ayat 25
"Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan kemudiannya Dia akan bangun di atas sisa dari pembakaran."[4]
Di tengah-tengah penderitaan dan keputusasaannya, Ayub dengan iman yang akbar berpaut untuk Allah, sebab percaya bahwa pada kemudiannya Tuhan akan membenarkan dirinya (bandingkan Ayub 13:15; 14:14-15). Ayub memandang Allah selaku "penebus" atau penolong. Di zaman Alkitab seorang "penebus" adalah seorang kerabat yang dengan penuh kasih datang untuk melindungi, membela, dan menolong pada masa kesukaran dan membenarkan kerabatnya yang menderita.
4. eksegese
1-22, penghinaan dalam tangan Allah dilukiskan. Amarah beralih menjadi dukacita sementara ia berbicara kepada kawan-kawan
5-12, ia mengeluh bahwa Allah berminat untuk menghinanya. Karena tak puas melemahkannya melalui perlawanan pribadi Allah telah mengalang sekelompok pembantu yang besar.
21, putus asa karena keadaannya yang sepi tersisi, dengan cara yang menyedihkan sekali ia menghimbau belaskasihan kawan-kawannya, hubungan yang tragis antara Ayub dan kawan-kawannya nampak dalam terang yang jelas.
22. ayat ini menunjukan pdemikian menyolok ( lebih dari ayat lain dalam kitab suci) besarnya hutang kita terhadap Tuhan Yesus Kristus tentang pandangan kita mengenai Allah.
23-29, iaman kemudian menang. Ayub menoleh kemasa depan untuk menemukan pengharapan yang tidak diberikan kepadanya oleh masa kini, suatu pengharapan yang berkobar-kobar.
24, andai persoalannya dapat di catat dalam sebuah buku, pada sebuah loh yang terbuat dari tima, atau pada suatu prasasti yang diukir dalam sebuah batu pastilah angkata-angkatan penerus akan menunjukan sikap yang lebih baik terhadap hal ini dari pada angkatanya yang sekarang.
ReplyDelete25-27, tiba-tiba kita mendapat penglihatan hebat tentang penebus yang tampil untuk membela persoalan Ayub, untuk mengizinkannya mendengarkannya keputusan tidak bersalah, hal mana sangat diinginkannya, dan memberikan kepadanya suatu penglihatan tentang Allah.
26, tanpa dagingkupun dapat juga di terjemahkan “dari dagingku”. Ini daoat berarti bahwa Ayub mengharapkan untuk menjadi orang yang turut menyaksikan pembelaannya masih dari suatu tubuh dari daging, atau ia mengharapkan utnuk hadir dalam peristiwa itu selaku roh yang tak bertubuh.
27, bagi Ayub tidak cukup suatu pendapat yang didasarkan atas berita yang didengar belaka dan bukan orang lain.
28-29, pasal ini di akhiri dengan catatan berupa peringatan. Pembela Ayub akan menghukum mereka yang telah bersepakat melawan dia, yang berpraanggapan bahwa mereka telah mengadakan diagnose tentang sebab yang sebenarnya dari penderitaannya.
Kesimpulan.
Kitab Ayub merupan suatu kitab yang menceritakan bagai mana kisah seorang tokoh yang bernama Ayub. Dimana Ayub di ujih oleh Allahdengan cara diambil segala sesuatu yang di punyainya bahkan istri dan sahabanya meninggalkan dia. dari kitab ini kita belajar bahwa tidak segala sesuatu penderitaan yang dialami seseorang diakibatkan oleh dosa dan juga tidak semua juga penderitaan tidak diakibatkan oleh dosa.
Disini kita belajar bahwa Allah bisa saja mendidik umatnya dengan cara pnderitaan dan juga melalui itu nama-Nya dipermuliakan.
Nama : Maria Mayda Bungetana
ReplyDeleteMeiske Lating
Ayub 9:1-35
Jenis Sastra
Jenis Sastra dalam Kitab Ayub adalah Sastra hikmat
Konteks Pasal
Pasal 9 Merupakan jawaban dari Ayub atas pernyataan Bildad (orang yang kuat mempertahankan tradisi) yang menyatakan bahwa orang Jahat senantiasa menderita sengsara dan juga dari pernyataan Elihu. Ayub juga terus menegaskan keadaannya yang tidak bersalah. Pasal ini juga menuliskan bagaimana Ayub merasa putus asa karena tidak mampu menang berdebat dengan Allah. Ayub tidak mengetahui adanya ujian oleh Allah
Struktur Ayub 9:1-35.
