SGI |
Pertanyaan:
Catatan:
Jawaban: Diambil dari komentar yang masuk secara acak
Pada
akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan
Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi
terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja.
Orang-orang penganut Pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati”
dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme
ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana
tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung
yaitu tugas pekabaran Injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja
diingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran Injilnya. Di Belanda,
orang-orang yang menjiwai semangat Pietisme mulai mendirikan lembaga-lembaga
pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah lembaga pekabar Injil
Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Lembaga Pekabar-Pekabar Injil
Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 254). Lembaga pekabar Injil
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) memilih Jawa Barat (West Java) sebagai
wilayah pekabaran Injilnya. Hal ini bukan disebabkan karena wilayah Jawa Barat
telah dikuasai oleh Pemerintah Belanda. Tetapi sesuai dengan pelaksanaan amanat
agung, yaitu agama Kristen harus disebarkan kepada segala bangsa di seluruh
dunia. Pemerintahan Belanda dan misi pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara
(Indonesia) adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Walaupun memiliki
kesamaan pada latar belakangnya yaitu bermula dari keadaan di Eropa pada abad
Pencerahan sekitar abad ke-17. Tapi dalam pelaksanaannya, pemerintahan Belanda
dan misi agama pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara tidaklah berkaitan.
Sebelum kedatangan NZV, ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja secara
perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan Pdt.
E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan Genootschap voor In – en
Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yaitu Perkumpulan Perkabar Injil di dalam
dan di luar Gereja (Soejana, 1974: 23). Penginjil yang terkenal dari lembaga
GIUZ adalah Mr. F. L. Anthing. Anthing adalah orang pertama yang melakukan
pekabaran Injil dengan cara pribumi yaitu ngelmu, terutama di wilayah Bogor dan
Karawang yang dikenal dengan ajaran magis mistisnya itu. Anthing mengajarkan
pokok-pokok Kristiani dalam bentuk rumusan jampi-jampi atau mantera. Hal ini
bertentangan dengan Injil, karena Injil tidak berkaitan dengan ajaran magis
mistis. Tapi justru dengan cara ini Injil dapat diterima oleh masyarakat
pribumi. Sehingga pada saat jemaat-jemaat dimasukkan ke dalam bidang pelayanan
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), segala hal magis mistis yang tidak
berkaitan dengan Injil tersebut dihapuskan. NZV terus melakukan upaya
Kristenisasi dan usaha yang dilakukan pun bermacam-macam, seperti: mendidik penduduk
pribumi untuk diutus mengabarkan Injil kepada sesamanya; memajukan bidang
ekonomi, pendidikan dan pelayanan medis kepada penduduk pribumi; memelihara
adat istiadat kebiasaan penduduk pribumi; mempelajari budaya (bahasa) penduduk
pribumi; melakukan usaha kolportase (penyebaran tulisan Kristen), dan
lain-lain. hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pos zending (pekabaran
Injil) yang berhasil didirikan diantaranya di: Cianjur (1863), Cirebon (1863),
Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870), Sukabumi (1872), Sumedang
(1872), Cideres (1882), Pangharepan Cikembar (1886), Lebak (1894), Tasikmalaya
(1898), Garut (1899), Karawang (1899), Palalangon (1902), Juntikebon (1905) dan
Tamiyang (1911), dan mulai tersebar di seluruh Nusantara.
Nama: Arif Kalewang
ReplyDeleteNim:20200104
jawaban:
secara Historis Protestantisme Calvinis atau reformed telah hadir di Indonesia lebih dari 400 Tahun, bertepatan dengan hadirnya orang-orang belanda yang berasal dari Gereja Gereformeerd (=Reformed,Hervormd) dapat dikatakan bahwa Aliran Protestan yang paling tua di Indonesia adalah Aliran Calvinis, sejarah masuknya ajaran Calvin dan Calvinisme ke Indonesia, yang pada waktu itu disebut Hindia Belanda (Dutch East Indie)
pada tanggal 17 Juli 1971 di Batu, Malang,Jawa Timur dirumuskan lahirnya persekutuan Injili Indonesia (PII) dengan moto " dipanggil untuk bersekutu dan memberitakan Injil" yang didasarkan pada matius 28:19 dan Galatia 5:1 momentum ini ditetapkan sebagai hari lahirnya persekutuan Injili di Indonesia.
Nama: Kristian
ReplyDeleteNIM: 20200112
Ada 1 aliran yang melatarbelakangi pekabaran Injil di Indonesia, yaitu yang disebut dengan aliran pietisme. Pada akhir abad ke-17 aliran pietisme ini melihat suasana gereja, yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja. Mereka melihat sepertinya gereja-gereja sudah "mati" dan Mereka menginginkan agar gereja "dihidupkan kembali". Tujuan mereka adalah orang-orang Kristen harus menyadari bahwa gereja bukan hanya sekedar sarana untuk beribadah, tapi ada suatu tugas yang sangat penting ya itu pekabaran Injil. Sehingga melalui gerakan ini warga gereja mulai mengabarkan Injil. Akhirnya orang-orang yang menjiwai semangat pietisme, mereka mendirikan lembaga pekabaran Injil yaitu NZG. Namun pada pertengahan abad ke-19, beberapa anggotanya nya keluar dan mendirikan lembaga-lembaga sendiri, yaitu diantaranya sebagai berikut: NZV, UZV, dan NGZV.
Lembaga pekabar Injil NZV memilih Jawa Barat sebagai wilayah pekabaran Injil nya. Hal ini mereka lakukan karena Sesuai dengan amanat Agung, yaitu agama Kristen harus disebarkan kepada segala bangsa di seluruh dunia. NZV melihat keadaan di Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19 didominasi oleh masyarakat pribuminya yang disebut dengan suku Sunda telah memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, NZV mencoba untuk menyebarkan agama Kristen di tengah-tengah suku Sunda yang telah memeluk agama Islam. Ternyata sebelum kedatangan NZV, sudah ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja secara perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan Pdt. E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan (GIUZ) yaitu perkumpulan pekabar Injil di dalam maupun di luar gereja.