Ayub 9:1 = Judul
Ayub 9:2-35 = Jawab Ayub: tidak seorangpun dapat bertahan di depan Allah
Eksegesis
Benar di hadapan Allah (9:1-35) Ayub mengakui bahwa dia tidak mungkin benar secara sempurna dihadapan Allah. Ayub juga mengeluh bahwa Allah telah menghukum dirinya tanpa alasan (Ayub 9:16-20).
Rahab (Ayub 9:13) Rahab itu ialah naga purba sama dengan Lewiatan, Ayb 3:8, atau "Tiamat". Dalam mitologi Rahab mempribadikan Laut purba (Tiamat), Ayb 7:12. Dengan maksud meluhurkan daya Allah Pencipta yang menguasai segala sesuatu, maka rakyat dan para pesajak suka meluhurkan Allah sebagai pemenang yang mengalahkan Rahab, Ayb 26:12; Maz 89:11. Dalam ceritera-ceritera mengenai sejarah Rahab melambangkan Laut Teberau dan juga Mesir, Yes 30:7; Maz 87:4.
Membantah Dia (Ayub 9:14) membela dirinya dalam pengadilan Allah. Di hadapan Allah Mahakuasa yang baik Hakim maupun pihak yang berperkara, Ayub tidak dapat menempuh jalan penghakiman yang lazim di antara manusia (ada nas-nas lain dalam Ayub yang mengungkapkan kerinduan bahwa Ayub dibenarkan sesuai dengan hukum). Ayub mulai ragu-ragu mengenai ketidaksalahannya sendiri, Ayu 9:20-21. Ayub tidak memperhatikan kebijaksanaan keputusan-keputusan Allah yang melampaui jangkauan manusia (ini ditekankan Sofar, bab 11), tetapi ia hanya melihat keputusan-keputusan Allah yang rupanya dijatuhkan semau-maunya saja. Maka Ayub tampil untuk "membantah Dia" angkat bicara sebagai saksi yang membela terdakwa.
ReplyDeleteMemperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena (Ayub 9:17) hal yang paling sulit bagi Ayub untuk diterima adalah Allah tetap diam ditengah situasi menyakitkan yang tampaknya tanpa tujuan itu.
Oleh siapa lagi? ( Ayub 9:24) Oleh karena sepenuh-penuhnya percaya pada penyelenggaraan Allah yang merangkum segala-galanya, maka Ayub tidak segan-segan melemparkan kepada Allah tanggung jawab atas segala pengalaman yang menjengkelkan, Ayu 9:22-24.
Aku tahu (Ayub 9:28) Elifas dan Bildad mengajak Ayub agar pasrah saja kepada Allah dan patuh, Ayu 5:17; 8:5-6. Tetapi Ayub insaf bahwa sikap yang tidak benar dan jujur semacam itu tidak merubah apa-apa entah keadaan Ayub sendiri entah sikap Allah terhadapnya: semuanya tetap sama-sama saja.
Walaupun aku (Ayub 9:30) Hanya Allah sajalah yang dapat menghapus dosa, orang sendiri tidak dapat. namun orang berdosa menemukan jalan keluar dengan menaruh pengharapannya pada belas kasihan Allah; begitulah pikiran pemazmur, Maz 51. Ayub tidak sadar akan salah satu dosa, sehingga benar-benar merasakan ketidakmampuannya, tetapi ia tidak dapat turut menaruh pengharapannya pada Allah itu.
Wasit diantara kami (Ayub 9:33) Ayub melihat perlunya seorang pengantara yang dapat memegang tangannya dan dengan tangan lainnya berpegang kepada Allah serta mendamaikan kedua pihak
Kesimpulan
Ayub sudah memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan. Ayub sadar bahwa Tuhan bebas berkehendak dan tidak ada seorangpun yang dapat atau berhak menggugat keputusan Tuhan. Ayub tidak membantah pernyataan bahwa Allah itu adil dan berkuasa. Namun, dalam kesengsaraannya, Ayub menggugat dan mempertanyakan ketetapan-Nya. Ia merasa tidak selayaknya menderita seperti ini. Bagi Ayub Tuhan telah bertindak tidak adil. Adakalanya kita sebagai orang percaya masa kinipun menggugat Tuhan bahwa Ia tidak adil, kita marah karena yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan, sebab bukankah kita telah hidup dengan benar dihadapan Tuhan. Kadang mengikut Tuhan membuat kita berdebar penuh keragu-raguan karena kita tidak tahu apa yang akan Ia perbuat kemudian. Keragu-raguan ini yang kerap menimbulkan kesulitan dalam diri kita untuk menyadari bahwa kuasa Allah hadir dalam penderitaan tiap-tiap orang.
Nama : Yiska Febriani To’au (20190128)
ReplyDeleteEben Ezer (20190105)
Sulastri (20190120)
Mata Kuliah : Kitab-kitab Syair dan Puisi
Tugas : Penelitian Kitab Ayub
KITAB AYUB 7:1-21
(Hidup Itu Berat)
1. Jenis sastra kitab Ayub:
Jawaban:
Kitab Ayub merupakan jenis sastra dalam bentuk hikmat spekulatif yang dalam arti bersifat perenungan atau pikiran yang berkaitan dengan masalah kehidupan: arti kehidupan atau masalah penderitaan (dialog)
2. Konteks Kitab Ayub 7:21
Jawaban:
Dengan melihat kehidupan manusia melalui pengalaman sendiri yang pahit, Ayub meratapi kehiduan manusia yang berat dibumi (7:1-2). Seperti budak dimana perteduhan sebagai satu-satunya penghiburan dan orang upahan diamana upah menjadi satu-satunya pelipurlara. Ayub begitu tersiksa oleh kesusahan-kesusahannya sehingga dia tidak dapat bersembunyi ketika dia tidur (7:13-15). Allah mengikuti dia dan terus-menerus mengawasi dia (7:12). Tanpa perasaan takut dia mengajukan keluhan-keluhannya kepada Allah (7:7-21).
3. Struktur Kitab Ayub 7:1-21
Jawaban:
Struktur Kitab Ayub termaksud dalam bentuk dialog, yang dalam berarti perkataan (Logos) antara (dia) yang berlainan pandangan. Para sahabat meneruskan ajaran hikmat dan Ayub bergumul dengan penderitaan yang menimpa dia dari pihak Allah dan menimbulkan persoalan yang baru. Metode yang digunakan argumentasui karena dialog tersebut bukan terjadi semata-mata dari metode tentang fakta. Walaupun pembicara yang satu merasa sangat tersinggung oleh ucapan-ucapan dari pembicara yang lain, kerap kali mereka lebih cenderung mempercayai apa yang mereka dengar sendiri dari apa yang dikatakan oleh lawan pembicaranya itu adalah suatu tanggapan yang berifat tafsiran, yaitu respon atau tanggapan yang ditangkap menurut pemahaman pelaku-pelaku dialog, dan peroalan yang lain secara langsung.
4. Eksegesis
ReplyDeleteJawaban:
Ayat 1-3: Ayub tidak menerima tuduhan yang umum. Ia ingin mengetahui mengapa ia dipersilahkan. Untuk pelanggaran manakah ia dihukum. Karena sesungguhnya ia tidak sadar apa alasan celaan tersebut, makai a mengharapkan perkataan tepat dan jujur, yang menjawab pertanyaan yang lebih menyakitkan daripada penyakit itu sendiri: apa sebabnya saya menderita? Hasrat mengerti itu menjadi dorongan utama hatinya. Walau dia susah, asalkan dia tahu mengapa ia menderita, ia akan menerima kenyataan tersebut. Untuk mencari jawaban tersebut, ia memikirkan kesusahan umum manusia di bumi.
Ayat 7-9: Kembali pada dirnya Ayub menegaskan bahwa seandainya Allah tidak segera menjawab keluhan Ayub, maka kesempatan akan hilang karena di dalam maut tidaklah orang ingat kepada Allah (Mzm. 6:6).
Ayat 17-18: Ayub kebingungan pada satu sisi orang memuji Allah karena manusia mulia dihadapa-Nya. Pada pihak lain, orang takut dan gementar dihadapan Allah. Ia menjaga dan menguji Ayub bagaikan dewa Babel, Marduk, mengawasi naga laut agar tidak mengamuk lagi (7:12).