NZV terus melakukan upaya kristenisasi dan usaha yang yang dilakukan pun bermacam-macam, seperti: mendidik penduduk pribumi untuk diutus mengabarkan Injil kepada sesamanya; memajukan bidang ekonomi; pendidikan dan pelayanan medis kepada penduduk pribumi; memelihara adat-istiadat kebiasaan penduduk pribumi; mempelajari budaya (bahasa) penduduk pribumi; melakukan usaha kolportase ( penyebaran tulisan Kristen); dan lain-lain.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama/Nim : Irwanda(20200110)
ReplyDeleteTugas : SGI
Dosen Pengampu : Robi Prianto, M.Th.
Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja. Orang-orang penganut pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati” dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung yaitu tugas pekabaran injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja diingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran injilnya (Hale, 1993: 4-11). Di Belanda orang-orang menjiwai semangat Pietisme mulai mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah lembaga pekabaran Injil Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu lembaga pekabar-pekabar Injil Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986:254).
Sekitrar pertengahan abad ke-19, beberapa anggotanya keluar dan mendirikan lembaga-lembaga sendiri. beberapa lembaga yang berdiri sendiri tersebut, diantaranya: Nederlandsche Zendingsvereeniging (UZV) yaitu perserikatan pekabar Injil di kota Utrecht, dan Nederlandsche Gereformeerd Zendingsvereeniging (NGZV) yaitu perserikatan Pekabaran injil Calvinis Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 310). Lembaga pekabaran Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) memilih Jawa Barat (West Java) sebagai wilaya pekabaran Injilnya. Hal ini bukan disebabkan karena wilaya Jawa Barat telah dikuasai oleh pemerintah Belanda. Tetapi sesuai dengan pelaksanaan amanat agung, yaitu agama Kristen harus disebarkan kepada segalah bangsa yang ada di seluruh dunia. NZV melihat keadaan di Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19 di doniminasi oleh masyarakat pribuminya yaitu disebut dengan seku Sunda telah memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, NZV mencoba untuk menyebarkan agama Kristen di tengah-tengah suku Sunda yang telah memeluk agama Islam (Soejana, 1997: 146).
Nama: Fani Heri Rinaldi.S
ReplyDeleteNPM: 20200108
Terbentuknya lembaga-lembaga pekabaran Injil di Belanda oleh anggota gereja pada abad ke-19 dipengaruhi beberapa kegiatan rohani yang terjadi di London. Di Nederland yang mendirikan lembaga penginjilan pada tahun 1793.
NGZ didirikan di Rotterdam pada tahun 1979 oleh sekelompok orang(anggota jemaat gereja Hervormd) yang didorong atau dipengaruhi oleh pembentukan lembaga PI di Inggris, yaitu pendirian Baptist Missionary Society pada tahun 1792, London Missionary Society tahun 1795 dan oleh orang-orang Herrnhut di Nederland, yang mendirikan lembaga pekabaran Injil pada tahun 1793.
Setelah terbentuk, NGZ mengutus (zending) sejumlah pekabar Injil ke: Afrika Selatan, India dan di Indonesia(sejak tahun 1839 memfokuskan misionari untuk memberitahukan Injil di Indonesia), yaitu di Maluku smpai tahun 1864. Di Minahasa dan Timor, Jawa timur, tanah Karo di Sumatera Utara (1890), Sulawesi Tengah(Poso, 1892) dan boloang Mongondow (1904). Sulawesi Selatan (1851-1864), di Sawi (1870-1900).
Jumlah misionaris(zending) yang di utus NGZ ke Indonesia selama periode 1813-1894 berjumlah 95 orang.
Badan misi (pecahan NGZ): pada tahun 1850-an diantar anggota pengurus NGZ ada yang dipengaruhi dan mengikuti golongan "modern" (liberal). Akibatnya sebagian anggota NGZ yang tradisional dan etis meninggalkan NGZ dan mendirikan lembaga-lembaga baru, yaitu NZV (1858), UZV (1859) dengan wilayah pelayanan Irian Jaya Barat (1863), di Halmahera (1866), di Bali (1866-1878), di Buru (1885), dan Sulawesi Selatan (1895-1905). Selama 80 tahun (1860-1940) NZV mengutus 85 misionaris. Dan NGZV (1859), memilih Jawa sebagai medan pekerjaan misi (1862), kemudian di pulau Sumba-NTT (1881-1884), kemudian di pulau Jawa tengah (meneruskan misi zending gereja-gereja geretomeerd/ZGKN). Jadi selama NGZV hanya mengurus 8 orang misionaris ke indonesia.
DeleteNama: Defiwi Narti Taporuk
ReplyDeleteNim : 20200106
M. K : Sejarah Gereja Indonesia
Pekabaran Injil di indonesia mulai pada awal abad ke -16 dan semakin berkembang 3 abad kemudian, tercatat abad ke-19 merupakan abad pekabaran Injil.
Yang melarabelakangi adanya orang belanda yang menjiwai semangat pietisme mulai mendirikan lembaga-lembaga pekabaran injil. Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab di tengah-tengah dunia, gereja di panggil untuk menjadi pekabaran Injil ( kabar sukacita, kabar gembira)
1. Tentang kasih karunia yang telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus
2. Pekabaran kedalam, yaitu pekabaran Injil yang mementingkan pelayanannya pada kemapuan gereja
3. Pekabaran Injil keluar, yaitu pekabaran Injil yang tidak hanya berfokuskan pelayanannya hanya kedalam gereja akan tetapi juga akan melayani orang-orang yang berada di luar gereja yang memerlukan pertolongan gereja.