Ayat 18-19: Padahal Ayub tidak pernah menyangkal (atau menyembunyikan firman Sang Mahakudus (6:10, gelar ilahi ini sering dipakai Nabi Yesaya, dan berakar di Bait Suci di Yerusalem). Apakah Allah itu hanya memperhatikan pelanggaran, sekecil apa pun, dan pantas diampuni saja (bnd. 7:20-21) ataukah Ia mengindahkan kesaksian seorang yang jujur? Ayub menolak uraian sebab-menyebab dan mencari pengertian lain. Ia yakin bahwa penderitaan yang menimpanya hanya dapat datang dari Allah. Dengan ini ia mempertanyakan kebenaran hikmat tradisional dan berusaha mempertahankan identitasnya sebagai orang benar atau adil dihadapan Allah. Kejujurannya mengesankan para pembaca.
5. Kesimpulan
Jawaban:
Ketika sedang mengutarakan tanggapannya Ayub berkali-kali berpaling dari sahabat-sahabatnya dan memusatkan perhatiannya kepada Allah. Struktur dari ucapan pribadi Ayub dengan demikian mencerminkan keseluruhan pergumulan batinnya karena, setelah dikecewakan oleh sahabat-sahabatnya yang ada di dunia ini, dia terpaksa memandang kembali kepada Sahabat surgawi dan Penebus ilahinya untuk memohon penjelasan.
Eksegis Kitab Ayub
ReplyDelete“Ayub 1:1-22”
Lorra Lauretta / 20190112
Jenis Sastra
Dalam kitab Ayub, terdapat berbagai macam gaya sastra, diantaranya ada dialog, percakapan seorang diri, wacana, narasi, dan nyanyian atau pujian. Bentuk-bentuk sastra ini adalah umum bagi sastra hikmat, tetapi jarang sekali dipadu secara demikian indah dan mahir sebagaimana yang dijumpai dalam kitab Ayub. Secara khusus Ayub pasal 5 ini menggunakan gaya sastra hikmat dalam bentuk dialog.
Konteks pasal
Ayub merupakan seorang tokoh Alkitab yang saleh dan jujur serta takut akan Allah yang menjauhi kejahatan. Ayub memiliki tujuh anak laki-laki, tiga anak perempuan dan juga memiliki harta kekayaan yang di antaranya: tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina (Ayub 1–3). Iblis datang menghampiri Allah dan meminta izin untuk mencobai Ayub. Ayub kehilangan semua anaknya dan segala harta bendanya, dan juga dihinggapi penyakit kulit, namun Ayub tetap setia kepada Tuhan walaupun Ayub mengalami penderitaan (Ayub 1:12). Ayub menjadi teladan bagi siapa pun yang taat kepada Allah. Semua cobaan yang datang kepada Ayub mampu dilewatinya karena keteguhan imannya kepada Tuhan. Kisah Ayub ini secara jelas dikisahkan dalam kitab Ayub. Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu hikmat yang membahas secara mendalam masalah universal yang penting dari umat manusia, hampir seluruh kitab ini berbentuk syair
Eksegese kitab Ayub 1:1-22
Ayub 1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Ayub tinggal di negeri Us. Tidak ada penjelasana dimanakah Us itu berada. Ada yang mengatakan di daerah Arabia Utara, tetapi juga ada yang mengatakan di daerah Edom, sebab nama Us adalah nama orang Edom. Alkitab menyebut Ayub sebagai seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Empat hal ini merupakan pokok penting bagi Seorang yang mau turut Tuhan. Saleh dalam bahasa Ibrani ditulis tam, artinya sempurna, lengkap. Kata ini berkembang menjadi tumim, yaitu baju efod yang ada di dada imam besar, lalu istilah ini berkembang menjadi tamim artinya integritas. Dalam bahasa Inggris ditulis Integrity, jadi Ayub seorang yang memiliki integritas. Integritas itu jujur, tulus. Sedangkan jujur ditulis yasyar artinya jujur, jalan kencang. Takut akan Allah inilah permulaan hikmat. Ayub memahami Tuhan dengan sebenarnya. Menjauhkan diri dari kejahatan, artinya tidak mau duduk bersama dengan orang fasik Mzm 1:1. Ayub memelihara hidup benar dihadapan Tuhan. Ayub seorang benar, ia sama dengan Nuh, tetapi akhir hidup Nuh dalam mabuk anggur Kej 6:9, sehingga julukan ini hilang dan berpindah kepada Ayub.
ayat 1:2 Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
Allah memberkati Ayub dengan sepuluh anak, yaitu 7 anak laki dan 3 anak perempuan. Mereka sudah besar dan telah menikmati hidup yang indah dengan Ayub. Seandainya anak yang bungsu berusia 20 tahun, maka anak yang sulung usianya 30 tahun, itupun jikalau Ayub melahirkan anak setiap tahun. Kalau Ayub menikah usia 40 tahun (seperti Ishak), maka usia Ayub diperkirakan minimal 70 tahun lebih. Jadi usia yang sudah lanjut. Walaupun anak-anaknya sudah besar, tetapi Ayub masih sering mendoakan dan menguduskan mereka bagi Tuhan. Inilah orang tua yang dihargai oleh anaknya, orang tua yang menanamkan sifat rohani lebih daripada apapun.
ayat 1:3 Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.
Kekayaan Ayub diceritakan dengan jelas oleh Allah, sebab Ayub tidak bersandar kepada kekayaan. Dalam Alkitab tidak banyak orang yang kekayaannya dijelaskan dalam Alkitab sedemikian rupa. Dengan 7000 ekor domba ia bisa membuat pakaian musim dingin dan dijual. Dengan 500 pasang lembu ia bisa memiliki banyak makanan dan bisa dipakai untuk membajak sawah. Dengan 3000 unta ia bisa menjalankan seluruh pekerjaan pengangkutan dan unta itu menjadi alat transportasi pribadi, bahkan disewakan. Dengan 500 keledai betina, ia bisa mendapat banyak makanan (susu keledai). Ayub orang yang tidak kekurangan, hidupnya penuh kelimpahan, tetapi bukan itu yang menjadi sasaran hidupnya, melainkan Tuhan, karena ia tidak pernah menganggap bahwa kekayaan itu miliknya sendiri. Ia mengakui bahwa semua itu dari Tuhan. Ayub hidup dipangkuan kemewahan
ReplyDeleteJob 1:4-5 Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa. Ayub Seorang ayah yang baik, ia menginginkan anaknya selalu berkenan kepada Tuhan, sehingga ia sering mendoakan agar anaknya tetap berada dalam perlindungan Tuhan. Ia tidak mau anaknya hidup dalam dosa. Ia memperhatikan sekali sikap anak-anaknya kepada Tuhan. Ayub peka secara rohani, tidak hanya hidupnya sendiri, tetapi juga mengenai perbuatan dan perkataan anaknya. Seorang pria yang saleh.
Narasi ke 2 serangan pertama.
ayat 1:6 Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.
Anak-anak Allah dalam ayat 6 ditulis bene Elohim. Mereka adalah para malaikat yang melayani Tuhan. Dalam Ayub 38:7 Pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorai bersama dan semua anak Allah bersorak-sorai. Ayat ini terjadi sebelum manusia diciptakan, siapa lagi yang disebut sebagai anak-anak Allah, jikalau bukan malaikat. Setelah manusia diciptakan istilah anak Allah atau umat Allah ditujukan kepada manusia, sudah bukan kepada malaikat lagi.
ReplyDeleteDi tempat itu hadir juga setan. Dalam bahasa Ibrani ditulis Hassatan atau the satan. Satan adalah sebuah kata kerja bahasa Ibrani, artinya menjadi seorang musuh, melawan. Sedangkan kata bendanya berarti sang musuh atau si penuduh. Dalam bahasa Yunani (LXX) ditulis ho diabolos. Jadi memang pada dasarnya iblis adalah penuduh manusia, bukan mempunyai sifat penuduh. Iblis menuduh manusia siang dan malam Why 12:10, ia tidak bisa tenang. Sedangkan Allah itu kasih adanya, bukan bersifat kasih. Karena setan penuduh maka ia tidak pernah mempunyai sahabat sahabat, dan tidak mau bersahabat, sebab istilah itu tidak ada dalam diri setan. Semua adalah musuhnya, walaupun sesama setan bukan sahabat, sebab hanya kebencian yang ada. Mengapa mereka kompak? Sebab menghadapi musuh yang sama maka setan bisa sepakat tetapi jika sudah selesai mereka akan memencinya. Misalnya antikris dan sundal babel kelihatannya rukun, tetapi ketika semua selesai, antikris membakar sundal babel. Pilatus bisa bersekutu dengan Herodes, padahal keduanya bermusuhan, sebab mereka menghadapi sasaran yang sama yaitu Kristus. Memang setan tidak akan mengusir setan, sebab kalau ini terjadi kerajaan setan tidak akan berdiri Mat 12:26, tetapi bukan karena mereka bersekutu, melainkan karena tujuannya sama. Setan ingin mengenal anak-anak Tuhan, sebab dalam diri anak Tuhan ada kasih, sedangkan dalam dirinya tidak ada, tetapi bukan untuk mengasihi, melainkan untuk membinasakan. Siapakah yang dikenal setan, itulah orang yang dikenal Allah. Setan mengenal Paulus, mengenal Yesus, tetapi setan tidak mengenal anak imam Skewa. Kis 19:15. Sebab itu anak imam skewa dilukainya.