Lahirnya badan pekabaran injil yang bekerja diindonesi yaitu pada abad akhir abad ke-17 dimana ada sebuah gerakan yaitu gerakan pietisme atau gerakan yang menekankan kesalehan hidup,yang umumnya memusaktkan perhatian kepada lahirnya dan berkembangnya iman dalam hati manusia.Atau dengan kata lain,ia memusatkan perhatian kepada karya Roh kudus dalam kehidupan orang kristen perorangan.Tetapi ada kecenderungan untuk mengabaikan karya-karya Allah tritunggal yang lain.
ReplyDeleteBadan pekabaran injil diindonesia yaitu NZG,diantara tokoh-tokoh yang mendirikan LSM (1795) terdapat anggota empat badan gereja di inggris. Sebaliknya para pelopor NZG.Namun teologi dan corak kerohanian mereka tidak seragam. Ada yang menganut tradisi orthodoks,ada yang memelihara hubungan dengan jemaat revival di inggris dan ada yang sedikit banyak telah mengalami banyak pengaruh pencerahan.
Bagaimana pun, sebagian besar para pendukung NZG termasuk anggota gereja Harvormd. Dengan demikian, NZG juga merasakan perkembangan dibidang teologi dan ikut menderita alibat pertikaian-pertikaian yang berlangsung dalam gereja. Pada masa kebanyakan teolog serta anggota sinode Hervormd menganut aliran "Evangelis" NZG pun mengalami pengaruh aliran itu. Pengaruhnya terasa dalam metode kerja angkatan kedua para zendeling. Yang diutus oleh lembaga itu. Dalam tahun 1850- an, diantara anggota pengurus ada yang ikut beralih ke golongan "moderen". Akibatnya, sebagian kaum tradisional dan kaum "etis" meninggalkan NZG dan mendirikan lembaga-lembaga baru : NZV (1858),UZV (1859), NGZV (1859).
Latar belakang lahirnya badan pekabaran injil masuk ke Indonesia, dalam hal ini untuk mewujudkan gerakan bersama kaum injili di Indonesia adalah “persekutuan.” menjadi acuan awal dari gerakan, yang oleh karenanya sejak awal tahun 1969 tokoh-tokoh injili di Indonesia ketika membidani lahirnya gerakan dan wadah besar (PII) dimulai dengan kegiatan yang kelihatannya kecil tetapi memiliki “power” yang sangat besar dan luar biasa, yaitu “persekutuan.”
ReplyDeleteTokoh-tokoh injili menjadikan “persekutuan“ sebagai wahana dan wacana untuk:
Membahas beban bersama dalam bidang pekabaran Injil dan misi di Tanah Air.
Menggumuli kebutuhan akan suatu wadah bagi Gereja, lembaga dan badan misi Injili di Indonesia.
Menampung aspirasi dari Gereja, yayasan dan badan-badan misi di Indonesia.
Bersekutu dan bersama-sama memberitakan Injil.
Persekutuan dan pergumulan bersama yang dilakukan selama dua tahun akhirnya melahirkan wadah yang besar dalam arus gerakan misi injili bagi gereja, lembaga, yayasan dan badan-badan misi injili di Indonesia.
Mendahului lahirnya Persekutuan Injili Indonesia, di Ramayana Hotel City, Tanah Abang- Jakarta, pada tanggal 15 Juni 1971 diselenggarakan persekutuan/pertemuan yang dihadiri oleh l.k 100 hamba-hamba Tuhan.
Dalam pertemuan tersebut disepakati 4 hal penting:
Nama wadah pelayanan / perjuangan bersama adalah Persekutuan Injili Indonesia
Pengurus (sementara) ditetapkan sebagai berikut:
Ketua: Pdt. DR. Petrus Octavianus
Sekretaris: Pdt. Willem Hekmann
Bendahara: Philip Leo
Pengurus (sementara) bertugas mempersiapkan Kongres Nasional I Persekutuan Injili Indonesia.
Pengurus (sementara) bertugas mempersiapkan konsep rumusan mukadimah lahirnya Persekutuan Injili Indonesia dan konsep AD/ART Persekutuan Injili Indonesia.
Pada tanggal 17 Juli 1971 di Batu, Malang, Jawa Timur dirumuskan lahirnya Persekutuan Injili Indonesia (PII) dengan moto “Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil” yang didasarkan pada Matius 28:19 dan Galatia 5:1. Momentum ini ditetapkan sebagai hari lahirnya Persekutuan Injili Indonesia.
Nama ardi sobolim/20200103
ReplyDeleteJawab.
Secara garis besar hasil tiga abad sejarah Gereja dan sejarah politik serta sosial di Maluku Tengah. Landasan spiritual, sosial, dan budaya masyerakat pribumi tidak seragam. Di dalamnya terdapat unsur- unsur pribumi disamping yang merupakan hasil upaya orang Portugal, kemudian orang Belanda. Pada awal abad ke-19 introduksi negara kolonial (Hindia Belanda) menciptakan kenyataan baru di bidang politik dan kegerejaan. Akan tetapi, landasan tersebut di atas tetap merupakan kerangka kegiatan Gereja Protestan yang baru dan lembaga Zending Belanda. Bersama dengan negara, Gereja dan Zending Berupaya, masing-masing dengan caranya sendiri, untuk memperkenalkan dalam masyerakat Maluku yang untuk sebagian besar masih bersifat rural, pra-industrial, dan feodal itu, nilai-nilai relegius, yuridis, politik, dan moral yang telah berkembang dalam dunia barat modern, yang telah mengalami pengaruh mendalam sepuluh abad keKristenan, Renaisans dan Humanisme, Revolusi industrial, pencerahan serta revolusi Prancis. Setelah orang Belanda merebut Ambon (1605), mereka mengusir para rohaniawan Katolit dan mengirim tenaga pendeta dan pendeta bantu yang biasanya disebut penghibur orang sakit. (Ziekentroosters). Pada tahun 1625 di Ambon dibentuk majelis Gereja, yang terdiri atas orang Belanda dan Maluku. Sama seperti di jemaat-jemaat lain di wilyah VOC, di Maluku kehidupan Gereja terikat pada aturan Gereja dan keputusan sinode Belanda, dan pada peraturan Gereja yang diberlakukan oleh pemerintah pusat di Batavia (1624, 1643). Akan tetapi, dalam beberapa hal aturan tersebut tidak kena-mengena dengan keadaan yang berlaku di Maluku. Maka pada 1673 disusun peraturan Gereja sendiri, Ambonsche kerk-orde, yang antara lain mengatur posisi para guru/pengantar jemaat.