Setan menghadap Tuhan, apakah ini berarti iblis bisa masuk ke Sorga? Dalam 2Korintus 12:2 Paulus diangkat ke Sorga tingkat tiga, Sedangkan Kemah Suci yang menurut surat Ibrani 9:23-24 merupakan gambaran Kerajaan Sorga terdiri dari tiga bagian yaitu tingkat Halaman, Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci. Dahulu Lucifer masih tinggal di Sorga, kemudian, ia dibuang oleh Tuhan sehingga tidak bisa masuk ke sorga, tetapi ia diizinkan Tuhan masuk sorga, dengan bertujuan menuduh manusia. Nanti dalam Wahyu 12:19 barulah iblis dilemparkan sekali lagi ke bumi dan ia tidak bisa naik ke sorga, sebab tempatnya sudah tidak ada lagi. Jadi pengertian bahwa iblis berada di hadapan Tuhan, artinya ia masuk ke sorga untuk menuduh manusia.
ayat 1:7 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.”
ReplyDeleteAllah bertanya kepada iblis bukan berarti Allah tidak maha tahu, ia ingin membicarakan hambaNya Ayub yang sangat dibanggakan supaya setan melihat bahwa ada orang yang mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Setan menjawab kepada Tuhan dari pejalanan mengelilingi dan menjelajahi bumi. Setan punya akses kemana-mana, ia mengelilingi bumi untuk melakukan kejahatannya. Ia bergerak cepat kemana-mana. Ayat ini juga menunjukkan bahwa setan tidak maha hadir, ia tidak berada dimana-mana dalam satu waktu. Setan tidak tenang hidupnya, ia bolak-balik menuduh manusia, sebab ia tahu bahwa ia sudah tidak bisa tinggal di sorga lagi, ia akan masuk dalam lautan api. Ia ingin menjatuhkan sebanyak-banyaknya manusia.
ayat 1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”
Hambaku Ayub. Ini suatu sebutan yang sangat indah. Tuhan tidak berkata, “Lihatlah Ayub, orang yang paling kaya di negeri ini”. Tuhan tidak membanggakan hal ini, yang bangga dengan kekayaan adalah setan. Setan selalu menonjolkan uang, harta, kekenyangan makan dsb, tetapi Tuhan membanggakan ketaatan dan kesalehan hidup. Seringkali kita mendengar orang memuji kecantikan seseorang, “Kamu cantik sekali”, itu pujian duniawi, bukan pujian Tuhan. Tuhan memuji ketaatan seseorang. Ayub walaupun dikenal sebagai orang kaya, selebritis, tetapi Tuhan tidak memandang kekayaannya. Milikilah pikiran Tuhan.
ayat 1:9-10 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
Setan memakai logikanya, bahwa tidak ada orang yang mau bekerja dengan cuma-cuma, tidak ada orang bekerja tanpa motivasi balasan, semua ingin mendapatkan sesuatu. Setan menganggap Ayub seperti orang kebanyakan, karena ada perlindungan Tuhan maka ia setia kepada Tuhan. Seringkali orang berkata, “Ayo kamu setia kepada Tuhan supaya diberkati,” Itu pikiran salah, kita memang harus setia, diberkati ataupun tidak, sebab hidup kita bukan milik kita, tetapi milik Kristus. Kita harus merubah pikiran kita supaya jangan sama dengan pikiran setan . Kita menghampiri Tuhan bukan karena berkat, tetapi karena mengasihi Yesus, sang Penebus. Disini kita memahami bahwa iblis memiliki akal, emosi, kemauan untuk mengancurkan dan mempermalukan Ayub, tetapi disini juga kita melihat bahwa iblis tidak tahu apa yang ada di hati Ayub, bahwa Ayub sungguh-sungguh melayani Tuhan, bukan karena Tuhan memberkati hidupnya. Perkataan setan ini merupakan hikmat setan untuk menghancurkan Ayub, sebab memang hikmatnya melebihi hikmat Daniel Yeh8:3. Setan tidak boleh diremehkan, kalau kita tidak berjalan dalam kerendahan hati dan memiliki pikiran Kristus, maka setan dengan mudah mengendalikan kita lalu mengejeknya.