Kam adalah seorang utusan Injil Belanda. Ia di utus oleh Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yang telah didirikan pada 1797 dan berpusat di Rotterdam, tetapi karena alasan praktis (peperangan Inggris dengan Prancis) Ia masuk dinas London Misionarity Society. Ia telah tiba di Ambon pada tanggal 3 Maret 1815. Kam selama beberapa tahun bebas bekerja menurut pandangannya sendiri. Pekerjaan itu sangat luas. Di kota Ambon sendiri Ia meminpin ibadah berbahasa Belanda (dengan jumlah pendengar yang biasanya kecil saja) dan ibadah berbahasa melayu (yang biasanya menarik banyak orang), serta mendidik sejumlah orang Maluku menjadi pengantar jemaat dan guru sekolah. Ia melakukan pula perjalanan visitasi bersama di pulau Ambon dan di daerah sekitarnya, yang sudah lazim dilakukan pada zaman VOC. Disamping itu, atas NZG diurusnya penempatan para utusan Injil yang mulainya tahun 1819 tiba dari never Belanda di pulau-pulau Maluku Tengah dan Maluku Selatan. Kam adalah seorang tokoh peralihan, artinya, hingga kedatangan pendeta yang pertama, Pdt. C. Auwerda, Ia melakukan tugas-tugas para pendeta dan menghibur orang sakit pada zaman VOC sekaligus menyelenggarakan perkejaan yang biasa dilakukan para utusan (Zendeling) NZG di zaman kemudian. Sesudah Kam, hingga tahun 1942, 39 utusan lain lagi yang datang ke Maluku. Diantara mereka, disamping orang Belanda, terdapat sejumlah orang berkebangsaan Jerman. Mereka ini melayani gereja di Maluku dengan mengemban berbagai fungsi sebagai tenaga NZG atau (mulainya tahun 1885) sebagai tenaga Utrechtsche Zendingsvereeniging di pulau Buru.
Nama: Erianto Nadeak
ReplyDeleteNPM : 20200107
Yang melatar belakangi lahirnya PI ialah munculnya gerakan-gerakan Pietisme (gerakan yang menekankan kesalehan hidup) di negara-negara Eropa. Istilah "Pietisme" mulai di kenal pada tahun 1677 di Darmstald dan menjadi populer di kalangan. Kata Pietisme di pergunakan sebagai ejekan terhadap kelompok-kelompok yang hidup saleh. Menurut penilaian pada waktu itu, kesalehan mereka dianggap berlebihan dan dituduh farisi oleh masyarakat. Tetapi lama kleaman konotasi negatif dari kata itu mulai hilang, bahkan pietisme yang menjadi tanda pengenal atau nama aliran itu.
Kelompok ini pertama kali didirikan oleh Spener, dalam ranhgka memberi arti dan memanfaatkan kehidupan orang-orang Kristen pada waktu itu.
Spener mengatakan "Daripada dalam seminggu anggota-anggota jeamat hanya menghabiskan waktu mereka untuk mabuk-mabukan dan judi, maka lebih baik mereka memanfaatkan waktu itu untuk hal-hal yang membangun.
prakarsa Spener untuk membangun kelompok-kelompok saleh (Pietisme) pada waktu itu dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak, sebab Jerman sedang dlanda kemerosotan moral yang dahsyat akibat perang agama antara kaum Katolik dan Reformasi yang berlangsung selama 30 tahun.
Dalam keadaan seperti inilah Pietisme lahir dan berusaha menjawab keadaan.
Aliran Pietisme ini muncul di tengah-tengan pertentanga Dogma yang tak berkesudahan. Yang dimana orang-orang Pietisme berpendapat teologi tidak pertama-tama menyangkut tuntutan atau ajaran tentang Allah (kemurnian doktrin) melainkan lebih kepada kehiduan praktis yang mengutamakan kehidupan praktis (bagaimana hidup untuk Allah).
Di Belanda, orang-orang Pietisme menjiwai gerakan ini sehingga mereka mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. pada akhir NZG yaitu lembaga pekabaran Injil Belanda. yang kemudian anggota-angotanya mendirikan lembaga sendiri. beberapa lembaga yang berdiri sendiri tersebut ialah NZV yaitu perserikatan Pekabaran Injil Belanda yang memilih Jawa Barat sebgai wilayah Pekabaran Injilnya, UZV yait Perserikatan Pekabaran Injil di kota Utrecth dan NGZV yaitu Perserikatan Pekabaran Injil Calvinis Belanda.
Nama: Akan Rejeki Gulo
ReplyDeleteNPM: 20200101
Yang melatar belakangi pekabaran Injil di Indosia adalah aliran Peitisme. Kelompok ini pertama kali didirikan oleh Spener, dalam rangka memberi arti dan memanfaatkan kehidupan orang-orang Kristen pada waktu itu. Aliran peitisme adalah aliran yang menekankan kesalehan hidup. Yang diamana Di Belanda, orang-orang Pietisme menjiwai gerakan ini sehingga mereka mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. pada akhir NZG yaitu lembaga pekabaran Injil Belanda. yang kemudian anggota-angotanya mendirikan lembaga sendiri. beberapa lembaga yang berdiri sendiri tersebut ialah NZV yaitu perserikatan Pekabaran Injil Belanda yang memilih Jawa Barat sebgai wilayah Pekabaran Injilnya, UZV yait Perserikatan Pekabaran Injil di kota Utrecth dan NGZV yaitu Perserikatan Pekabaran Injil Calvinis Belanda.