Setan juga mengamat-amati bahwa ia tidak dapat menghancurkan Ayub sebab Allah telah menaruh pagar perlindungan di sekelilingnya. Setan itu seperti singa yang mengaum dan hendak melulurnya, tetapi terhadap Ayub setan tidak mempunyai kuasa apapun. Sebab perlindungan Allah sangat rapat.
ReplyDeleteayat 1:11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
Setan memberikan usul untuk menghancurkan Ayub, sebab setan yakin Ayub sama seperti orang lain. Jikalau tidak ada berkat pasti akan meninggalkan Tuhan. Setan berani taruhan bahwa Ayub akan meninggalkan Tuhan. Sekarang setan membujuk Tuhan agar meninggalkan pemeliharaanya, pagar perlindungannya, melucuti pakaiannya sehingga bisa mengetahui siapakah Ayub itu. Inilah pembuktian motivasi seseorang. Ada orang berkata, “kalau ingin mengetahui siapakah dia, lucuti semua kenyamanannya, maka kita bisa mengetahui siapakah orang itu. Yesus dilucuti pakaiannya, tubuhnya hancur, tetapi Ia masih tetap Yesus, anak Allah yang hidup. Setan menganggap Ayub menyembah Allah karena apa yang ia peroleh, bukan karena Tuhan yang terutama dalam hidupnya. Prediksi yang salah dari setan.
ayat 1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
ayub 1:13-19 Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: “Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”
Segera setelah percakapan itu, iblis pergi (ay 12) dan ia tidak membuang-buang waktu, ia segera melaksanakannya. Lalu dalam satu ketika Ayub mendengar berita menakutkan silih berganti. Seluruh hartanya, ternaknya, hambanya dan yang paling menyedihkan seluruh anaknya binasa. Setan tidak main-main kalau bertindak, ia menghabiskan segalanya sampai kosong. Ayub tidak mengerti dari mana semua bencana itu datang, dan bagaimana angin badai membinasakan semua anak-anaknya. Ayub tidak mengerti mengapa hal ini terjadi, sorga diam. Ini pukulan yang hebat. Apakah Ayub tahu akan mendapat ujian yang hebat seperti ini? Karena dekat dengan Tuhan Ayub tahu, tetapi kapan peristiwa ini akan terjadi tidaklah diketahui, hanya tahu akan mengalami hal ini. Ayub 3:25 menyinggung bahwa yang kutakutkan, telah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Jadi Ayub menunggu ujian akan datang, lalu ketika ujian itu datang barulah Ayub mengatakan hal ini. Allah itu pemurah, ia sudah memberitahu lebih dahulu kapan ujian itu datang, sebab pengertian ini membuat kita bersiap-siap menghadapi badai kehidupan.
ReplyDeleteayat 1:20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Inilah respon Ayub terhadap semua yang menimpanya. Mungkin orang lain kalau mendengar berita mendadak seperti ini akan pingsan, menangis, gila, bunuh diri dsb, tetapi Ayub memberikan respon yang sangat menarik bagi Tuhan, sehingga responnya ini memberi pukulan telak bagi setan.
Dengan demikian Meski masalah mendera hidupnya secara bertubi-tubi Ayub tetap memelihara hidupnya dalam kebenaran. Terbukti ketika harta bendanya ludes dan anak-anaknya meninggal ia tetap mampu menjaga sikap hatinya, tidak bereaksi negatif, bahkan dalam perkataan sekali pun. "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut." (Ayub 1:21-22). Bahkan ketika isterinya marah dan menyuruhnya menghujat Tuhan, Ayub tidak menuruti, malah ia sangat marah: "'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10). Kesalehan hidup Ayub ini patut diteladani oleh setiap orang percaya yang hidup Ayub ini patut diteladani oleh setiap orang percaya yang hidup di akhir zaman ini. Hidup yang saleh adalah sebuah persembahan hidup yang sangat berharga di mata Tuhan dan menyenangkan hatiNya!