Jadi Pekabaran Injil yang pertama sekali diakan oleh NZV di tanah Jawa. Aliran Peitisme ini ada yang menganut tradisi orthodoks,ada yang memelihara hubungan dengan jemaat revival di inggris dan ada yang sedikit banyak telah mengalami banyak pengaruh pencerahan.
Bagaimana pun, sebagian besar para pendukung NZG termasuk anggota gereja Harvormd. Dengan demikian, NZG juga merasakan perkembangan dibidang teologi dan ikut menderita alibat pertikaian-pertikaian yang berlangsung dalam gereja. Pada masa kebanyakan teolog serta anggota sinode Hervormd menganut aliran "Evangelis" NZG pun mengalami pengaruh aliran itu. Pengaruhnya terasa dalam metode kerja angkatan kedua para zendeling. Yang diutus oleh lembaga itu. Dalam tahun 1850- an, diantara anggota pengurus ada yang ikut beralih ke golongan "moderen". Akibatnya, sebagian kaum tradisional dan kaum "etis" meninggalkan NZG dan mendirikan lembaga-lembaga baru : NZV (1858),UZV (1859), NGZV (1859) yang melakukan Pekabaran Injil di indonesia seterusnya.
Nama : Angela Merice Putri
ReplyDeleteNPM : 20200102
Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri
Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan
reaksi terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja.
Orang-orang penganut Pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati”
dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme
ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana
tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung
yaitu tugas pekabaran Injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja
diingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran Injilnya (Hale, 1993: 4-11).
Di Belanda, orang-orang yang menjiwai semangat Pietisme mulai
mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah
lembaga pekabar Injil Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Lembaga
Pekabar-Pekabar Injil Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 254).Sekitar
pertengahan abad ke-19, beberapa anggotanya keluar dan mendirikan lembaga-lembaga sendiri. Beberapa lembaga yang berdiri sendiri tersebut, diantaranya:
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil
Belanda, Utrechtsche Zendingsvereeniging (UZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil
di kota Utrecht, dan Nederlandsche Gereformeerd Zendingsvereeniging (NGZV)
yaitu Perserikatan Pekabar Injil Calvinis Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H.,
1986: 310).
Sebelum kedatangan NZV, ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja
secara perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan
Pdt. E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan Genootschap voor In – en
Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yaitu Perkumpulan Perkabar Injil di dalam
dan di luar Gereja (Soejana, 1974: 23). Penginjil yang terkenal dari lembaga
GIUZ adalah Mr. F. L. Anthing. Anthing adalah orang pertama yang melakukan
pekabaran Injil dengan cara pribumi yaitu ngelmu, terutama di wilayah Bogor dan
Karawang yang dikenal dengan ajaran magis mistisnya itu. Anthing mengajarkan
pokok-pokok Kristiani dalam bentuk rumusan jampi-jampi atau mantera (Soejana,
1974: 25-26). Hal ini bertentangan dengan Injil, karena Injil tidak berkaitan
dengan ajaran magis mistis. Tapi justru dengan cara ini Injil dapat diterima oleh
masyarakat pribumi. Sehingga pada saat jemaat-jemaat dimasukkan ke dalam
bidang pelayanan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), segala hal magis
mistis yang tidak berkaitan dengan Injil tersebut dihapuskan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama Ferdy Rohy
ReplyDeleteJawab.
sejarah politik serta sosial di Maluku Tengah. Landasan spiritual, sosial, dan budaya masyerakat pribumi tidak seragam. Di dalamnya terdapat unsur- unsur pribumi disamping yang merupakan hasil upaya orang Portugal, kemudian orang Belanda. Pada awal abad ke-19 introduksi negara kolonial (Hindia Belanda) menciptakan kenyataan baru di bidang politik dan kegerejaan. Akan tetapi, landasan tersebut di atas tetap merupakan kerangka kegiatan Gereja Protestan yang baru dan lembaga Zending Belanda. Bersama dengan negara, Gereja dan Zending Berupaya, masing-masing dengan caranya sendiri, untuk memperkenalkan dalam masyerakat Maluku yang untuk sebagian besar masih bersifat rural, pra-industrial, dan feodal itu, nilai-nilai relegius, yuridis, politik, dan moral yang telah berkembang dalam dunia barat modern, yang telah mengalami pengaruh mendalam sepuluh abad keKristenan, Renaisans dan Humanisme, Revolusi industrial, pencerahan serta revolusi Prancis. Setelah orang Belanda merebut Ambon (1605), mereka mengusir para rohaniawan Katolit dan mengirim tenaga pendeta dan pendeta bantu yang biasanya disebut penghibur orang sakit. (Ziekentroosters). Pada tahun 1625 di Ambon dibentuk majelis Gereja, yang terdiri atas orang Belanda dan Maluku. Sama seperti di jemaat-jemaat lain di wilyah VOC, di Maluku kehidupan Gereja terikat pada aturan Gereja dan keputusan sinode Belanda, dan pada peraturan Gereja yang diberlakukan oleh pemerintah pusat di Batavia (1624, 1643). Akan tetapi, dalam beberapa hal aturan tersebut tidak kena-mengena dengan keadaan yang berlaku di Maluku. Maka pada 1673 disusun peraturan Gereja sendiri, Ambonsche kerk-orde, yang antara lain mengatur posisi para guru/pengantar jemaat.
Kam adalah seorang utusan Injil Belanda. Ia di utus oleh Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yang telah didirikan pada 1797 dan berpusat di Rotterdam, tetapi karena alasan praktis (peperangan Inggris dengan Prancis) Ia masuk dinas London Misionarity Society. Ia telah tiba di Ambon pada tanggal 3 Maret 1815. Kam selama beberapa tahun bebas bekerja menurut pandangannya sendiri. Pekerjaan itu sangat luas. Di kota Ambon sendiri Ia meminpin ibadah berbahasa Belanda (dengan jumlah pendengar yang biasanya kecil saja) dan ibadah berbahasa melayu (yang biasanya menarik banyak orang), serta mendidik sejumlah orang Maluku menjadi pengantar jemaat dan guru sekolah. Ia melakukan pula perjalanan visitasi bersama di pulau Ambon dan di daerah sekitarnya, yang sudah lazim dilakukan pada zaman VOC. Disamping itu, atas NZG diurusnya penempatan para utusan Injil yang mulainya tahun 1819 tiba dari never Belanda di pulau-pulau Maluku Tengah dan Maluku Selatan. Kam adalah seorang tokoh peralihan, artinya, hingga kedatangan pendeta yang pertama, Pdt. C. Auwerda, Ia melakukan tugas-tugas para pendeta dan menghibur orang sakit pada zaman VOC sekaligus menyelenggarakan perkejaan yang biasa dilakukan para utusan (Zendeling) NZG di zaman kemudian. Sesudah Kam, hingga tahun 1942, 39 utusan lain lagi yang datang ke Maluku. Diantara mereka, disamping orang Belanda, terdapat sejumlah orang berkebangsaan Jerman. Mereka ini melayani gereja di Maluku dengan mengemban berbagai fungsi sebagai tenaga NZG atau (mulainya tahun 1885) sebagai tenaga Utrechtsche Zendingsvereeniging di pulau Buru.
ReplyDeleteNama: Selva Sopuiyo
Nim: 20200116
• Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri
• Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan
• reaksi terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja.
• Orang-orang penganut Pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati”
• dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme
• ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana
• tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung
yaitu tugas pekabaran Injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja
ReplyDeletediingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran Injilnya (Hale, 1993: 4-11).
Di Belanda, orang-orang yang menjiwai semangat Pietisme mulai
mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah
lembaga pekabar Injil Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Lembaga
Pekabar-Pekabar Injil Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 254).Sekitar
pertengahan abad ke-19, beberapa anggotanya keluar dan mendirikan lembagalembaga sendiri. Beberapa lembaga yang berdiri sendiri tersebut, diantaranya:
Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil
Belanda, Utrechtsche Zendingsvereeniging (UZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil
di kota Utrecht, dan Nederlandsche Gereformeerd Zendingsvereeniging (NGZV)
yaitu Perserikatan Pekabar Injil Calvinis Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H.,
1986: 310).
Lembaga pekabar Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV)
memilih Jawa Barat (West Java) sebagai wilayah pekabaran Injilnya. Hal ini
bukan disebabkan karena wilayah Jawa Barat telah dikuasai oleh Pemerintah
Belanda. Tetapi sesuai dengan pelaksanaan amanat agung, yaitu agama Kristen
harus disebarkan kepada segala bangsa di seluruh dunia. NZV melihat keadaan di
Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19 di dominasi oleh masyarakat pribuminya
yang disebut dengan suku Sunda telah memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, NZV mencoba untuk menyebarkan agama Kristen di tengah-tengah suku Sunda
yang telah memeluk agama Islam.
Pemerintahan Belanda dan misi pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara
(Indonesia) adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Walaupun memiliki
kesamaan pada latar belakangnya yaitu bermula dari keadaan di Eropa pada abad
ReplyDeletePencerahan sekitar abad ke-17. Tapi dalam pelaksanaannya, pemerintahan
Belanda dan misi agama pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara tidaklah
berkaitan.
Sebelum kedatangan NZV, ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja
secara perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan
Pdt. E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan Genootschap voor In – en
Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yaitu Perkumpulan Perkabar Injil di dalam
dan di luar Gereja (Soejana, 1974: 23). Penginjil yang terkenal dari lembaga
GIUZ adalah Mr. F. L. Anthing. Anthing adalah orang pertama yang melakukan
pekabaran Injil dengan cara pribumi yaitu ngelmu, terutama di wilayah Bogor dan
Karawang yang dikenal dengan ajaran magis mistisnya itu. Anthing mengajarkan
pokok-pokok Kristiani dalam bentuk rumusan jampi-jampi atau mantera. Hal ini bertentangan dengan Injil, karena Injil tidak berkaitan
dengan ajaran magis mistis. Tapi justru dengan cara ini Injil dapat diterima oleh
masyarakat pribumi. Sehingga pada saat jemaat-jemaat dimasukkan ke dalam
bidang pelayanan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), segala hal magis
mistis yang tidak berkaitan dengan Injil tersebut dihapuskan.
C. Albers, D. J. van den Linden, dan G. J. Grashuis merupakan rombongan
utusan pertama dari NZV yang tiba di Jawa Barat pada tanggal 16 Agustus 1863.
Sejak awal kedatangan NZV pun telah mengalami masa yang berat. Para pekabar
Injil mendapat hambatan dari suku pribumi di Jawa Barat (orang Sunda). Suku
Sunda sendiri tidak meminta untuk dikabari Injil dan pemerintah Belanda pun
tidak setuju terhadap usaha pekabaran Injil dikalangan suku Sunda yang telah
menganut agama Islam.
NZV terus melakukan upaya Kristenisasi dan usaha yang dilakukan pun
bermacam-macam, seperti: mendidik penduduk pribumi untuk diutus mengabarkan Injil kepada sesamanya; memajukan bidang ekonomi, pendidikan
dan pelayanan medis kepada penduduk pribumi; memelihara adat istiadat
kebiasaan penduduk pribumi; mempelajari budaya (bahasa) penduduk pribumi;
ReplyDeletemelakukan usaha kolportase (penyebaran tulisan Kristen), dan lain-lain. mengemukakan bahwa hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pos zending (pekabaran Injil) yang berhasil didirikan diantaranya di: Cianjur
(1863), Cirebon (1863), Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870), Sukabumi (1872), Sumedang (1872), Cideres (1882), Pangharepan Cikembar(1886), Lebak (1894), Tasikmalaya (1898), Garut (1899), Karawang (1899), Palalangon (1902), Juntikebon (1905) dan Tamiyang (1911).Setelah keberhasilan NZV mendirikan pos zending, timbul masalah yang dihadapi NZV maupun penduduk pribumi yang telah memeluk agama Kristen. Pada waktu itu kehidupan orang-orang Kristen pribumi mengalami pengucilan. Secara langsung atau tidak langsung mereka mengalami tekanan-tekanan dari masyarakat sekitarnya. Masyarakat menuduh yang beralih ke agama Kristen ituasoep walanda (menjadi orang Belanda). Menurut pemahaman masyarakat, orang Sunda yang sudah masuk Kristen itu sudah menjadi orang Belanda dan telah menanggalkan kebangsaan mereka yang semula, dan tidak lagi menjadi bagian dari masyarakat Sunda. Orang Sunda Kristen itu sudah berada di luar masyarakat Sunda. Dengan demikian mereka sudah menjadi orang asing di tengah masyarakatnya sendiri.Untuk menolong orang-orang Kristen pribumi, timbul gagasan untuk mendirikan desa-desa Kristen. Dengan demikian mereka dibebaskan dari tekanan-tekanan dari masyarakatnya. Desa-desa Kristen yang terbentuk, diantaranya: Desa Pangharepan di Cikembar, Sukabumi (1886) oleh S.van Eendenburg; Desa Cideres (1890) oleh J. Verhoeven; Desa Palalangon, Ciranjang (1902) oleh B. M. Alkema; dan Desa Tamiyang, Cirebon (1920) oleh A. Vermee. Setelah kurang lebih 70 tahun NZV bekerja, akhirnya pada 14 November 1934 didirikan Gereja Kristen di Jawa Barat (de Christelijke Kerk van West Java) berpusat di Bandung yang sehari-hari disebut sebagai Gereja Kristen Pasundan (GKP) jemaat Bandung. Disusul dengan pos zending yang lain, sehingga menjadi GKP Jemaat Cianjur, GKP Jemaat Cirebon,Sukabumi, GKP Jemaat Sumedang, GKP Jemaat Cideres, GKP Jemaat Garut, GKP Jemaat Karawang, GKP Jemaat Palalangon, dan lain-lain.
Nama:Yunus Mardianus Zay
ReplyDeletePada masa kekuasaan Belanda di Indonesia terdapat kerancuan terhadap penggunaan istilah gereja untuk menyebutkan sebuah perkumpulan agama. Karena tindakan pemerintah Hindia Belanda yang mengistimewakan gereja, maka ada beberapa perkumpulan agama yang menyebut diri sebagai gereja. Snouck Hurgronje menyatakan bahwa yang dimaksud dengan gereja adalah perkumpulan yang mendasarkan ajarannya dari Alkitab, baik Kitab perjanjian lama maupun perjanian baru Snouck Hurgronje, 1932:1146. Untuk dapat memahami aktivitas Zending, sebaiknya perlu dibahas dahulu mengenai beberapa lembaga pekabaran Injil yang berkembang pada masa itu. Minat baru terhadap Zending yang timbul di Inggris pada akhir abad ke XVIII yang kemudian diikuti oleh Belanda. Sebelum Belanda mengirimkan penginjil ke Indonesia, pada tahun 1813 Inggris telah mengutus Robinson, seorang pekabar Injil yang bertugas mengkristenkan penduduk bumiputra Indonesia. Tahun 1814 London Missionary Society LMS mengirim 3 missionaris lagi. Sejenis dengan LMS, di negeri Belanda pun dibentuk lembaga misonaris Nederlandsche Zendeling-Genootschap NZG pada tahun 1797 Guillot, 1985 : 5. Namun karena ada perselisihan dalam badan NZG di Belanda maka ada beberapa anggota yang keluar dari NZG, kemudian mendirikan badan pekabaran Injil yang baru bernama: Nederlandsche Zendelingvereniging NZV. Setelah itu mulai bermunculan lembaga-lembaga pekabaran Injil yang bermacam- macam aliran, yakni : Java Committee, Salatiga Zending, Het Genootschap voor In-en Uitwendige Zending GIUZ, Nederlandsche Gereformede Zendingsvereniging NGZV, dan Doopsgezinde Zendingvereniging DZV. Lembaga-lembaga Zending yang tertulis di atas memiliki perbedaan dalam hal aliran, prinsip-prinsip rohani, wilayah kerja, dan cara-cara Kristenisasi yang diterapkan Sukoco, 2009: 110.
commit to user 5 Ketika Belanda menerima kembali Hindia Belanda dari tangan Inggris pada tahun 1816 mereka harus menata lagi hubungan antara Gereja dan Negara. Maka, Raja Wilhem I, yang memperhatikan nasib daerah jajahan, merasa prihatin dengan masalah penyebaran agama ini. Sebab itu, dengan alasan agar lebih berdaya guna, ia meminta kepada gereja-gereja yang terdapat pada waktu itu di daerah jajahan supaya lebih bersatu memusatkan usaha mereka secara bersama- sama daripada bergerak sendiri-sendiri pada wilayah masing-masing. Persatuan ini terwujud pada tahun 1835. Landasannya Kristen Protestan, organisasi ini terdiri dari berbagai aliran : Calvinisme, Lutherian, Remontran, dan Mennonite Guillot, 1985 : 5. Aliran-aliran ini kemudian menyebar ke beberapa daerah di Hindia Belanda, termasuk di Margorejo, Kecamatan Dukuh Seti, Kabupaten Pati. Zendeling yang menyebarkan agama Kristen, yang mengadakan baptisan pertama kemudian dilanjutkan dengan pembangunan Desa Kristen Margorejo bernama Pieter Jansz. Pieter Jansz, misionaris kelahiran 1820 ini tiba di Jawa tahun 1851, dikirim oleh DZV Doopsgezinde Vereeniging ter bevordering derEvangelieverbreiding in Nederlandsche bezittingen, yaitu masyarakat misionaris Mennonite yang baru terbentuk di Belanda. Tahun 1852 Jansz pindah tempat dari Semarang ke Jepara, kemudian menyebarkan agama di daerah sekitar Jepara dan Pati. Tiga tahun setelah itu, Jansz mengadakan baptisan pertama di Margorejo, Pati, dan mendirikan sekolah pemuridan agama Kristen. Dalam perkembangannya, pekerjaannya digantikan oleh putranya yang bernama Pieter Anthonie Jansz yang menjadi pendeta I di Margorejo pada tahun 1883 Guillot, 1985: 6. Margorejo adalah sebuah desa yang unik karena sebagian besar penduduknya beragama Kristen Protestan. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kristen dengan desa-desa tetangganya, seperti Banyutowo, Tegalombo, Margokerto, dan lain-lain, maka Margorejo dapat dikatakan mempunyai jumlah penduduk Kristen yang banyak dengan pengaruh Agama Kristen yang paling kuat. Dari kenyataan di atas mendorong penulis untuk memaparkan bagaimana proses Kristenisasi yang dilakukan oleh Zending di Margorejo.
Nama: Julberkat Patodo
ReplyDeleteNIM: 20200111
Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja. Orang-orang penganut Pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati” dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung yaitu tugas pekabaran Injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja diingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran Injilnya. Di Belanda, orang-orang yang menjiwai semangat Pietisme mulai mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah lembaga pekabar Injil Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Lembaga Pekabar-Pekabar Injil Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 254).
Lembaga pekabar Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) memilih Jawa Barat (West Java) sebagai wilayah pekabaran Injilnya. Hal ini bukan disebabkan karena wilayah Jawa Barat telah dikuasai oleh Pemerintah Belanda. Tetapi sesuai dengan pelaksanaan amanat agung, yaitu agama Kristen harus disebarkan kepada segala bangsa di seluruh dunia. Pemerintahan Belanda dan misi pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara (Indonesia) adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Walaupun memiliki kesamaan pada latar belakangnya yaitu bermula dari keadaan di Eropa pada abad Pencerahan sekitar abad ke-17. Tapi dalam pelaksanaannya, pemerintahan Belanda dan misi agama pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara tidaklah berkaitan. Sebelum kedatangan NZV, ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja secara perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan Pdt. E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan Genootschap voor In – en Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yaitu Perkumpulan Perkabar Injil di dalam dan di luar Gereja (Soejana, 1974: 23). Penginjil yang terkenal dari lembaga GIUZ adalah Mr. F. L. Anthing. Anthing adalah orang pertama yang melakukan pekabaran Injil dengan cara pribumi yaitu ngelmu, terutama di wilayah Bogor dan Karawang yang dikenal dengan ajaran magis mistisnya itu. Anthing mengajarkan pokok-pokok Kristiani dalam bentuk rumusan jampi-jampi atau mantera. Hal ini bertentangan dengan Injil, karena Injil tidak berkaitan dengan ajaran magis mistis. Tapi justru dengan cara ini Injil dapat diterima oleh masyarakat pribumi. Sehingga pada saat jemaat-jemaat dimasukkan ke dalam bidang pelayanan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), segala hal magis mistis yang tidak berkaitan dengan Injil tersebut dihapuskan. NZV terus melakukan upaya Kristenisasi dan usaha yang dilakukan pun bermacam-macam, seperti: mendidik penduduk pribumi untuk diutus mengabarkan Injil kepada sesamanya; memajukan bidang ekonomi, pendidikan dan pelayanan medis kepada penduduk pribumi; memelihara adat istiadat kebiasaan penduduk pribumi; mempelajari budaya (bahasa) penduduk pribumi; melakukan usaha kolportase (penyebaran tulisan Kristen), dan lain-lain. hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pos zending (pekabaran Injil) yang berhasil didirikan diantaranya di: Cianjur (1863), Cirebon (1863), Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870), Sukabumi (1872), Sumedang (1872), Cideres (1882), Pangharepan Cikembar (1886), Lebak (1894), Tasikmalaya (1898), Garut (1899), Karawang (1899), Palalangon (1902), Juntikebon (1905) dan Tamiyang (1911), dan mulai tersebar di seluruh Nusantara.
Gerakan peitesme ini bertujuan menyadarkan gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amat agung yaitu tugas pengkabaran injil. Mulai gerejan injil ini, akhirnya warga gereja mulai diingatkan kembali tugas pengkabran injil. Di belanda orang-orang semanggat menyembangakan pietisme, mulai mendirikan pengkabaran injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah lembanga pengkabaran injil NZG yaitu lembang-lembang pengkabaran injil belanda. Petengahan abad ke-19 beberapa anggota keluarga mendirikan lembang-lembang yang berdiri sendiri tersebut. Yaitu NZG perserikatan pengkabaran injil belanda.
ReplyDeletePemerinta belanda dari misi pengkabaran injil dikepulauan Nusantra ( Indonesia) adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Walaupun memiliki kesamaan pada latar belakangnya yaitu bermula dari keadaan eropa pada abad pencerahan ke-17. NZV terus melakukan upaya mengkritekan pribumi dan usah yang dilakukan bermacam-macam seperti: pendidikan, ekonomi, agar pribumi dapat diutus untuk mengkabarkan injil kepada sesama. Akan tetapi dalam pendidikan dan ekonomi pribumi masi memilihara adat istiadat kebiasaan penduduk pribumi